Sumber Gambar

Food vlogger adalah salah satu profesi yang merupakan cabang dari konten kreator. Biasanya, seorang food vlogger akan mengunjungi kedai-kedai makanan untuk melakukan review dan memberi ulasan hingga rekomendasi menu makanan yang ada di dalam kedai tersebut. Dengan begitu dapat menjadi referensi untuk banyak orang.

Pekerjaan seperti ini selain memberi banyak orang referensi dan tentunya memberikan si kreator keuntungan, juga berdampak pada bisnis makanan yang ia liput sendiri. Pasalnya, dengan diliput oleh konten kreator terkenal maka kedai atau restoran tersebut bisa lebih viral dan berujung ramai didatangi oleh banyak orang yang menonton kontennya.

Sayangnya, food vlogger tidak hanya membuat sebuah usaha kuliner menjadi ramai. Food vlogger juga bisa memberikan citra kurang baik dan membuat reputasi suatu restoran menjadi jelek. Penyebabnya apabila si food vlogger merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Seperti food vlogger berikut ini yang merasa harga makanan yang ia bayar tidak sesuai.


Sumber Gambar

Yang baru-baru ini terjadi adalah Farida Nurhan yang merasa dipalak atau kena getok harga usai membuat konten di salah satu warung. Pengalaman itu ia dapatkan di salah satu warung bakso dan soto yang ada di Banyumas, Jawa Tengah. Ia merasa dipalak lantaran merasa jumlah makanan yang ada dalam tagihan tidak sesuai dengan yang ia pesan.

Farida Nurhan atau akrab disapa Omay itu tidak hanya makan untuknya sendiri. Ia juga dikabarkan membagikan mantraktir para pengikutnya dan siapa pun yang ingin makan di sana. Dan hasilnya, ia kaget saat tagihannya membengkak sampai 8 juta rupiah. Hal yang sebenarnya masuk akal bila memang porsinya banyak.

Dalam tagihan, jumlah bakso dan soto yang dipesan mencapai 200 porsi lebih, Sementara Omay dan timnya merasa kalau porsi yang mereka habiskan tidak sampai segitu jika melihat dari awal sampai akhir. Apalagi melihat sisa kuah dan stok bahan-bahan yang sisa setengah, mereka merasa tidak mungkin bisa mencapai lebih dari 200 porsi.


Sumber Gambar

Jadi yang dipermasalahkan di sini bukan harga, tapi jumlah total porsi yang dihabiskan dirasa tidak sesuai. Ya menurut mereka, dari jumlah yang kelihatan tidak mungkin totalnya sampai segitu. Akibat hal ini, Omay pun curhat di sosial media dan mendapat banyak tanggapan.

Agar tidak simpang siur, sang pemilik warung pun akhirnya ikut buka suara. Menurut pihak warung, jumlah yang ditulis di bill tagihan sudah sesuai dengan apa yang orang-orang ambil. Karena orang yang datang mengambil makanan ada yang dibungkus plastik. Awalnya mereka juga tidak enak menulis semuanya, tapi kalau tidak ditulis mereka yang rugi.


Sumber Gambar

Ya, sejujurnya klarifikasi dari pihak warung sama sekali tidak menyelesaikan masalah dan tidak jelas poin intinya apa. Wajar saja bisa sampai seperti ini, rupanya pihak warung kurang pandai berbicara dan memberi penjelasan. Dan akhirnya mungkin terjadi kesalahpahaman dari pihak Omay yang mungkin tidak menanyakan secara langsung.

TS rasa ini ada miskomunikasi antara Omay dan juga pemilik warung. Dan seperti biasa, masalah tidak diselesaikan di tempat melainkan malah diviralkan ke sosmed yang nantinya malah bisa merusak nama dari warung itu sendiri. Ada baiknya kalau merasa ada yang janggal maka dibicarakan saat itu juga, jangan malah ngonten dan menjadikannya viral.



Menurut kalian, siapa yang salah di sini? Atau dua-duanya salah?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi