gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Ketukan Tiga Kali di Pintu Itu ! Horor di malam retret

Horor



Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan malas, tidak biasanya badanku terasa berat dan kepala ku sakit, aku menenggak obat pereda sakit kepala dan menyalakan sebatang rokok untuk menemani ku bersiap siap dalam mengikuti sebuah liputan.
Cuaca pagi itu kurang bersahabat, dari jendela apartemen lantai 28 ku, terlihat awan gelap menggantung di pagi ini, tak lama kulihat hujan mulai turun dan cuaca menjadi lebih dingin seketika, view dibawah kulihat banyak kapal nelayan yang terparkir, apartemen ku memang terletak di pinggir Muara Baru, bagian utara Jakarta. Cuaca sendu pagi ini memang membuat mood untuk bersantai tapi liputan konfrensi di bilangan selatan jakarta dan tenggat waktu deadline membuat ku mesti segera bersiap siap.
Jam masih menunjukkan pukul 5.40 pagi, saat kubuka beranda sapuan angin dan air hujan membuat ku langsung terhenyak seketika.
Aku teringat tentang masa seminar ku di Sanggau, Kalimantan Barat.
Pada waktu itu, kisaran di tahun 2000 an awal, saat itu aku berencana menghadiri acara seminar retret di pedalaman Kalimantan Barat. Karena acara yang biasa dimulai pagi buta, kami rombongan biasa nya berangkat dari Pontianak malam sebelumnya dan menginap dahulu di biara susteran sebelum memulai event utama.

Perjalanan dari Pontianak pagi hari dan tiba di lokasi pada sore hari menjelang malam karena cuaca yang kurang bersahabat waktu itu. Pada waktu itu ada beberapa orang yang diberikan tugas sebagai team advance, mendahului peserta dan beberapa panitia untuk memulai persiapan di tujuan, aku dan berdua rekan ku, Irma dan Rina mendahului sebagai team advance beserta dengan Romi dan Anton (2 pria dan 3 wanita).


ini bukan gambar real ya


Keterangan gambar: Lokasi biara tampak depan. Foto ini bukan foto pada waktu itu.

Setibanya di tujuan, aku dan team disambut oleh team panitia dan suster di tempat tersebut, lalu di antarkan ke biara dan diajak untuk short trip
Setelah itu kami juga dijamu makan sambil dijelaskan bahwa malam itu akan diberikan penginapan di sebuah rumah tua yang berlokasi di depan biara, yang selama ini memang digunakan untuk para tamu biara. Hal yang cukup beralasan, mengingat peraturan di dalam biara susteran memang ketat, orang awam dilarang menginap tanpa ijin khusus sebenarnya.

Setelah makan, kami pun diantar oleh salah seorang suster ke rumah tua itu. Rumah itu tampak sedikit gelap karena penerangan yang terbatas. Setelah membuka pintu masuk rumah, tampak lorong panjang semacam lorong rumah kost yang di kanan-kirinya terdapat beberapa pintu kamar, yang kebetulan kosong pada saat itu. Saat berjalan menyusuri lorong yang diterangi oleh lampu neon temaram, aku memperhatikan di atas langit-langit yang ukurannya agak tinggi itu terdapat banyak sarang laba-laba, dan juga seekor kelelawar yang sedang bertengger terbalik. Sebagai tamu, aku memilih tidak berkomentar apa-apa.

Cemisteri!!


Karena kami hanya berlima, suster memberikan 2 kamar kepada kami, dimana di ujung Lorong sebelah kiri untuk pria, dan ujung Lorong satu lagi kepada kami para wanita.
Aku, Irma dan Rina lalu dipandu ke sebuah kamar di arah pojok lorong, di ujung, terdapat sebuah pintu dengan kusen jendela yang saat kuperhatikan ada sebuah sumur tua terletak di luar halaman yang tertutup oleh rumput dan ilalang. Setelah menyerahkan kunci dan menjelaskan sedikit mengenai tata letak kamar aku dan kamar mandi, suster pun lalu memberitahukan bahwa di beberapa kamar di rumah itu ada yang sudah tidak dipakai dan difungsikan sebagai gudang, namun ada juga yang masih dihuni oleh petugas penjaga sekolah dan seorang ibu perawat yang bekerja di rumah sakit. Tetapi menurut suster saat itu mereka tidak berada di rumah karena mereka bertugas di malam hari, biasanya mereka baru pulang menjelang subuh. Dan saat itu tidak ada tamu susteran lainnya di rumah tersebut. Dari penjelasan suster itu aku mengambil kesimpulan bahwa saat itu hanya kami satu-satunya tamu luar di rumah tua tersebut. Setelah itu sang suster lalu pamit pulang ke biara untuk menjalankan rutinitas ibadah malamnya.

Aku, Irma dan Rina lalu masuk ke dalam kamar tamu yang tampak sederhana namun bersih dan cukup nyaman itu, sedangkan Romi dan Anton diantar suster menuju kamar mereka. Jendela kamarnya berbingkai kayu berbentuk kotak tanpa kaca dan hanya dilapisi jaring kawat nyamuk dan bisa dibuka tutup ke arah luar, sehingga praktis aku bisa mengintip ke arah lorong di luar kamar. Langit-langitnya yang tinggi pun cukup bersih, tak ada sarang laba-laba seperti di lorong tadi. Hanya ada satu lampu di kamar aku, lampu bohlam yang tergantung di plafon kamar dengan kabel yang cukup panjang.

lorong


Saat aku menyapukan pandangan berkeliling, aku melihat ada sebuah pintu di dalam kamar yang rupanya merupakan connecting door dengan ruangan sebelah. Aku lalu mengetuk dan mencoba menekan gagangnya untuk memastikan pintu itu tidak bisa dibuka dari sisi luar. "Ceklek… Krieeeetttt…." bunyi khas pintu kayu tua pun terdengar. Setelah pintu terbuka lebar, hawa khas barang-barang tua tercium di hidung aku. Aku bisa melihat bahwa ruangan sebelah kamar aku itu ternyata gudang tempat menyimpan barang-barang.
Irma dan Rina yang sedari tadi mengeluarkan barang dari koper tampak tertarik dengan kegiatan yang aku lakukan dan mereka pun ikut melihat ke dalam kamar yang menjadi Gudang tersebut.

Di dalam gudang yang tampak cukup terawat tersebut tampak banyak barang-barang yang kelihatannya sudah lama tidak terpakai. Ada tumpukan buku-buku tua, kain, baju-baju, sampai alat-alat masak, yang tampak sudah sangat tua. Namun dari semua barang yang ada di dalam gudang itu, perhatianku terpaku pada sebuah barang yang cukup besar yang agak tertutup kain, barang tersebut berbentuk kotak besar, yang aku tebak seperti sebuah lemari, saat aku sibak kain terpal tersebut ternyata adalah sebuah lemari tua yang terbuat dari kayu jati dengan engsel besi yang sudah karatan.


Lemari dan ruangan


Ilustrasi bentuk lemari tua yang aku temukan di gudang sebelah

Merasa sudah cukup, aku pun mengajak Rina dan Irma kembali ke kamar, kami pun lalu menutup kembali pintu kamar gudang itu dan mengunci gagangnya. Aku lalu duduk di tepi ranjang, membongkar isi tas aku, mempersiapkan baju dan celana yang hendak aku pakai saat tidur, aku mengambil dan menyiapkan beberapa peralatan mandi. Setelah siap, aku lalu beranjak keluar kamar dan berjalan ke arah kamar mandi.
Di lorong sepanjang arah ke kamar mandi cukup suram dan remang remang.

Setibanya di area kamar mandi, ternyata ada dua kamar mandi tanpa atap yang bersebelahan. Keduanya kosong. Pertama-tama aku melihat kondisi kamar mandi di sebelah kanan yang letaknya lebih dekat dengan kamar ku. Kamar mandi dan airnya tampak bersih, tetapi… banyak katak kecil-kecil seukuran kepalan tangan! Katak-katak kecil berwarna hijau tua tersebut berada di sudut lantai hingga ke sudut kamar mandi, bahkan sampai ke permukaan bak mandi. Aku segera mengurungkan niat memakai kamar mandi pertama dan beranjak ke kamar mandi kedua di sebelahnya.

Di kamar mandi kedua, keadaannya lebih baik. Hanya ada 2–3 katak kecil yang nongkrong di lantai. Tidak ada yang sampai naik ke permukaan bak mandi. Tadinya aku sempat hendak batal mandi, tetapi karena badan sudah terasa lengket dan gerah karena perjalanan panjang dari Pontianak sejak pagi hari, aku memilih untuk mandi. Rina dan Irma ikut menyusul ke kamar mandi, dan juga keliatan nya cukup geli tetapi mau tidak mau juga mereka nimbrung untuk ikut mandi juga.

Saat mulai mandi, air di dalam bak mandi terasa sangat dingin, tapi itu masih wajar mengingat udara di sekitaran area retret dan susteran yang memang dingin karena dekat di kaki Gunung dan hutan. Aku pun mandi sambil sesekali memperhatikan beberapa katak kecil di lantai yang sesekali berlompatan dan entah mengapa sepertinya ada juga yang diam melotot menyaksikan aku mandi. Toh aku juga tidak berniat mengusir mereka.

Irma dan Rina sudah selesai dan bergegas berpakaian, mereka buru buru kembali ke kamar, cuaca saat itu juga hujan lebat dan petir sahut menyahut, membuat suhu menjadi lebih dingin ditambah malam yang semakin larut.

Setelah selesai menyikat gigi, aku pun mulai berpakaian. Pada saat itulah… aku mendadak mendengar seperti ada suara orang berbisik bisik, seperti berbunyi “was..wes wos”, suara nya tidak lah terlalu jelas isi pembicaraan nya tetapi kedengaran di kamar mandi sebelah ku… Bagaimana mungkin, pikir aku, bukannya tadi kamar mandi sebelah kosong? Apa mungkin ada perawat atau penjaga sekolah yang sudah pulang? Entahlah, yang pasti aku tidak mau berlama-lama menebak-nebak, segera aku menyambar handuk dan berlari keluar kamar mandi. Saat melewati kamar mandi kedua, tampak pintu kamar mandi itu terbuka dan dalamnya masih kosong dan gelap! Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar tidur aku. Aneh dan menakutkan, tetapi aku urung menceritakan itu ke Irma dan Rina.

Serem!!


Jam 02 (kurang) akhirnya karena cape dan sudah sangat ngantuk Rina sudah tertidur terlebih dulu, aku dan Irma nongkrong di pinggir jendela sambil menyalakan rokok kami berbincang bincang mengenai kejadian sepanjang hari dan sambil guyon si Irma berkata “ruangan Gedung ini..serem ui"
di tengah tengah kami berbicara tiba tiba lampu ruangan mendadak mati, kami cukup terkejut dibarengin petir yang tiba tiba menyambar, Irma langsung spontan memeluk aku dan berdua sambil berpegangan tangan kami ke lemari di kamar, meraba raba sambil mencari senter (waktu itu tahun 2000 an Hp masih ga semua orang punya dan kategori barang mewah). Buru buru kami mematikan rokok dan sambil berbisik Irma sempat berkata "Nin, kenapa itu tadi aku kaya dengar ada orang yang teriak di luar jendela?"
Aku hanya menjawab mungkin karena kurang tidur dan cape jadi ga fokus dengar suara hujan serta terkejut lampu mati, kami pun bergegas menutup jendela dan tirai kamar.

Di tempat tidur
aku segera merapikan diri bersiap untuk tidur. Namun kejadian di kamar mandi tadi masih terus mengusik aku. Aku pun berdoa sambil mengucap dalam hati, disamping ku Irma sudah terlelap Bersama sama Rina yang sudah terlelap terlebih dahulu , akupun mematikan lampu kamar.

Lemari Tua


Aku lalu merebahkan diri aku di ranjang mencoba untuk terlelap. Tetapi karena badan yang letih, aku tidak bisa langsung tidur. Saat itu lampu sudah hidup kembali. Aku pun menghidupkan lampu baca, lampu bohlam baca di kamar cukup terang, aku pun mencoba melanjutkan membaca buku novel yang aku bawa dari Pontianak.

Di tengah asyik membaca novel, tiba-tiba aku mendengar suara lemari tua tua di sebelah kamar aku seperti sedang digunakan. Suara derit lemari tua terdengar jelas di telinga aku. "Ngiikk…ngiikk..ngiikk…" demikian kurang lebih bunyinya.

Saat mendengar bunyi "Ngiikk…ngiikk..ngiikk…" lemari tua dari ruang sebelah itu, aku berusaha berpikir lurus, aku meyakini itu pasti bunyi tikus-tikus gudang yang menjejak di lantai kayu kamar sebelah, kebetulan bunyi nya mirip engsel lemari, tapi apa mungkin? Aku mencoba mengabaikannya. Tapi karena bunyi lemari tua itu masih terus terdengar, aku pun penasaran, seperti bunyi pintu dibuka dan ditutup terus menerus.

Engsel nya


Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke connecting door di kamar aku lalu membuka gagangnya dengan perlahan agar tidak membangunkan Irma dan Rina. Mendadak suara lemari tua  tadi hilang. Di dalam gudang juga tidak tampak tikus atau hal-hal yang mencurigakan. Aku pun menutup kembali pintu itu dan kembali ke tempat tidur, melanjutkan membaca novel.

Selang beberapa waktu kemudian, bunyi "Ngiikk…ngiikk..ngiikk…" lemari tua dari ruang sebelah kembali terdengar. Kali ini aku langsung gerak cepat membuka pintu kamar ke arah gudang, untuk memastikan apa benar ada tikus. Setelah pintu dibuka, bunyi lemari tua tadi kembali hilang. Aku lalu menggeser sedikit selubung kain yang menutupi lemari tua itu. Tidak ada apa-apa. Tidak ada juga bunyi tikus berlarian. Perhatian aku terpaku pada engsel  lemari tua itu. Terlihat jelas bahwa engsel yang terbuat dari besi itu tampak sudah agak berkarat dan kaku, tanda lama tidak dipakai. Aku melihat ke jendela apakah terbuka dan pintu lemari terbuka karena kuatnya hembusan angin, tetapi kamar tertutup dan jendela nya juga. Aneh.

Aku bergegas menutup pintu dan kembali ke kamar, mengunci pintu connecting door dan berhenti membaca buku. Merasa haus, aku pun minum sedikit air putih dan memutuskan untuk memaksakan tidur. Setelah beberapa waktu, aku pun terlelap. Entah berapa lama aku tertidur, yang pasti aku kemudian terjaga setelah mendengar bunyi jendela kayu kamar aku berbunyi "Krieeetttt…"

Aku terbangun karena bunyi itu menandakan ada seseorang yang menggeser jendela kamar dari luar. Tapi saat aku duduk terbangun dan melihat, jendela aku masih tertutup. Aneh.

Aku melihat jam, baru sekitar pukul 3.30 pagi. Aku pun mencoba tidur lagi. Tiba tiba terdengar ketukan pintu sebanyak 3 kali waktu saat aku mulai terlelap, aku mendengar dari salah satu kamar di arah lorong, ada suara radio dan senandung perempuan. Aku pikir, "Ah, akhirnya ada orang yang pulang, lumayan lah ada teman di Lorong ini, karena para pria di Lorong ujung sebelah …" Aku pun melanjutkan tidur.

Sekitar jam 5 subuh, aku terbangun lagi. kali ini karena mendengar ada suara "cebar-cebur" khas orang mandi pakai gayung dari arah kamar mandi. Aku pikir, "Oh, itu si penjaga sekolah atau perawat sudah pulang juga rupanya…" Aku pun duduk sebentar di tepi ranjang sambil "ngulet". Tak lama kemudian suara orang mandi itu terhenti, pertanda sudah selesai mandi. Lalu terdengar suara langkah kaki orang berjalan di lorong. Aku pun menyempatkan diri mengintip dari sudut kawat nyamuk di jendela kamar aku, untuk melihat siapa penghuni yang habis mandi dan hendak kembali ke kamarnya itu. Tetapi karena suasana yang temaram, aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosoknya.
Terasa hembusan angin dingin yang membuat bulu kuduk ku berdiri.. tiba tiba aku merasa ada sosok menatap ku tajam di kegelapan lorong, terasa sensasi dan ketakutan membuat ku segera menutup pintu kamar dan aku pun menarik nafas ku, berusaha menenangkan jantung yang berdegup kencang.


Saat mulai terasa tenang. Aku akhirnya memilih bersiap-siap. Dan seperti kebiasaan selama ini, aku bangun pagi, mencuci muka, dan keluar rumah berolahraga sejenak. Saat mencuci muka, aku tidak melihat ada katak-katak kecil lagi di lantai kamar mandi. Setelah mengganti alas kaki untuk olahraga, aku lalu berjalan melewati lorong menuju ke arah pintu keluar. Tidak ada bunyi atau suara apa pun dari kamar-kamar yang aku lewati.

Setibanya di luar rumah, aku menikmati dingin dan segarnya udara luar. Setelah berolahraga sekitar 1 jam di taman depan biara, aku lalu berjalan kaki menuju pintu gerbang utama. Di sana aku bertemu dengan pak satpam penjaga biara. Aku menyapanya dan kami pun berbincang-bincang sejenak.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul dengan si pak satpam, aku iseng bertanya, "Pak, ngomong-ngomong ibu perawat dan penjaga sekolah yang tinggal di rumah tamu tempat aku nginap itu memang biasa pulangnya pas subuh ya?" yang lalu dijawab oleh si pak satpam, "Oh, iya benar dek, mereka tugasnya shift malam, jadi kalau pulang biasanya setelah subuh atau bahkan sampai di atas jam 7 pagi…"

"Oh, begitu, lalu kalau tadi pagi mereka pulang jam berapa tuh pak?" tanya aku lagi.
"Kurang tahu juga ya dek, setahu aku mereka belum pulang, karena aku dari semalam jaga di pos ini belum lihat mereka pulang. Kalau pulang pasti kan lewat pos ini…"

Jawaban pak satpam tersebut membuat aku terhenyak.

Aneh.
Kalau mereka belum pulang, jadi siapa dong yang tadi pagi mandi cebar-cebur di kamar mandi tamu? terus langkah kaki siapa yang berjalan di lorong melewati kamar aku? Lalu siapa yang menyanyi di kamar lorong? Bunyi radio yang aku dengar itu dari mana asalnya? Segudang pertanyaan memenuhi kepala ku.

Aku memilih untuk tidak menceritakan semua yang telah kualami ke pak satpam. Memilih untuk berpamitan, lalu permisi kembali ke dalam. Saat berjalan kembali menuju rumah tua, aku bertemu dengan suster biara yang kemarin mengantar kami, yang lalu mengajak aku untuk sarapan camilan bersama di biara sembari menunggu rekan lainnya bangun dan sarapan pagi.

Aku duduk di meja makan bersama dengan beberapa suster, selama makan camilan kami berbincang-bincang mengenai persiapan acara hari itu. Setelah makan, aku mengutarakan kepada suster kenalan aku bahwa aku mengalami beberapa kejadian misterius saat menginap di rumah tamu. Uniknya, mendengar cerita aku tersebut, suster kenalan aku hanya tersenyum sambil berkata "Wah, ramai juga ya rupanya…" Aku tidak paham maksudnya.

Suster tersebut bersama seorang suster lainnya lalu mendampingi aku berjalan kembali ke rumah tamu. Saat sedang berjalan bersama, mereka lalu menjelaskan kepada aku bahwa di rumah tua yang kini dijadikan rumah tamu sementara itu memang kadang-kadang terjadi hal-hal yang "unik". Menurut cerita yang mereka dengar, rumah tua itu dulunya peninggalan orang Belanda. Beberapa tamu biara yang pernah tinggal di situ juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang diluar nalar, tapi tidak pernah sampai benar-benar mengganggu.

Setiba di depan rumah tamu, tampaklah bapak penjaga sekolah dan ibu-ibu perawat yang tinggal di rumah itu, kini sudah pulang. Mereka menyalami aku. Aku senang melihat mereka. Kini aku benar-benar tidak sendirian di rumah tua itu. Aku pun permisi untuk bersiap-siap mandi dan ganti pakaian sebelum acara dimulai.

Bersambung……


Diubah oleh gangel160487 11-01-2023 08:05
ushirotaAvatar border
Laruku07Avatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.5K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.