Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bang.toyipAvatar border
TS
bang.toyip
Menerima Kekalahan Itu Penting Gan! Yang Gak Mau Kalah Masuk!


Ada beberapa alasan mengapa (kebanyakan) orang dalam setiap kompetisi, orang menginginkan kemenangan. Dengan kemenangan tersebut, Anda jadi semangat dan semakin termotivasi. Hal tersebut merupakan hal positif. Namun, tidak dalam segala kesempatan Anda bisa menjadi pemenang. Ironisnya untuk beberapa orang, kekalahan ini tak dapat diterima dengan lapang dada. Apakah orang sulit menerima kekalahan adalah sesuatu yang normal? Menurut Psikolog Klinis Dewasa, Yulius Steven, M.Psi., Psikolog, kekalahan adalah hal yang tidak nyaman untuk dirasakan. Normal saja ketika seseorang merasakan kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan saat kekalahan menimpanya.  Ini karena ada kaitannya dengan insting seseorang untuk bertahan hidup.

“Secara keseluruhan kekalahan memang bukan sesuatu yang menyenangkan. Alasan mengapa manusia dari zaman primitif terbentuk naluri bertahan hidup. Kita harus melawan orang lain untuk bisa bertahan hidup. Walaupun kita berevolusi, tapi insting itu masih tetap ada,” ujarnya. Ini paling sering terjadi pada anak kecil ketika mereka hanya mau menerima kenyataan bahwa merekalah yang menang. Umumnya pikiran semacam ini akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

“Ini terbentuk dari usia kecil. Kalau kita perhatikan anak-anak kalau kita ajak main mereka akan berjuang (dan bersikeras) untuk menang. Pola pikir ini ada di anak-anak karena ada egosentrisme di mana mereka tidak (belum) bisa melihat dari sudut pandang lain. Namun ini wajar,” ujarnya. Ketika dewasa, seseorang akan tetap merasakan perasaan yang negatif saat kekalahan datang padanya. Namun, dengan pemikiran dewasa dan rasional, negativisme (sifat atau kecenderungan untuk menolak, menentang, atau mengingkari) tersebut dapat teredam.



“Orang dewasa seharusnya lebih mampu untuk berpikir secara dewasa dan alasan mengapa orang rasional sehingga lebih ikhlas untuk menerima kekalahan. Ini karena seseorang diikuti dengan belajar hal baru, nilai-nilai baru,” ujarnya. Untuk beberapa orang, kedewasaan dan sisi rasional tak dapat diterapkan saat kekalahan terjadi. Secara psikologis, ini terjadi karena orang tersebut tidak mau merusak konsep dirinya.  “Ketika kita kalah, untuk mengakui kekalahan itu adalah hal yang susah. Dengan mengakui kesalahan kita harus mengakui bahwa orang lain punya kualitas lebih baik dari kita. Otomatis itu akan melukai konsep diri kita. Ini akan membuat kita merasa rendah. Beberapa orang merasa ini enggak bagus buat diri,” ujarnya.

Seseorang menciptakan konsep diri sedemikian rupa sebagai bentuk pertahanan dari rasa tidak percaya diri (defense mechanism). Alhasil, dia akan lebih menyalahkan situasinya daripada berefleksi.
“Ini timbul dari konsep diri yang rapuh, ketika ini terjadi orang ikut berkompetisi hanya untuk menang. Beda dengan orang yang percaya diri mau menang kalah akan lebih bisa menerima keadaan itu,” ujarnya.

“Untuk dapat mengakui kekalahan butuh emotional strength (kekuatan emosional) dan keberanian yang tinggi. Mereka yang tidak mau menerima kekalahan, belum sampai pada tahap itu,” lanjutnya. Karena itu, penting adanya sedini mungkin untuk mengajarkan anak mengenai konsep menang dan kalah. Mulai dari permainan-permainan sederhana, ajarkan anak untuk berfokus pada prosesnya dibandingkan pada kemenangannya.



“Untuk menghindari hal tersebut, anak sedari kecil harus diingatkan. Tidak benar kalau dibiarkan menang terus. Di kompetisi itu diajarkan saya bukan harus menang, tapi bagaimana strategi dan bersosialisasi dengan lawan. Bermain dengan sportif dan tak curang. Itulah yang perlu ditanamkan,” tuturnya. "Normal jika Anda kalah merasa putus asa namun ingatlah untuk menggunakan rasio dalam menjalani kekalahan itu. Dengan seperti itu, perasaan Anda akan jauh membaik."

Akhir Kata


Nah, demikian juragan sekalian, ternyata penting juga untuk dapat mengakui kekalahan ya. Butuh kekuatan emosional dan juga keberanian tersendiri agar dapat mencapai tahap tersebut. Sifat tidak mau kalah, bisa saja membudaya kalau kita tidak memberikan (menurunkan) nilai-nilai yang baik pada generasi penerus, tentunya mengajarkan suatu nilai dan kebiasaan, perlu disertai dengan contoh yang baik pula sebagai teladan.

Sekarang sudah masuk tahun 2023, yok kita berubah menjadi lebih baik. Untuk diskusi dan chit-chat lebih lanjut silakan komeng dibawah ya!

Sumber
willz.smithAvatar border
rifayeAvatar border
triandikadim881Avatar border
triandikadim881 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
970
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Psikologi
Psikologi
228Thread275Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.