i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Diprediksi Ada 3 Poros Koalisi Pilpres 2024, Sandiaga Berpeluang Jadi Cawapres Ganjar


Bakal Seru! Diprediksi Ada 3 Poros Koalisi Pilpres 2024, Sandiaga Berpeluang Jadi Cawapres Ganjar

Suara.com - Direktur Eksekutif The Strategic Research and Consulting (TSRC) Yayan Hidayat memperkirakan akan terbentuk tiga poros koalisi pada pilpres 2024.

"Akan ada (tiga) poros koalisi yang berkontestasi pada pemilihan presiden," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/4/2023).

Dia menjelaskan, tiga koalisi itu meliputi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas PDIP, Golkar, PPP, dan PAN serta partai non-parlemen PSI dan HANURA dengan mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres.

Poros koalisi kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Gerindra dan PKB dengan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres, serta terakhir adalah Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Demokrat dan PKS dengan mengusung  Anies Baswedan sebagai capres.

Namun, kata dia, terdapat pergerakan politik yang dapat memengaruhi utak-atik poros koalisi tersebut, seperti sinyal bergabungnya Sandiaga Salahuddin Uno ke PPP setelah resmi keluar dari Gerindra.

Yayan menjelaskan fenomena keluarnya Sandiaga Salahuddin Uno dari Gerindra menyimbolkan dua hal. Pertama, bergabungnya Sandiaga ke PPP akan membuka ruang lebar bagi Sandiaga untuk melenggang maju sebagai Bakal Calon Wakil Presiden Ganjar Pranowo.
Kedua, bergabungnya Sandiaga ke PPP adalah upaya Sandiaga untuk mendekatkan PPP ke Gerindra dan Sandiaga mendapat tiket politik sebagai cawapres bagi Prabowo Subianto.
"Bagi saya, dua hal ini bisa saja melatarbelakangi keputusan politik Salahuddin Uno," ujarnya.
Menurut dia, keputusan Sandiaga tersebut tentu akan memengaruhi konstelasi politik pembentukan koalisi. Apalagi jika kondisi yang sama juga akan terjadi dengan PKB bila Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar tidak punya peluang untuk diusung menjadi Calon Wakil Presiden.
"PKB juga berpeluang keluar dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya jika Ketua Umumnya tidak menjadi sebagai cawapres. Tentunya PKB akan mendorong pembentukan poros koalisi nasionalis-religius dengan bergabung ke PDIP karena kecewa pada Prabowo dan Gerindra," katanya menegaskan.


Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini, terdapat 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga, pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara. (Sumber: Antara)
SUMBER BERITA
==============
Ongkos politik di Indonesia itu teramat mahal. Sebenarnya jika hanya ada 2 pasangan Capres-Cawapres di Pilpres 2024, itu akan memangkas biaya lumayan besar. Namun tampaknya konstelasi Pilpres tetap akan menghadirkan 3 pasang Capres-Cawapres.
Hengkangnya Sandiaga Uno sebenarnya sudah tercium dari gelagat saat masalah hutang Anies Baswedan untuk biaya Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 mencuat ke permukaan. Uno terkesan kecewa karena uang pribadinya seakan tak jelas nasibnya. Partai yang menaunginya juga seakan tak mensupport dirinya untuk mendapat kejelasan status uangnya tersebut.
Ini hanya asumsi.

Disisi lain, jika benar hengkangnya Sandiaga Uno dari Gerindra hanyalah drama untuk 'menjual dirinya' lebih mahal, ini bisa saja benar. Selama ini seorang Capres butuh Cawapres yang bisa mendukung suaranya, kalau tidak dibilang mendukung juga soal dananya. Kita ingat saat pertama Jokowi maju Pilpres, semua terkejut ketika JK dipilih PDIP untuk mendampingi Jokowi. Desas desus yang terdengar, ada deal-deal tertentu antara pihak JK dan pihak PDIP untuk menjadikan JK capresnya Jokowi. Soal dana? Bisa jadi. Kalau hanya soal kemampuan mendampingi Jokowi, banyak sekali saat itu yang pantas mendampingi Jokowi. Dan JK sama sekali tak punya basis massa dan akar yang kuat di Golkar. Justru massa Golkar lebih memilih Prabowo sebagai pilihan saat Pilpres. Jadi, kala itu pemilih Jokowi benar-benar hanya memandang Jokowi sebagai capres. Bukan juga partainya.

Dan ketika kali kedua Jokowi maju jadi capres dari PDIP serta menjadikan Ma'ruf Amin sebagai cawapres, maka yang diutamakan adalah menghadang kaum agama yang cenderung diiming-imingi Ijtima Ulama dengan kewajiban memilih Prabowo-Sandiaga Uno. Jelas jika Ma'ruf Amin dimaksudkan untuk menjaring pemilih dari massa NU.

Kembali ke Sandiaga Uno. Lepasnya Sandiaga Uno dari Gerindra, sudah santer disebut bahwa dia akan beralih ke PPP. PPP sendiri sudah menyebutkan Ganjar Pranowo sebagai pilihan Capresnya meskipun sampai opini ini ditulis, Rapimnas PPP belum memutuskan hal itu. namun bisa saja memang nantinya Sandiaga Uno akan diplot sebagai cawapres. Kalau pencawapresan Sandiaga Uno untuk mendampingi Prabowo, nampaknya mustahil. Sandiaga Uno tak akan mau, apalagi hubungannya dengan kalangan elit Gerindra agak memanas akibat komentar-komentar miring para petinggi Gerindra. Yang paling mungkin adalah menjadi cawapres Ganjar. Nah, jika alasan utamanya adalah dana, maka Sandiaga Uno akan mendapatkan pesaing utama, yaitu Erick Tohir. Erick Tohir sendiri saat ini dikenal sebagai Nahdliyin muda NU. Sebagai orang NU, Erick Tohir jelas punya basis massa, dan basis massanya jelas kaum NU. Berbeda dengan Sandiaga Uno. Jadi jika dihadapkan antara Erick Tohir vs Sandiaga Uno, jelas menang Erick Tohir baik dari segi dana maupun basis massa.
Pertanyaan lain, apakah ada peluang bagi Sandiaga Uno untuk kembali mendampingi Anies Baswedan? Jawabannya tidak. Bukan karena PPP sampai saat ini tak berkongsi dengan partai-partai pendukung Anies Baswedan, tapi lebih kepada Sandiaga Uno sendiri yang pastinya tak akan mau lagi berkongsi dengan Anies Baswedan. Istilahnya kapok!

Dan Sandiaga Uno hampir pasti tak akan diusung oleh PPP menjadi capres. Jika Sandiaga Uno kelak resmi menjadi capres dari PPP untuk Ganjar, maka ini adalah kerjasama kedua antara PDIP dengan PPP setelah sebelumnya, dahulu, Megawati  berpasangan dengan Hamzah Haz dalam memimpin negara, meskipun (ini perlu digarisbawahi), semua itu karena kecelakaan sejarah, sejak GusDur dilengserkan (oleh Amien Rais). Lengsernya GusDur otomatis menaikan Megawati yang saat itu jadi wakil presiden. Ada hal yang sangat lucu sekaligus naif yang terjadi pada bangsa ini. Ketika Megawati digadang-gadang menjadi presiden, maka muncullah Poros Tengah yang dimaksudkan untuk menjegal Megawati dengan alasan bahwa wanita tak boleh memipin negara. tapi ketika GusDur lengser, mendadak hal itu menjadi halal. Dan halalnya Megawati naik menjadi RI1 karena 'perubahan fatwa' asal dari kaum agama yang menjadi wakilnya. Oleh sebab itulah Hamzah Haz terpilih dan dipilih Mega yang saat itu Hamzah haz menjadi Ketua Umum PPP. Dan ketika Megawati selesai menjabat, sebelum dimulainya Pilpres kembali, Hamzah Haz adalah orang yang sangat sibuk menghubungi Megawati, berharap Megawati mau berpasangan dengannya. Namun nampaknya Megawati enggan memilih Hamzah Haz.

Nah, sekarang kita kembali membahas soal Pilpres yang meungkinan akan memajukan 3 pasangan Capres-Cawapres.
Sebenarnya PDIP berharap Prabowo mau mendampingi Ganjar Pranowo. Meskipun sampai sekarang Prabowo terlihat jual mahal, namun politik itu bukanlah ilmu matematika. Politik itu lebih banyak memainkan faktor psikologis. Banyak drama. Bisa saja kedepannya Prabowo akhirnya menerima pinangan PDIP untuk menjadi cawapres Ganjar. Jika ini terjadi, maka Gerindra dan PKB akan merapat membentuk koalisi dengan PDIP, PPP, dan PAN (yang sejak awal menginginkan Ganjar maju menjadi Capres). Ini ditambah dengan PSI dan Hanura yang sangat kecil basis massanya. Sementara Golkar yang katanya menolak PDIP bergabung dengan koalisi Indonesia Baru besutan Gerindra, PKB, dan Golkar, bisa saja menyeberang ke koalisi Demokrat, Nasdem, dan PKS.

Nah, sekarang hitung-hitungan, siapakah ke3 pasang Capres Cawapres itu?

Mungkin ini :

Ganjar Pranowo-Sandiaga Uno
Prabowo-Mahfud MD
Anies Baswedan-AHY
atau
Ganjar Pranowo-Erick Tohir (PPP dukung Prabowo)
Prabowo-Sandiaga Uno (lagi)
Anies Baswedan-Mahfud MD
atau
Ganjar Pranowo-Prabowo (Gerindra berkoalisi dengan PDIP)
vs 
Anies Baswedan-Mahfud MD (Nasdem, Demokrat, PKS, ditambah Golkar)

Kita lihat saja nanti. Masih banyak kemungkinan dan kejutan yang akan terjadi.
Itu.










Diubah oleh i.am.legend. 26-04-2023 04:29
ivanindAvatar border
candidat.masterAvatar border
viniestAvatar border
viniest dan 13 lainnya memberi reputasi
14
3.5K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.