Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • [RESENSI BUKU] SEBELUM MEMBUAT STARTUP ~ DISARIKAN DARI BUKU LEAN STARTUP ERIC REIS

ariloveyouAvatar border
TS
ariloveyou
[RESENSI BUKU] SEBELUM MEMBUAT STARTUP ~ DISARIKAN DARI BUKU LEAN STARTUP ERIC REIS
Sebelum membuat startup, alangkah baiknya belajar dulu dari Eric Reis, seorang perintis gerakan Startup (tertulis di sampul buku-Lean Startup). Mendapat pujian dari Tim O’Reilly, CEO O’Reilly Media bahwa buku The Lean Startup tidak hanya membahas kiat sukses berwirausaha, tapi juga menerangkan pelajaran yang bisa diambil dari bisnis-bisnis tersebut untuk memperbaiki nyaris semua hal yang dilakukan. Tim membayangkan prinsip-prinsip Lean Startup dapat diterapkan dalam program pemerintahan, layanan kesehatan dan untuk memecahkan persoalan terpelik di dunia.
PRINSIP-PRINSIP LEAN STARTUP
Dalam memulai sebuah Startup, ada 3 prinsip pokok yang harus ada.

Memiliki Visi
Mengarahkan Tujuan
Berakselarasi


Masing-masing prinsip pokok di atas, bisa dijabarkan lebih detil lagi:
Dari sebuah Visi, dibutuhkan praktik-praktik manajerial. Anggapan bahwa Startup tidak sejalan dengan manajemen yang kaku akan terjadi di awal seseorang menjalankan bisnis. Pendekatan “pokoknya kerjakan saja” untuk merespon bahwa teori manajemen tidak dapat menjawab persoalan. Alih-alih mendatangkan keberhasilan, justru pendekatan “pokoknya kerjakan saja” malah mendatangkan kekacauan.


CIKAL BAKAL LEAN STARTUP
Lean Startup berasal dari istilah Lean Manufacturing (produksi ramping) yang digagas oleh Taiichi Ohno dan Shigeo Shingo di Toyota. Ciri-ciri produksi ramping antara lain pemanfaatan pengetahuan dan kreativitas individu karyawan, mengecilkan ukuran batch, produksi tepat waktu, kontrol inventaris serta percepatan siklus.
Lean Startup mengajak orang-orang untuk mulai mengukur produktivitas secara berbeda. Tujuan Startup adalah mencari tahu apa tepatnya yang mesti dibuat – barang dan/atau jasa yang konsumen inginkan dan mau bayar — secapat-cepatnya. Dengan kata Lean Startup hadir sebagai jawaban himpitan proses coba-coba, minat konsumen, visi besar dan ambisi selangit.
Kegagalan Startup secara umum disebabkan oleh kesalahan asumsi ketika mengeksekusi dan meluncurkan sebuah produk. Eric Reis menganalogikan seorang Henry Ford yang yang mempelopori mobil Ford. Henry adalah seorang insinyur yang siang malam mengulik mesin mobil. Tiap ledakan kecil di dalam silinder mendorong perputaran roda gigi, sekaligus menyulut ledakan berikutnya. Apabila siklus umpan balik ini tidak diatur secara presisi agar waktunya tepat, niscaya mesin akan mati. Startup juga memiliki mesin yang disebut Eric sebagai mesin pertumbuhan yang mana perubahan seperti produk baru, fitur baru dan program pemasaran adalah upaya untuk meningkatkan mesin pertumbuhan. Siklus umpan balik kedua adalah antara sopir dan kemudi. Jika anda menyetir ke kantor tiap hari barangkali rute yang ditempuh sudah hafal bahkan dengan memejamkan mata.
Sayangnya, terlalu banyak startup yang rencana bisnisnya lebih menyerupai peluncuran roket daripada garis besar penyetiran mobil. Padahal, kesalahan sekecil apapun kesalahan dalam peluncuruan roket berakhir petaka. Dalam konteks Startup, terjadi pada tahapan ideation (asumsi kurang tepat- dengan tidak mengatakan salah).


SIAPAKAH ENTREPRENEUR ITU?

Menurut Scoot Cook, seorang pendiri Intuit bahwa seorang entrepreneur adalah yang belajar begitu banyak hal. Ketika ada 500 tes yang harus dikerjakan, ide semua orang bisa diajukan. Maka lahirlah para entrepreneur yang panjang akal, rajin belajar, tahan uji dan mau untuk terus belajar-bukan sekelompok politikus yang rajin menjual diri. Lebih lanjut Scott mengatakan mustahil untuk berada di puncah lama-lama dewasa ini. Oleh sebab itu demi mempertahankan daya saing, perusahaan paling kolot sekalipun tidak punya pilihan selain menginvestasikan sumber dayanya untuk berinovasi. Salah satunya dalam bentuk Lean Thinking (cara berpikir ramping), apa saja yang memberikan manfaat bagi konsumen adalah nilai tambah, hal selain itu adalah pemborosan. Dalam konteks validasi produk, penambahan konsumen secara signifikan menjadi salah satu tolak ukur yang penting dalam menentukan produk sukses atau tidak.

SUMBER ARTIKEL: https://arifulamar.my.id/blog/sebelu...mbuat-startup/

0
661
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.