Indonesia dan Jepang telah mengikat banyak kerjasama sejak 65 tahun terakhir. Berbagai program, inisiatif dan bantuan telah berhasil meningkatkan kapasitas dan kemampuan ekonomi dalam lingkup kepentingan masing-masing negara. Namun demikian, seiring kondisi global yang masih berlangsung dinamis dan bergejolak, penguatan kolaborasi masih menjadi aspek penting yang harus terus dipelihara sekaligus untuk meningkatkan  penguatan peran Indonesia dalam kerjasama regional dan global.

Salah satunya adalah melalui partisipasi aktif dalam IPEF dan kerjasama dengan negara-negara ASEAN dan G7,  karena lewat forum itu Indonesia dapat memperkuat peran dan pengaruhnya dalam agenda energi regional dan global. Dengan mempromosikan transisi energi yang berkelanjutan, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan menciptakan kawasan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Hal itu tak lepas dari kepentingan utama Indonesia yakni dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam negeri. Karena melalui transisi energi yang berhasil akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan energi terbarukan seperti listrik yang dihasilkan dari PLTA Kayan dan kendaraan listrik akan mengurangi polusi udara dan memperbaiki kualitas hidup. Selain itu, dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam program transisi energi, seperti melalui pelatihan kerja dan pengembangan koperasi energi, akan tercipta kesempatan ekonomi baru dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka mencapai manfaat-manfaat tersebut,  Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto perlu segera menindaklanjuti kerjasama yang dibuat dengan Jepang. Implementasi proyek PLTA Kayan, peningkatan investasiharus memberikan dukungan yang kuat dalam penelitian dan pengembangan energi terbarukan. Ini termasuk mendukung penelitian tentang kendaraan listrik, baterai terbarukan, teknologi tenaga surya, dan sumber energi terbarukan lainnya. Dengan meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan, Indonesia dapat mempercepat adopsi teknologi terbaru dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan Jepang untuk berinvestasi dan berkolaborasi dalam pengembangan energi terbarukan.

Memperluas kerjasama dengan negara-negara ASEAN dan G7: Indonesia, sebagai Ketua ASEAN dan Jepang, sebagai tuan rumah KTT G7, memiliki kesempatan untuk memperkuat kerjasama energi dengan negara-negara anggota ASEAN dan G7. Menko Airlangga dapat menginisiasi dialog dan pertemuan dengan para mitra ASEAN dan G7 untuk membahas isu-isu strategis dalam pengembangan energi, pertukaran pengetahuan, dan berbagi pengalaman terkait transisi energi. Kerjasama regional dan global yang erat akan memperkuat posisi Indonesia dan Jepang dalam memajukan agenda energi terbarukan.

Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat: Menko Airlangga perlu memperkuat upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya transisi energi dan manfaat energi terbarukan. Pemerintah Indonesia dapat mengadakan kampanye pendidikan dan sosialisasi untuk menjelaskan keuntungan energi terbarukan, termasuk kendaraan listrik, kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program transisi energi, seperti dengan memberikan insentif bagi penggunaan kendaraan listrik dan instalasi energi terbarukan.

Dengan implementasi proyek PLTA Kayan, keterlibatan perusahaan Jepang dalam program transisi energi, penguatan kerjasama dalam IPEF, dan langkah-langkah tambahan yang direkomendasikan, Indonesia dapat bergerak maju dalam pengembangan energi terbarukan, mencapai target Net Zero Emission (NZE), dan mendorukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Langkah-langkah ini juga akan membantu memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan di bidang energi.

Dalam mendorong implementasi proyek PLTA Kayan, Menko Airlangga perlu memastikan koordinasi yang efektif antara PT. Kayan Hydro Plant, Sumitomo Corporation, dan pihak terkait lainnya. Tim kerja yang telah dibentuk dapat membantu memantau dan mengawasi kemajuan proyek serta mengatasi hambatan yang mungkin timbul. Penting juga untuk memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam pelaksanaan proyek ini, seperti mitigasi dampak lingkungan dan partisipasi masyarakat setempat.

Dalam mendorong keterlibatan perusahaan Jepang dalam program transisi energi, Menko Airlangga dapat mengadakan pertemuan lanjutan dengan perusahaan-perusahaan Jepang yang berminat untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan Indonesia. Pemerintah dapat menyediakan insentif pajak, kemudahan perizinan, dan fasilitas pendukung lainnya untuk mendorong investasi tersebut. Selain itu, kerjasama dengan Jepang dalam bidang penelitian dan pengembangan energi terbarukan juga perlu ditingkatkan melalui pertukaran pengetahuan dan teknologi.

Dalam penguatan kerjasama dalam IPEF, Menko Airlangga dapat memastikan bahwa posisi Indonesia dalam perundingan IPEF memberikan manfaat yang nyata bagi negara dan masyarakat Indonesia. Pilar II Supply Chains dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat rantai pasok energi terbarukan dan mendorong diversifikasi bahan baku di sektor kritis. Menko Airlangga dapat memimpin tim negosiasi yang berkompeten dan memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam konteks kerjasama regional.

Dengan mengambil langkah-langkah yang dijelaskan di atas, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Menko Airlangga Hartarto dapat memanfaatkan kerjasama dengan Jepang dan mempercepat transisi energi di Indonesia  menghasilkan sejumlah manfaat yang signifikan bagi Indonesia.