Media sosial, katanya di sana serba ada. Mau mencari hiburan ada, mau berkomunikasi dari jarak jauh bisa, belanja online pun tersedia.

Media sosial juga dijadikan ajang pamer kekayaan bagi sebagian orang. Entah itu dengan memamerkan barang-barang branded atau pun jalan-jalan ke luar negeri.

Namun, ada juga yang menggunakan media sosial untuk memperlihatkan kesulitan, mengungkapkan keluhan, serta mengemis belas kasihan dari orang lain.

Untuk apa sih semua itu?

Mengeluh beras habislah, ada hutang di mana-manalah, bahkan tanpa malu meminta-minta layaknya seorang tuna wisma.

Yang lebih tidak masuk akal lagi mengapa mereka yang seperti orang kesusahan itu malah bisa membeli kuota dan handphone yang bisa di pakai menjelajahi dunia maya?

Bukankah, jika memang untuk makan saja susah, handphone bisa dipakai untuk membeli beras atau bahan makanan lain. Apa mungkin lebih mementingkan gaya daripada hidup apa adanya?

Menurut teman-teman kenapa fenomena seperti itu seringkali terjadi?

Ada manfaatnya gak sih bagi mereka?

Kalau menurutku pribadi, daripada mengumbar kesulitan di media sosial. Mending fokus mencari solusi yang nyata. Bekerja kek, atau cari cara yang jelas-jelas mendatangkan manfaat.

Iya gak, sih?

Media sosial sebenarnya bisa mendatangkan manfaat asal kita bijak menggunakannya.

Hobi dagang, pinter publik speaking, sekarang menjamur aplikasi sebagai pasar online yang menjadi tempat mempertemukan penjual dan pembeli.

Punya kemampuan menulis, bisa bikin blog pribadi atau menulis di platform berbayar. Atau ada bakat jadi konten kreator, juga dapat dijadikan pekerjaan yang mendatangkan cuan.

Ngapain menurunkan harga diri menjadi pengemis online dengan menjual kesulitan?

Bukan manfaat yang didapat. Melainkan, cemoohan, kehinaan, serta memperlihatkan ketidak berdayaan kita di hadapan makhluk.

Tutup rapat-rapat kesulitan dan berjuanglah untuk tetap menjaga kehormatan.

Sumber : Opini Pribadi