akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
BARGOWO - KUNCEN

Spoiler for BEHEMOTH:

Medio akhir 2022..
Bagiku malam ini adalah malam yang terasa lebih hitam, lebih pekat, lebih gelap, dengan hawa dingin mencekam dan tentu saja kesuraman yang membungkus gulitanya. Sangat jauh berbeda dibandingkan malam-malam hari lainnya yang pernah aku lalui seumur hidupku. Saat ini aku sedang mendatangi sebuah rumah salah satu sahabat terbaikku
Masih dengan perasaan ragu-ragu, aku tetap mematung diam terpaku di depan pagar pintu masuk halaman rumah tua itu. Rumah yang terlihat seperti umumnya rumah tua berarsitektur kuno yang memancarkan aura angker dan mistis. Rumah itu masih berdiri dengan gagah dan angkuhnya di daerah yang mayoritas bangunan di sekelilingnya adalah rumah dengan bangunan baru.


Quote:


Pesan mas Tri yang membuatku bertanya, ada apa di malam hari ini aku disuruhnya untuk mampir ke rumah peninggalan orangtuanya, kok bukan di rumahnya sendiri. Biasanya aku janjian untuk berkunjung dan bertamu ke rumah itu hanya di waktu siang ataupun sore hari. Aku sama sekali tak pernah berkunjung dan bertamu di malam hari, karena aku tau suasana dan atmosfer rumahnya di malam hari begitu horor bagiku, selalu membuat merinding bulu kudukku.
Masih dengan perasaan was-was akhirnya aku melangkahkan kaki dan memencet bel yang ada di pintu pagar rumah itu, jarak pintu pagar depan dengan halaman rumah itu kurang lebih 25 meter. Tapi pemandangan dan semua aktivitas dari siluet bayangan si empunya rumah di dalam itu masih bisa aku liat dengan amat jelas dari luar sini. Saat pintu rumah mulai sedikit terbuka, mas Tri keluar dari pintu itu diikuti dengan aroma wangi hio yang langsung menyeruak memenuhi udara di sekitarnya, hembusan angin kencang yang dingin menerpa dan menusuk tulang-tulang persendianku mengiringi kehadirannya menyambut kedatanganku. Aku merasa kalo angin kencang itu datangnya dari arah pohon mangga besar di depan rumah itu. Aku sedikit surprise dan tak menyangka sama sekali dengan penampilan mas Tri malam ini, dia mengenakan baju hitam dan celana hitam longgar gombrang, dengan udeng sebagai penutup kepala sebuah penampilan khas yang emang biasa dipakai orang-orang penganut kepercayaan kejawen. Dia terlihat hanya mengulas sedikit senyum tipisnya, membukakan pintu pagar besi tua rumah peninggalan orang tuanya itu.

Quote:
Mas Tri mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam ruang tamunya. Aroma hio yang tadi tak terlalu menyengat, sekarang ini langsung tercium sangat tajam merasuki dan memenuhi indra penciumanku, aku memasuki ruang tamu rumah ini dengan perasaan sedikit ragu dan takut. Dengkul kakiku rasanya lemah tak bertulang.

Quote:

Secara jujur aku sedikit lega dengan aroma hio yang sekarang menyeruak di segala sudut ruangan ini, bagiku tercium seperti bebauan aroma terapi yang sedikit menenangkan perasaanku. Daripada aura mistis yang sekarang sedang memenuhi atmosfer udara disini dan ruang logika berpikirku.

Quote:
ucapku rada ragu sedikit basa-basi untuk mencairkan suasana.
Quote:

Jawab mas Tri dengan senyuman misteriusnya yang selalu tersungging di bibirnya.
Lalu tiba-tiba dari kamar yang sepengetahuanku adalah satu-satunya ruangan di rumah ini yang terlarang bagi siapapun untuk masuk di dalamnya. Karena mas Tri sedikit bercerita kepadaku kalo di tempat itu adalah ruangan khusus yang dipakai sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka warisan peninggalan leluhurnya. Seperti beberapa keris, mata tombak, beberapa cakra dan trisula. Ruangan itu letaknya persis ada di samping ruang tamu yang sekarang ini aku singgahi. Beberapa waktu kemudian samar-samar terdengar rintihan dari dalam ruangan itu yang terdengar makin jelas di telingaku.

Quote:

suara hibaan itu terdengar memelas dan menyayat hati di telingaku.
Aku langsung melihat ke arah mas Tri yang tersenyum datar dan hanya manggut-manggut sekilas menatapku. Ada perasaan berdesir di jantungku saat dia kembali menatapku dengan tajam dan memainkan alisnya, seakan-akan dia berkata,
Quote:
"
Mas Tri lalu menghembuskan asap rokoknya kuat-kuat ke arah atas. Hawa udara di ruangan ini terasa semakin panas tapi begitu dingin ketika menerpa badanku dan menusuk persendian tulang-tulangku. Sedikit gemetar aku memberanikan diri mengangguk ke mas Tri yang kini matanya terlihat mulai berubah dari cara kebiasaannya memandang orang. Aku merasa kalo sekarang mata itu bukan lagi pandangan mata milik mas Tri, temanku yang aku kenal.
Sekarang pandangannya begitu liar, garang, dengan kornea mata yang terlihat sepenuhnya hitam legam tanpa menyisakan warna putih sedikitpun. Wajahnya berubah memerah seperti menahan sesuatu yang ditahannya agar tak meledak.

Quote:


Aku menuruti apa yang dikatakan mas Tri walaupun sebenarnya perasaanku takut setengah mati, mendengar suaranya yang kini berubah jadi serak sangat berat dengan intonasi seperti geraman monster, hal itu makin membuat jantungku makin berdegup dengan kencang. Disaat aku menutup mataku, di atas alisku tepatnya di tengah-tengah dahi, aku merasakan sesuatu yang terasa dingin ditempelkan di dahiku, aku merasa kalo itu adalah sebuah logam, tapi aku benar-benar punya keberanian untuk sekedar membuka sedikit mataku. Aroma wangi yang berbeda lagi dari wangi sebelumnya tiba-tiba tercium sangat tajam di depanku.

Quote:


Saat pandangan mataku terbuka, samar-samar kini di depanku duduk bersila, sesosok mahluk tinggi besar kurang lebih tingginya sekitar tiang bendera yang ada di rumah-rumah, menggunakan pakaian khas jawa yang biasa dipakai seorang warok di perkumpulan kesenian reog Ponorogo, dia menggunakan udeng ikat kepala. Wajahnya sangat menyeramkan, matanya sangat besar dan lebar, lebih pas disebut mata yang melotot. Brewok dan jambang yang panjang, memenuhi dan menutup hampir seluruh wajahnya. Hanya menyisakan ruang di bagian mulutnya yang sekarang terlihat sedang sibuk mengunyah sesuatu. Entah sekarang ini dia sedang ngemil apa?emoticon-Hammer (S)
Matanya merah menyala dengan pandangan seperti akan memangsa siapapun yang ada di depannya.
Di tangan kanannya dia memegang seikat rambut yang aku duga itu adalah sebuah kepala manusia. Ya kepala manusia yang terpenggal, dan diambil paksa dari tubuhnya. Darah segar masih menetes dan membanjiri lantai rumah mas Tri.

Quote:


Aku makin bergidik ngeri melihat pemandangan yang tak pernah sekalipun aku lihat seumur hidupku. Bau anyir amis darah langsung menyeruak di sekelilingku dan membuatku ingin muntah. Perutku rasanya seperti diaduk-aduk, saat itu juga mahluk besar itu langsung melahap habis kepala itu ke dalam mulutnya yang terlihat sangat elastis seperti mulut ular yang memangsa sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya.
Aku sama sekali tak berani untuk memandang ke arah mahluk itu yang sedang konsentrasi menyantap makan malamnya. Tak begitu lama aku dikejutkan dengan sentuhan tangan Mas Tri di pundakku, aku sekilas menoleh pada mas Tri untuk sekedar mengklarifikasi pemandangan yang ada di depanku.

Quote:

Tampaknya suara mas Tri sudah terdengar kembali normal, ternyata dia sudah kembali ke wujud muka aslinya sebagai seseorang yang aku kenal.

Quote:


Quote:



Beberapa waktu yang lalu...

Aku terbiasa nongkrong di cafe kecil milik teman kerjaku karena sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia kerja yang aku geluti. Di tempat ini sangat ramai dengan pengunjung dan teman-teman seprofesi yang terbiasa nongkrong untuk membunuh waktu luang maupun untuk menemui klien. Di cafe ini memang bukan sekedar untuk tempat nongkrong semata, racikan kopi yang disajikan disini banyak yang memuji karena enak dan pas dengan kebanyakan selera para pengunjung walaupun penyajiannya secara sederhana dan belum standar ala cafe besar di mall-mall. Kalo di cafe beneran mungkin baristanya harus bersertifikat, tapi cafe kecil temanku ini dia merekrut peracik kopi dari penikmat kopi sejati. Makanya banyak pengunjung yang cocok untuk sekedar menikmati kopi disini. Beberapa waktu yang lalu ramainya tempat ini melebihi kapasitas ruangan cafe ini sendiri, pengunjung bisa meluber sampai duduk di pinggiran trotoar jalan. Tapi itu dulu, di beberapa minggu yang lalu semuanya berubah hanya dalam hitungan hari. Dari yang awalnya pengunjung harus datang ke situ di jam-jam santai, supaya dapat tempat duduk. Sekarang situasinya berbanding terbalik 180°. Sepanjang waktu yang datang untuk mampir hanya segelintir dan hanya beberapa orang aja. Itu juga semuanya teman dari pemilik kafe ini.
Suatu sore aku tak sengaja untuk janjian ketemu dengan mas Tri di tempat ini. Ada sesuatu gal yang harus kami diskusikan , kami membahas tentang kerjasama yang akan dilakukan oleh perusahaan kami.

Quote:

Mas Tri dengan santai mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat bergaya retro minimalis ini. Dia hanya tersenyum datar saat matanya diam terpaku di sudut depan pintu masuk dan di tempat peracik kopi membuat suguhan untuk pengunjung.

Quote:


Aku belum mengtahui kalo hal itu ada faktor "lain" di balik kemunduran usaha temanku. Aku sendiri dari pertama berteman dengan mas Tri, hanya kenal dan mengetahui kalo dia adalah seorang profesional di bidang kerjanya, seorang konsultan di bidang telekomunikasi. Jadi aku tak begitu paham dengan siapa dia sebenarnya. Untuk membahas dan bertanya tentang masalah begitu, aku juga sangat awam dengan " dunia" itu.

Quote:


Temanku saat itu sedang duduk melamun di lantai atas cafe. Aku mengajaknya untuk bergabung dan ngobrol-ngobrol dengan mas Tri. Akhirnya kami bertiga berpindah tempat untuk ngobrol di teras depan yang udara dan suasananya nyaman. Aku dan temanku sedikit membahas obrolan tentang kerjaan di kantor, saat mas Tri berdiri dan celingukan untuk mencari sesuatu di area sekitar pintu masuk. Walaupun aku sedang ngobrol dengan temanku, tapi mataku terus memperhatikan dan penasaran dengan apa yang mas Tri lakukan sekarang. Dia mengangkat sebuah pot kecil tanaman yang letaknya persis ada di sisi pintu masuk ke arah cafe. Temanku hanya keheranan memandangku, seolah bertanya,

Quote:


Quote:

Ucap mas Tri menunjuk ke pot kecil yang dipindahkan di sekitar kaki meja kami berkumpul. Temanku dengan sedikit ragu langsung mengorek dan menggali tanah di pot.

Quote:

Temanku keheranan saat mendapatkan sebuah ikatan kain putih kecil berbentuk bandul persegi, dia langsung meraih memegang bungkusan itu sambil terus memikirkan tentang semua keganjilan yang ditemuinya. Bungkusan kain itu tertanam di dalam tanah di pot.

Quote:
mas Tri mengarahkan telunjuk dan pandangannya memandang tajam ke arah trotoar depan jalan raya.

Mas Tri bilang, ada orang yang tak suka dengan usaha temanku, entah itu pesaing usahanya ataupun seseorang yang iri dengan keberhasilan dan kesuksesan usaha yang temanku raih. Dia mengirimkan tanah kuburan untuk membuat cafe ini enggan untuk disinggahi lagi sama orang.

Quote:

akhirnya ganjalan yang membuatku ingin tau penyebabnya apa, menurutku terjawab sudah untuk saat ini.

Quote:

temanku akhirnya bersuara, mungkin dia masih sangat shock dan tak menyangka dengan kenyataan yang baru dia temui seumur hidupnya. Dia tak pernah sampai berpikir ke arah situ, setelah mengalami kemajuan usaha yang mulai akan ada pihak yang tak suka dengan keberhasilannya.

Quote:

mas Tri berkata dengan ekspresi yang santai. Dia meminta kantong kresek dan mengambil kain putih yang tadi tertanam di pot dan berpamitan kepada kami dan membawa "kain" itu ikut pulang dengannya.

Aku dan temanku yang pada awalnya tak mengira dengan adanya peristiwa itu, akhirnya mendapatkan pengalaman baru tentang fakta " dunia lain ". Menjelang sore hari, pengunjung cafepun mulai berdatangan lagi seperti beberapa Minggu yang lalu. Percaya ga dipercaya, semuanya karena sesuatu yang sudah diambil mas Tri untuk dibawa pulang ke

XXXXX


Quote:

Hanya itu akhirnya pertanyaan yang mengganjal di pikiranku, karena sepengetahuanku selama aku mengenal mas Tri, dia adalah seorang pekerja kantoran biasa. Tak ada yang janggal sama sekali dengan perilakunya apalagi sampai sedikit-sedikit berbicara tentang hal-hal mistis dan berbau supranatural.

Kembali di malam itu...

Suara serak dan sangat berat itu kini terdengar di hadapanku. Sosok tinggi besar menyeramkan itu membuatku makin ngeri dan bergidik karena pandangan nyalang penuh amarahnya. Mas Tri hanya berkomunikasi dengan mahluk besar itu dengan kode gerakan tangan, selama ini mas Tri tak mau berkomunikasi dengan berbicara langsung dengan jin khodamnya karena sesuatu hal yang udah dilakukannya sejak dia masih bocah kecil.

Quote:


Mas Tri mengangkat sebuah keris panjang yang sedari tadi disimpan di balik baju panjangnya dan diposisikan di atas dahinya. Secara spontan terlihat Bargowo langsung memalingkan wajahnya, tangannya menutupi sedikit wajahnya. Dia mulai membuka percakapan dan obrolan perkenalan pertemuan itu denganku.

Quote:


Lagi-lagi tawanya terdengar sangat menggelegar dan terdengar sangat pekak di telingaku.
Masih dengan pandangan liarnya, mata nyalang itu jelalatan memandang segala sesuatu yang kini ada di meja depannya. Segala ubo rampe yang disajikan mas Tri dia raih. Sebungkus rokok kretek yang mas Tri sediakan di meja dicomotnya secara kasar. Mas Tri bergegas mengarahkan dan menyalakan korek api di ujung 2 batang rokok kretek sekaligus yang terselip di mulut Bargowo. Dia menyedot rokok itu kuat-kuat dan menghembuskan dengan entengnya seperti sebuah cerobong asap pabrik mengeluarkan asap limbah. Tanpa ragu dia menyeruput habis tak tersisa kopi hitam itu,

Quote:

Aku makin bergidik ngeri saat matanya yang merah menyala, kini kembali menatapku tajam. Sekarang aku benar-benar gemetar, dan lututku terasa lunglai ga bertenaga. Aku benar-benar takut saat Bargowo berdiri menghampiriku dan menyelidik tubuhku, seperti aku adalah seekor kelinci di hadapan serigala. Dia mengendus-endus sekeliling tubuhku. Dengan tubuh besar yang menjulang ke atas hampir mengenai plafon atas rumah. Dia membungkuk mendekati wajahku, hembusan nafasnya beraroma sangat panas seperti knalpot motor dan terasa sedikit menyengat saat menerpa kulit wajahku.

Quote:



Bagaimana kehidupan yang mas Tri jalani bagi sebagian besar orang yang menganggapnya sebagai hal yang musryik dan bersekutu dengan jin. Rasanya aku tak mau ambil pusing memikirkan hal itu. Biarlah hanya Tuhan yang berhak untuk menilai dan menghakiminya. Bagiku mas Tri hanya menjaga dan merawat warisan dari leluhurnya. Aku tak pernah ambil pusing memikirkan hal itu terlalu dalam, toh pertemananku dengannya juga berjalan sangat harmonis, tanpa sekalipun menyinggung kepercayaan yang kami yakini masing-masing. Biarlah semuanya berjalan demikian adanyaemoticon-Cool

Spoiler for artwork for feasting the dark soul:

(THE END)


grogorothAvatar border
biancajadehAvatar border
trifatoyahAvatar border
trifatoyah dan 17 lainnya memberi reputasi
18
1K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.