Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Sosial
  • Alasan Anak Dari Keluarga Mampu Dipaksa Untuk Lebih Sukses

lightningmen008Avatar border
TS
lightningmen008
Alasan Anak Dari Keluarga Mampu Dipaksa Untuk Lebih Sukses

Menurut beberapa penelitian, anak yang berasal dari keluarga mampu saat dipilihkan sekolah, jurusan kuliah, pekerjaan, bahkan sampai level jodoh oleh orang tuanya terkadang dia menolak atau dia memutuskan untuk tidak sekolah, tidak kuliah, tidak bekerja, bahkan tidak punya pasangan suami/istri ; sedangkan masih
banyak anak yang tidak bisa sekolah/kuliah terkendala oleh biaya, bahkan tidak
bisa bekerja alias pengangguran, atau bahkan tidak memiliki suami/istri sekalipun?

Hal tersebut disebabkan karena :

- Karena dia (anak yang berasal dari keluarga mampu) merasa dirinya masih bebas. Tak berbeban. Masih memiliki kebebasan untuk bersuara. Jujur.

Senang, katakan senang. Susah katakan susah. Sulit katakan sulit. Apa adanya. Hebat, euy! Kereeen!

Dirinya sedang tidak under pressure. Kondisi hidupnya lebih leluasa. Tidak tertekan. Itulah namanya anak-anak orang mampu.

Apalagi kalau dia anak sultan, hehehe. Apa saja bisa dibeli. Dengan uang jajan rutin saja, dia sudah bisa membeli apa saja. Kalau harganya memang mahal dan tidak terjangkau, bagaimana?

Ya, minta lagi saja ke orang tua dong. Kalau ditolak, bagaimana?

Ah, gampangl! Kan, ada 1001 trik untuk mendapatkannya! Bisa minta baik-baik, membujuk salah satunya. Atau bahkan dengan mengancam—kalau perlu.

Ah, masa iya segitunya? Ya, iyalah. Aku kan anak sultan, harus bisa mendapatkan
segalanya…. Hidup di dunia hanya sekali, masa tak boleh dinikmati….

Mau kuliah, walaupun otakku gak sampai sejengkal kemampuannya, namun demi gengsi dan prestise keluarga, harus bisa kuliah. Kalau perlu kuliah di luar negeri. Mommy di rumah pasti mendukung. Kedengarannya merdu juga di telinga. Terutama di acara arisan atau ajang pamer keluarga.

Kan, di sana ada juga lembaga pendidikan yang punya embel-embel akademisnya seperti universitas! Namanya American Academy University, kata si Budi—seorang teman yang walau orang tuanya hidup susah, tapi otaknya lumayan jernih.

Yang penting orang sini gakkan tanya-tanya di mana kuliahnya? Bilang saja di luar.
Di Amrik. Pasti orang sini sudah langsung keder, mendengarnya. Apalagi kalau di Amrik sampai 4–5 tahun. Di Los Angeles, di Boulevard Avenue. Bahasa Inggerisnya juga sudah cas cis cus. Mana mungkin orang berani nantangin.

Kecuali kalau disuruh bikin paper, atau memberikan penjelasan ilmiah dalam bahasa Inggris. Apalagi kalau disuruh menuliskannya di ( maaf sensor : ***** ) edisi Bahasa Inggris. Ah, gampang jauhin saja! Itukan forum medsos untuk para pengangguran dan tak ada kerjaan.

Begitulah adegan rekaan kalau jadi anak orang mampu tapi maunya hepi melulu dan tak pernah pusing-pusing belajar. Dikiranya kalau anak orang kaya, pasti hidupnya juga akan ikut kaya juga. Padahal orang tua susah, belum tentu anaknya ikut susah. Orang tua kaya, belum tentu anaknya juga jadi kaya.

- Sebaliknya, kalau anak-anak miskin yang tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinngi, seperti  kuliah, dsb karena terkendala oleh biaya, punya pengalaman lain. Jangankan menolak disuruh sekolah dimana, kuliah jurusan apa, kerja dimana, atau bahkan dijodohkan dengan siapa. Sudah lulus seleksi masuk saja (mau itu seleksi masuk sekolah tertentu, seleksi masuk perguruan tinggi, seleksi pekerjaan tertentu, dan lain-lain), serta mau minta uang pendaftaran kembali kepada orang tuanya saja merasa berat. Pusing. Prihatin. Gimana cara ngomongnya?

Maklum emak yang sakit berat saja sejak seminggu lalu, susah dibawa ke rumah sakit. Mau minta kartu Indonesia Sehat dll.—pokoknya yang iurannya gratis—tak pernah berhasil lolos. Padahal sudah menyerahkan fotokopi KTP dan KK orang tua sejak 5–6 tahun lalu, tetap saja orang lain yang duluan mendapatkannya.

Demikian pula dengan Indonesia Pintar untuk sekolah. Kata Pak RT-RW yang dihubungi, "Itu wewenang dari pusat. Kami tak punya kuasa apa-apa." Mungkin nanti, kalau ada kesempatan bukaan baru lagi, demikian hiburnya.

Kalau anak-anak miskin kebanyakan malah banyak yang putus sekolah sejak antara
SMA/SMK, SMP atau mungkin hanya sampai SD. Lalu bekerja apa saja—serabutan—di segala bidang. Bersyukur kalau bisa ikut kerja shift-an di pabrik. Yang penting bisa mengganjal perut dan ngerokok sambil mabuk atau minum-minuman keras.....................................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!. Asalkan tidak sampai ke narkoba. Tidak minta orang tua lagi. Apalagi kalau dapat jatah lembur. Supaya ada lebihnya, bisa bantu-bantu orang tua beli beras dan minyak goreng.

Lebih cakep lagi, kalau bisa beli HP seken setelah kumpul-kumpulin recehan lebihan selama sekian bulan. Supaya bisa ikut nimbrung kompetisi main game atau jadi selebgram, youtuber, artis, dan lain sebagainya. Untuk pergaulan kekinian.

Dan jauh lebih cakep lagi, kalau bisa juga beli kendaraan pribadi seken, terutama sepeda motor atau bahkan mobil setelah kumpul-kumpulin recehan lebihan selama berbulan-bulan. Supaya bisa travelling sendirian atau solo travelling keluar kabupaten/kota atau keluar pulau, bahkan keluar negeri sekalipun tanpa harus menggunakan kendaraan umum karena jadwalnya yang tidak menentu atau terikat jadwal. Untuk mempermudah mobilitas serta untuk pergaulan kekinian juga meskipun usianya masih belum cukup atau tidak punya SIM ndah. Lagian kan punya SIM saat berkendara udah gak jamannya lagi, kan ?? Apalagi harus nunggu udah cukup umur karena kedewasaan seseorang tidak lagi dilihat dari usia, akan tetapi dari sikap, perilaku, beserta kepribadian. Hadeeeeeeeeeeeeeeeeeeeuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..........................................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.

Kalo nanti ditilang kan gampang (terutama kalo pas ada momen/operasi kendaraan), polisinya tinggal kasih uang damai berapapun gitu, trus udah selesai kan masalahnya, jadinya KUHP alias Kasih Uang Habis Perkara). Heheheheheheheheheheheeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee..............................................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.

Begitulah kira-kira kondisinya mengapa anak yang berasal dari keluarga mampu saat dipilihkan sekolah, jurusan kuliah, pekerjaan, bahkan sampai level jodoh oleh orang tuanya terkadang dia menolak atau dia memutuskan untuk tidak sekolah, tidak kuliah, tidak bekerja, bahkan tidak punya pasangan suami/istri ; sedangkan masih banyak anak yang tidak bisa sekolah/kuliah terkendala oleh biaya, bahkan tidak bisa bekerja alias pengangguran, atau bahkan tidak memiliki suami/istri sekalipun.


Note: Hanya ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, yakni: kebahagiaan sejati dan masadepan.
0
292
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sosial
Sosial
408Thread240Anggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.