Ustaz Hanan Attaki membuka suara terkait penolakan dan pembubaran ceramahnya oleh Banser NU baru-baru ini. Hanan Attaki membantah memiliki niat menghina istri Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Aisyah.

Sebelumnya, Hanan Attaki mengadakan pengajian di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura. Namun, pengajiannya dibubarkan oleh Banser NU dan warga. Hanan Attaki memberikan klarifikasi dalam sebuah video yang diunggah di Channel YouTube-nya. Ia menyebut ada tiga hal yang menjadi penyebab ceramahnya ditolak, salah satunya adalah tuduhan menghina Aisyah.

"Tuduhan yang disampaikan dalam unjuk rasa yang dilakukan beberapa kelompok orang waktu itu, adalah pertama bahwa Hanan Attaki itu adalah Wahabi yang kedua adalah didukung Yahudi dan yang ketiga adalah Ustad Hanan itu menghina Nabi Musa dan Sayyidah Aisyah," kata Hanan.

Hanan Attaki mengatakan tuduhan terkait Aisyah muncul saat dirinya menyebut istri Nabi Muhammad sebagai cewek gaul dan menyebut berat badannya. Namun, Hanan membantah memiliki niat menghina.

"Di situ saya dikatakan saya menghina Sayyidah Aisyah dengan mengatakan cewek gaul, yang kedua beratnya Sayyidah Aisyah beratnya antara 50 atau 55 atau kurang dari itu. Saya coba jelaskan kalau dalam hal ini, dalam konteks ini tidak mengaku adalah sebuah kesalahan atau menghina. Kalau Nabi Musa Preman Nabi saya keliru. Keliru memilih diksi dan tak ada niat menghina. Tapi kalau cewek gaul dan beratnya sekitar 50 kilo itu bukan sama sekali penghinaan dan tidak ada yang salah dengan diksi itu," ungkapnya.

"Saya jelaskan, cewek dalam bahasa konteks anak muda itu bahasa lain perempuan atau wanita muda. Kemudian gaul kenapa gaul kesannya identik dengan negatif, saya tidak setuju dengan kesannya itu. Seolah-olah anak muda itu seolah-olah semua anak muda itu negatif. Gaul itu gak selalu negatif lho," tambah Hanan.

Hanan Attaki mengungkapkan bahwa penolakan terkait ceramahnya bukanlah yang pertama kali terjadi. Ia mengaku sudah mendapat fitnah sejak tahun 2017.

"Sebenarnya ini bukan isu baru yang dituduhkan kepada saya. Karena fitnah ini sudah pernah sempat ramai sejak tahun 2017. Dan waktu itu juga saya sudah memberikan penjelasan tentang kesalahpahaman yang mengakibatkan fitnah tersebut. Tetapi karena mungkin sudah lama akhirnya ketika diangkat lagi dihebohkan lagi, beberapa dari kita kehilangan referensi penjelasan waktu itu," jelasnya.


Pada Minggu tanggal 12 Februari, pengajian yang diadakan di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura, dibubarkan oleh Banser Nahdlatul Ulama (NU) bersama dengan warga setempat. Massa yang berjumlah ratusan tersebut, datang dengan mengenakan seragam dan menolak adanya pengajian tersebut. Mereka memenuhi halaman masjid dan jalan di depan masjid dalam kondisi hujan deras. Dengan menggunakan pengeras suara lewat mobil komando, massa meminta agar pengajian dihentikan. Aksi massa ini mendapat pengamanan dari pihak kepolisian. Setelah melakukan pembicaraan, akhirnya disepakati bahwa pengajian tersebut tidak akan dilanjutkan.

Sumber : detik.com