Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

onee643Avatar border
TS
onee643
Resign dari Kerjaan itu Manusiawi, Tapi...
◦•●◉✿ Hai Agan & Aganwati sekalian ✿◉●•◦

Berjumpa lagi dengan ane, dengan thread yang di mana nantinya diharap bisa memperkaya wawasan para pembaca tentang berbagai intrik ataupun fenomena menarik di luar sana.

Keinginan resign dari pekerjaan adalah hal yang wajar dan lumrah. Kelihatannya sepele ya, tapi ane yakin diluar sana banyak banget orang gabut gegara nih.

Jangan salah, ane juga pernah merasakan hal yang serupa. Dulu ane sambil berkuliah kerja EO (event organizer). Komoditi utamanya barang keluaran Jerman. Lulus kuliah ane kerja jadi sales keliling. Kemana mana make motor, menjelajahi beberapa kota sekaligus sambil bertemu banyak orang demi target penjualan.

Tak sampai disitu, abis jadi salesman sekaligus masih aktif di dunia EO sebagai SPM alias sales promotion man. Ane resign kemudian melanjutkan karir di sebuah perbankan swasta. Hingga akhirnya mencapai posisi account manager, pasca 2 tahunan ngerasa kurang puas, melakukan resign lagi untuk kesekian kalinya, lalu berlanjut kerja di salah satu pelabuhan.

Alhasil setelah berjibaku di dunia pelabuhan hampir selama beberapa tahun, ane resign lagi, kemudian fokus mengembangkan bisnis di rumah secara online.


Source: design & koleksi pribadi


Dari beberapa pengalaman tersebut, ane akhirnya menemukan beberapa point kegundahan yang pastinya dirasakan banyak kawan diluar sana.

Para pembaca, Kaskuser Agan & Aganwati, Mas bro dan sista, ingin resign dari pekerjaan adalah perihal normal kok. Manusiawi.

☑️ Apakah alasannya hanya gara-gara masalah sepele, atau memang alasan yang berhubungan dengan prinsip, semua mempunyai porsi kekuatan untuk menggoyahkan hati dari pekerjaan yang telah ditekuni. Coba dalami dulu. Renungin.

Bisa jadi resign karena perpindahan tempat tinggal jadinya mau ga mau resign, pekerjaan tidak sesuai dengan yang dijanjikan di kontrak kerja, ingin meneruskan pendidikan tinggi, ingin berwiraswasta, alasan keluarga (jaga orang tua, jaga anak), alasan kesehatan, masalah pribadi, toxic, dan berbagai alasan lain. 

Jika tidak ada jalan keluar selain resign, apadaya, namun jika ada hal-hal lain yang bisa ditempuh dan menjadikan kita bisa meraih hal-hal baru nan menguntungkan tanpa resign, mengapa tidak?

Misalkan ingin berwirawasta. Sambil kerja sambil monitor dan memberikan kewenangan menjalankannya memakai tenaga keluarga/sanak saudara. Ternyata jalan selama beberapa waktu, dan menguntungkan secara finansial. Kenapa tidak? Kecuali memang benar-benar yakin, pangsa pasar jelas, dan harus manual jadi "superman" harus handle sendiri mandiri.

☑️ Siapkan dulu pegangan selanjutnya. Mungkin merasakan perubahan di kantor itu agak berat tapi lebih berat mencari pekerjaan baru, karena di luar sana lulusan banyak banget alias pengangguran juga jumlahnya gak sedikit.

Mungkin mau merambah dunia entrepreneur. Siapkan dulu, usaha udah berjalan kelihatan omset serta penggambaran pangsa pasarnya, baru resign. Pastikan dulu pekerjaan pengganti udah ada porsi/kemungkinan join sebagai karyawan. Right timing right decision.

Atau mungkin juga ingin berpindah ke pekerjaan lain yang sesuai minat dan keinginan. Tunggu benar benar diterima dulu baru resign. Waktu untuk wawancara atau melakukan tes kerja di pihak lain bisa menggunakan jatah cuti yang di pekerjaan sekarang. Bener kan? Seperti peribahasa, sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui. Kita membuat keputusan harus cerdas. Agan & Aganwati pasti bisa.

☑️Masalah finansial (besaran gaji) memang penting, tapi ada faktor penting lainnya yaitu kenyamanan serta ketentraman selama bekerja. Karena bisa jadi bekerja itu cakupan nya nggak harian bulanan, namun beberapa tahun hingga belasan ataupun puluhan tahun. Kalau memang alasan resign karena tidak tenang di pekerjaan saat ini, siapa tahu kita cari celah-celah nuansa positif di pekerjaan jadinya merubah pikiran yang ingin resign jadi berubah ingin bertahan.

☑️Ingat beban di pundak. Bahwa kita bisa saja lupa/khilaf sejenak. Ingin resign cari kerjaan yang baru, ingat kita masih ada tanggungan. Duit bulanan untuk orangtua, ataupun udah memiliki pasangan bahkan anak. Adapula yang masih ada beban hutang, cicilan perbulan, maupun tagihan sejenis.


Design & koleksi pribadi


☑️Ingat masa baktihangus. Kita sudah bekerja disana misalkan tahunan, bahkan sudah mencapai posisi tertentu. Namun atas karena beberapa sebab, akhirnya melakukan resign, berarti seluruh progress yang telah kita perjuangkan, posisi, kawan satu atap kerjaan, hak gaji-tunjangan-bonus, semuanya akan lenyap dan kita bisa bisa memasuki kembali dunia yang baru mulai 0, start pengenalan, mencoba hal-hal baru, berkenalan dengan banyak orang, kebiasaan serta tekanan kerja yang baru, dan lain sebagainya.

☑️Bersabar. Artinya jika lagi pengen resign jangan buru-buru siapkan dulu pegangan next. Entah itu pekerjaan yang baru ataupun dunia enterpreneur yang udah berjalan. Lebih baik berabar, memakan waktu, makan ati sebentar, daripada keburu, tanpa pertimbangan banyak, akhirnya tersandung, terjerembab.

Bersabar. Artinya jika lagi pengen resign hanya karena masalah yang sepele coba diresapi dengan baik. Siapa tahu ada masalah hanya sebesar semut tapi di pelupuk mata kelihatan seperti sebesar gajah. Ataupun kondisi sebaliknya, di pelupuk mata kelihatan masalah seperti sebesar semut, tapi setelah ditelisik lebih lanjut, permasalahan tersebut ternyata sebesar gajah. All is well.

Bersabar lagi, siapa tahu dikarenakan miss komunikasi antara sesama pekerja maupun ama atasan. Kelihatan kompleks dan suasana ga enak. Coba resapi. Suasana tegang biasanya bisa segera cair setelah dibina komunikasi yang enak nan rutin. Manusia mahluk sosial. Kita masih membutuhkan orang lain dalam kehidupan.

☑️Sesuai peribahasa terkenal, mencari musuh itu lebih mudah daripada mencari kawan. Oleh karenanya, ada kode etik tersendiri, meskipun kita udah ga bekerja di tempat kerjaan yang lama, paling tidak, komunikasi, dan persaudaraan tetap terjalin nan terjaga.

Termasuk “pamit”. Ada aja kawan kita diluar sana yang tetiba menghilang tanpa pemberitahuan pada tempat kerjanya. Alangkah baiknya ada “bahasa verbal” yang baik, karena kita bisa bergabung bekerja disana dulunya secara baik baik, paling tidak keluar dengan baik-baik pula. Sehingga nantinya meski kita sudah bekerja di tempat lain, silaturahim masih terjaga baik dengan kawan-kawan sesama profesi di tempat bekerja sebelumya.

Begitu juga dengan attitude, dimana kesatuan verbal/ucapan, sikap, baik terhadap karyawan sekarang, ataupun seluruh kolega pekerjaan saat ini. Karena kadang ada aja sikap yang "toh abis ini resign" lalu berkelakuan seenaknya. Jangan sampai ya. Kita masuk baik-baik, keluar pun baik-baik pula. 

Apalagi kalau ternyata bos/pimpinan saat ini karena kelakuan masa-masa akhir bekerja bener bener ga pantas, bisa bisa kita kehilangan beberapa hak seperti bonus, tunjangan, maupun hak hak lain yang seharusnya diberikan penuh, tapi ternyata karena kelakuan kita sendiri jadi meleset.  

Atau ternyata pula karena kelakuan kita seenaknya lalu kita diblack list di beberapa perusahaan diluar sana atas informasi pemimpin lama ke banyak pemimpin perusahaan diluar sana.

Nah semoga sekelumit wacana diatas bisa memberi wawasan baru ya. Untuk hal-hal yang mungkin belum dibahas bisa lanjut di kolom komentar. 

Salam kenal.

Semoga wacana singkatnya bermanfaat.

Onee643
Diubah oleh onee643 11-06-2023 13:18
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
983
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.