adilaanbarAvatar border
TS
adilaanbar
PENCEGAHAN DEMENSIA PADA LANSIA
Demensia adalah sindrom yang diakibatkan penyakit atau gangguan otak yang dapat bersifat kronis maupun progresif dan dapat memperlambat fungsi kognitif seseorang (kemampuan berfikir) termasuk daya ingat, daya piker, orientasi, daya tanggap, berhitung, kemampuan belajar, Bahasa, daya nilai dan dapat mempengaruhi aktifitas sehari – hari (Dewi, 2018).

Data dari World Health Organization (WHO) dan Alzheimer's Disease International Organization terdapat total jumlah orang dengan demensia di seluruh dunia pada tahun 2015 yaitu 47,5 juta dan berjumlah 22 juta jiwa yang kebanyakan terdapat di Asia. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini terdapat lebih dari 4 juta jiwa usia lanjut penderita Demensia. Jumlah ini akan terus meningkat hampir 4 kali pada tahun 2050. Total kasus demensia baru setiap tahun di seluruh dunia berkisar 7,7 juta, artinya setiap 4 detik terdapat 1 kasus demensia diperkirakan akan terus naik jadi 75,6 juta pada tahun 2030 dan 135,5 juta pada tahun 2050 (WHO, 2015).

Menurut Alzaimer's Disease International (ADI) Report pada tahun 2016, jumlah penderita demensia di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa dan Indonesia masuk dalam sepuluh negara dengan demensia tertinggi di dunia dan Asia Tenggara pada tahun 2015 (Alzaimer's Disease International , 2016) Laporan tersebut mengungkapkan hasil survei sikap terhadap demensia terbesar yang pernah dilakukan, dengan hampir 70.000 orang di 155 negara dan wilayah menyelesaikan survei. Ini mencakup empat kelompok demografis: orang yang hidup dengan demensia, pengasuh, praktisi kesehatan, dan masyarakat umum. Analisis penelitian, yang mengumpulkan tanggapan dari, dilakukan oleh London School of Economics and Political Science (LSE) (Alzaimer's Disease International, 2019).

Perubahan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness), mudah lupa adalah gangguan kognitif yang paling ringan, 39% gangguan ini diperkirakan dikeluhkan oleh lanjut usia berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal mulai meskipun sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, tidak jarang ditemukan pada orang setengah umur. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive Impairment) sampai ke Demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat. Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang (Susanti, 2019).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan resiko terjadinya perubahan fungsi kognitif pada lansia, yaitu: 1) jenis kelamin, dimana wanita lebih beresiko mengalami penurunan fungsi kognitif dari pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh adanya peranan level hormon seks esterogen dalam perubahan fungsi kognitif. 2) faktor makanan, kekurangan vitamin D sekitar 25% - 54% pada orang berusia 60 tahun keatas dan 74% ditemukan pada wanita yang menderita Alzheimer. 3) status kesehatan, salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif lansia adalah hipertensi. 4) Pendidikan, pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lanjut usia dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang, termasuk pelatihan (indirect training) (Harini & Widjanegara, 2018).

Gangguan kognitif dapat dicegah dengan cara memperbanyak aktivitas gerak dan pemikiran yang melibatkan otak bagian kanan dan kiri (Khuluq, 2009 dalam Sofia, 2018). Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif pada lansia belum mendapatkan penanganan yang maksimal. Teknik yang selama ini digunakan memiliki kelemahan tersendiri sehingga tujuan peningkatan fungsi kognitif belum maksimal untuk dicapai. Teknik peningkatan fungsi kognitif lansia harus dibuat lebih mudah. dan lebih efektif. Salah satunya yaitu terapi Reminiscience (Harini & Widjanegara, 2018).

Reminiscience merupakan salah satu metode pengekspresian perasaan yang dapat memicu munculnya rasa percaya diri dan perasaan dihargai pada lansia yang berdampak pada munculnya koping positif yang mempengaruhi persepsi dan emosi lansia dalam memandang suatu masalah. Terapi ini bertujuan untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif pada lansia Terapi Reminiscience masih jarang diminati di Indonesia hal ini diakibatkan karena kurang maksimalnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga penurunan fungsi kognitif pada lansia masih menjadi masalah utama (Dewi, 2018)

Menurut (Wilkinson, 2012) terapi reminiscence adalah terapi untuk mengenang kembali kejadian di masa lampau, pikiran, dan perasaan yang menyenangkan dan diberikan kepada lansia dengan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup atau kemampuan penyesuaian terhadap perubahan dari suatu kejadian saat ini. Aktivitas terapi ini dapat dilakukan secara kelompok maupun perorangan serta mampu memodifikasi perilaku, fungsi sosial dan fungsi kognitif. (Fontaine, 2009) menyatakan bahwa terapi reminiscence dilakukan untuk menurunkan masalah depresi, harga diri yang rendah, ketidakmampuan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia.

Terapi reminiscience akan memicu impuls pada memori. Memori ialah proses dimana penyimpanan impuls sensorik yang penting untuk dipakai pada masa yang akan datang sebagai pengatur aktifitas motorik dan pengolahan berpikir. Sebagian besar penyimpanan ini terjadi pada korteks serebri. Korteks yang terdiri lebih dari 10 milyar sel otak yang terhubung dengan sel-sel lain di daerah otak. Tiap sel otak mempunyai hubungan dengan 4 ribu hingga 10 ribu sel otak lainnya dan berhubungan melalui impuls listrik dan zat kimia yang disebut neurotransmitter.
Hal ini didukung hasil penerapan terapi reminiscence yang menunjukan perbaikan hasil MMSE setelah dilakukannya terapi (Gultom, Martina, dan Harianja, 2021).

Referensi
Siska Evi Martina, Rumondang Gultom, Rinco Siregar, A. S. (n.d.). REMINISCENCE MEMBANTU MENCEGAH KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA (p. 51). https://www.google.co.id/books/editi...sec=frontcover

Susanto, T. I., Soetjiningsih, C. H., & Samiyono, D. (2020). Terapi Reminiscence: Memberdayakan Lansia untuk Mencapai Successful Aging. Buletin Psikologi, 28(1), 72. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.49339

Taufik, A. (2019). Peningkatan Pengetahuan Tentang Demensia Pada Kader Posyandu Lansia Di Kelurahan Mersi Melalui Kegiatan Penyuluhan Dan Pemberdayaan. Prosiding, 8(1), 26–33. http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/...ticle/view/696
0
489
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.6KThread9.9KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.