Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AfriansariAvatar border
TS
Afriansari
Hai Mantan!

"Hai Mantan!" teriakku sembari berjalan mendekat.
Dia terkejut lalu menoleh dan mendekat ke arahku dengan senyuman di bibirnya. Dia mantan pacar sejak sekolah menengah atas sampai sebulan yang lalu. Pacar pertama sekaligus seseorang yang pernah menjadi hal terindah dalam hidupku.
"Hai, Rania. Apa kabar?" sapanya manis.
"Baik, Alhamdulillah, kalau Mantan apa kabar?" Aku mulai menggodanya dengen ejekan mantan.
"Hush! Aku punya nama, gak enak banget dipanggil gitu. Panggil Ayang aja, aku gak keberatan kok," ujarnya sambil tersenyum.
Aku memutar bola mata, Rafa dan aku memang sudah putus, kami putus secara baik-baik. Yah, begitulah aku menganggapnya karena perjanjian setelah putus, kami tidak mau menjadi orang yang tidak saling kenal makanya setelah putus dan bertemu, pasti saling tegur sapa.
"Males, nanti pacarmu ngamuk,” ejekku menyindir.
"Enggaklah, kalau buat Rania, apa sih yang enggak. Ninggalin dia aja aku sanggup. Ngomong-ngomong kamu mau ke mana?" tanyanya lagi seraya mengangkat satu alisnya menggoda.
"Kepo."
"Mau dianter, nggak?"
"Enggak," jawabku datar.
Rafa dan aku berjalan beriringan, kami masih seperti dulu, mungkin karena teman satu sekolah jadi aku menganggapnya sama dengan teman-teman yang lain. Hanya saja status sudah berbeda, jika dulu jalan sambil gandengan, sekarang aku sedikit memberikan jarak agar tidak terlalu dekat.

Saat ini aku akan pergi ke acara temanku yang hari ini tunangan. Tanpa sengaja, kami bertemu di jalanan komplek. Padahal aku sudah menghindar sebisa mungkin darinya. Rumahku dan Rafa berdekatan, beda blok saja, jika sore Rafa sering berjalan-jalan mengitari komplek, sekalian olahraga katanya.
Saat bertemu, getaran-getaran di dalam dada ini masih terasa, tapi aku berusaha untuk menepis semua rasa ini.
Mamaku dan Mamanya Rafa juga saling kenal, mereka tidak begitu akrab, tetapi ketika bertemu pasti saling tegur sapa. Belum lagi dulunya aku juga sering main ke tempat Rafa begitupun sebaliknya dengan Rafa yang adakalanya menyambangi rumahku.
"Aku duluan ya, Fa." Sekedar berbasa-basi aku mulai menyapa.
"Hati-hati Rania." Balasnya yang kujawab hanya dengan sulas senyum.
Aku menyetop angkutan umum, kalau daerahku namanya angkot. Setelah naik, aku memilih duduk di deretan bangku kosong di tengah. Dari jendela kulihat Rafa tersenyum kepadaku.
Aku membalas senyumannya, nggak apa-apa kali, ya. Namanya juga masih ada rasa. Eh, apaan sih aku ini, nggak boleh Rania, Rafa hanya mantan terindah, jadi jangan berharap lebih dari itu.
Angkutan melaju dengan stabil, biasanya sih angkutan begini, sering ugal-ugalan di jalan. Entah kenapa aku tiba-tiba teringat lagi masa-masa bersama Rafa.
Aku masih ingat sekali kejadian kenapa kami putus, aku melihat Mia sahabatku dan Rafa bersama. Teganya Mia, selama ini kuanggap dia sahabat, tetapi dia merebutnya dariku. Tragisnya lagi, cintaku seperti kisah-kisah di siaran televisi ikan melayang.
Namanya Mia, dia adalah teman dari Sekolah Menengah Pertama, kami begitu akrab. Kebetulan juga kami sebangku, awal mula ketemu sama Mia, dia sangat pendiam. Jadi aku yang memulai pembicaraan di antara kami karena kulihat dia melirik ke arahku dengan malu-malu, lalu tersenyum.
"Hai, namaku Rania," sapaku seraya mendekatinya yang tengah berdiri dekat pintu masuk kelas.
"Mia," ujarnya sambil tersenyum kikuk.
Aku tahu dia pemalu, terlihat dari cara dia ngobrol, dia kebanyakan diam. Aku memang cerewet dan suka cerita, jadi di awal pertemuan kami, aku sudah cerita panjang lebar tentang diriku.
Mia hanya mendengarkan, sampai aku selesai bercerita, Mia tidak pernah memotong pembicaraanku. Sesekali Mia tersenyum menanggapi, adakalanya mimik wajahnya ikut serius mendengarkanku antusias.
"Mia, ceritain juga, dong tentang kamu. Aku juga pengen tau." Sembari memutar bolpin di tanganku aku bertanya penuh minat.
"Aku gak tau mau mulai cerita dari mana," ujarnya ragu-ragu.
"Apa aja, tentang keluarga dan lain-lain misalnya, pacar atau apapun lah." Aku menatapnya semangat.
"Aku anak tunggal," ucapnya setelah diam sejenak.
"Terus orang tuamu?"
"Mereka bekerja, Papa bekerja di perusahaan, Mama buka butik,” jelas Mia, dan aku hanya manggut-manggut mendengarkan dengan saksama.
Aku terus menanyai tentang Mia, sampai ia benar-benar menceritakan banyak hal tentang dirinya. Bukan Rania namanya, jika tidak bisa membuat suasana mencair. Eh, udah kayak es aja, ya? Ha-ha-ha. Setelah bercerita panjang lebar, guru masuk ke kelas. Kami langsung mulai belajar.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, jam istirahat berbunyi. Seluruh siswa berhamburan menuju kantin. Yup, tempat favorit. Tidak terkecuali aku dan Mia yang menghabiskan waktu istirahat dengan menikmati jajanan sekolah sampai akhirnya bel kembali berbunyi memaksa kami untuk kembali ke kelas.
Di sekolah aku punya banyak teman, karena sifatku yang ceria, jadinya aku mudah akrab dengan siapa saja. Tapi tetap saja, Mia adalah sahabatku satu-satunya. Tiga tahun bersama dan teman sebangku tetap Mia. Suka duka kami lalui bersama. Hingga lanjut ke Sekolah Menengah Atas, kami pun masih bershabat dengan baik.
Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku sudah sampai ke tujuan.
"Pinggir ya, Pak," ujarku.
Angkutan berhenti, aku membayar ongkosnya dan pergi berjalan menuju rumah temanku, Sinta.
Sinta adalah teman waktu kuliah, kami tidak begitu akrab, karena memang aku masih sahabatan dengan Mia, di kampus kami hanya say hello saja. Dia mengundangku ke acara pertunangannya.
Setelah jalan kaki ke dalam komplek beberapa menit, akhirnya aku sampai di depan rumah Sinta, beberapa temanku sudah berkumpul di sana, aku langsung mendekati mereka. Kami saling bertanya kabar dan saling melempar cerita. Tidak lama kemudian, acara pertunangan Sinta dimulai. Rangkaian acara satu persatu terlewati, acara pun berjalan dengan dengan lancar.
Seperti biasa, saat sesi acara foto-foto, aku dan teman-teman foto dengan berbagai pose. Kang foto sampai kelabakan mengatur posisi kami. Saat berdesakan, aku sadar, seseorang yang tidak kukenal berdiri di sampingku.
‘Siapa dia? Kok gak pernah lihat ya?’ aku membatin tapi tidak memedulikannya, karena sibuk tersenyum di depan kamera. Setelah acara foto-foto selesai, aku bahkan tidak mencari tahu sosok di sebelahku tadi, aku mengikuti langkah teman-temanku ke meja hidangan.
"Rania, kapan kau nikah? Udah ada belum calonnya? Kami udah gak sabar nih nunggu undangannya, biar makan daging lagi kita ya kan wei," ujar salah satu temanku.
“Iya, kapan Rania?” yang lainnya menimpali.
"Insya Allah kalau nggak hari Sabtu ya hari Minggu." Dengan santainya aku menjawab seraya menyendok kuah sup ke mangkukku.
"Lah, serius?" tanya mereka hampir berbarengan.
Aku memandang wajah-wajah serius mereka sembari menahan tawa.
"Iya, tapi gak tau tahunnya kapan, ha-ha-ha."
Akhirnya tawaku pecah saat berhasil membuat teman-temanku bingung sejenak. Mereka juga tertawa, memang nasib jadi jomblo, pasti selalu akan dapat pertanyaan begitu. Jadi aku dari rumah sudah mempersiapkan hati dan jiwa raga, agar tidak sedih dan tersinggung. Karena sudah sangat terbiasa dengan pertanyaan “Kapan menikah?”
Memang sih rata-rata temanku sudah pada menikah, bahkan ada yang sudah punya anak. Duuuh ngenes banget aku, ya? Nasib jomblo ngenes yang belum laku-laku.
Maunya kalau ditanya-tanya “Kapan nikah?” sekalian aja tanya “Udah ada belum calonnya?” biar sekalian juga dicarikan gitu jodohnya beserta buatkan pestanya. Ingin hati berkata begitu tapi nanti gak sopan pula kalau orang tua yang nanyain.
Acara berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan. Aku yang keasyikan berada di tempat hajatan, hampir lupa kalau hari sudah malam. Kulirik jam di tanganku, Pukul setengah sebelas. Duuuh! gimana nih ya? ada nggak ya angkutan kalau udah jam segini?
Satu persatu temanku sudah pada pulang ke rumah masing-masing. Ada yang pulang dijemput suaminya dan ada bawa kendaraan sendiri. Sekarang bagaimana dengan diriku? Mau pulang di jam segini, ragu, angkutan umum takutnya gak ada lagi.

Baca cerita selanjutnya di aplikasi GoodDreamer.
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
486
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.