cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Kucing, dan Keadilan Sosial Bagi Hewan-Hewan Good Looking Saja


Cangkeman.net - Dalam dunia yang brengsek ini, kita tentu sering melihat banyak ketidakadilan yang terjadi. Salah satu bentuk ketidakadilan yang menyebalkan adalah privilese yang dimiliki oleh orang-orang good looking. Iya, mereka seakan terbantu oleh paras yang dimiliki. Termaafkan ketika salah, dan diperlakukan dengan lebih menyenangkan.

Ternyata hal tersebut tidak berlaku bagi manusia saja. Hewan juga demikian. Jika diamati, banyak pembelaan atas kasus pembunuhan atau kekerasan terhadap hewan yang terkesan tebang pilih.

Misal, jika ada tikus ditabrak motor, tak seorang pun akan bersedih atas hilangnya nyawa hewan malang tersebut. Alih-alih bersedih, saya menduga malah banyak yang bersyukur. Beda soal jika yang tertabrak adalah kucing. Tentu saja hal ini akan membuat geger dunia seisinya.

Btw, ini bukan berarti saya membenarkan kekerasan pada hewan, lho. Maksud saya, mbok ya yang adil gitu, kalau misal Anda tidak terima jika kucing dianiaya karena melanggar perikehewanan, maka harusnya ketika korbannya adalah tikus, harusnya sih Anda juga geram. Harusnya, lho.

Sampai ada sebuah kepercayaan kalau menabrak kucing sampai mati, maka harus menguburkan kucing tersebut. Bahkan ada juga yang mengharuskan untuk merelakan baju yang ia pakai untuk digunakan membalut kucing yang tewas tersebut.

Sejauh yang saya ketahui, “tanggungjawab” seperti ini hanya berlaku bagi kucing. Tolong diingatkan jika saya salah.

Lantas apa yang membedakan antara kedua perlakuan tersebut? Tentu saja beda dari sisi good looking. Banyak orang yang gemas dengan kucing. Namun, saya kira tidak ada yang menganggap tikus itu lucu. Tikus dianggap hewan yang blas nggak ada lucu-lucunya. Apalagi tikus ukuran jumbo yang tinggal di selokan.

Eh, terus kenapa kalau kucing dapat privilese?

Jujur, saya tidak ada masalah akan hal itu, yang saya agak gusar adalah efek dari privilese tersebut. Banyak kasus persekusi yang terjadi dan disebabkan oleh pembelaan mereka atas hewan lucu yang disebut sebagai kucing.

Pernah sebuah kejadian beberapa tahun lalu, ada kasus di mana seekor kucing tewas akibat diberikan ciu (sejenis minuman keras) oleh seorang pemuda. Jujur, saya ikut prihatin. Namun, saya agak ngilu ketika membaca komentar netizen yang budiman.

Saya agak maklum ketika ada yang berkomentar dengan nada-nada negatif berupa hinaan, cacian, dan sumpah serapah. Tapi, komentar mayoritas adalah ancaman pembunuhan. Saya ulangi, ancaman pembunuhan.

Iya, memang tindakan pemuda tersebut adalah salah. Namun, bukan berarti respons apa saja terhadap tindakan tersebut juga bisa dibenarkan.

Coba bayangkan, ada pemuda yang membunuh kucing, kemudian ada orang yang membela kucing tersebut dengan cara ingin membunuh manusia. Hey, apa ini tindakan orang waras?

Sekali lagi, ini bukan berarti saya tidak suka kucing, lho. Saya hanya bingung saja atas respons yang rasanya berlebihan. Duh, bela kucing udah setara bela negara.

Jika diberi pilihan, saya akan lebih memilih bertetangga dengan pemuda yang memberi ciu pada kucing daripada dengan orang yang kalau ada kesalahan langsung ngancam mau membunuh.

Karena logikanya, jika dengan pemuda yang membunuh kucing, paling kita cuma harus menyingkirkan kucing kita darinya. Tapi, kalau dengan orang yang mengancam membunuh, malah kita yang selalu terancam.

SJW bidang perkucingan umumnya (saya ulangi: umumnya) memang cukup ganas ketika melakukan pembelaan. Mereka seakan lebih membela kucing daripada manusia.

Hal lain yang menyebalkan dari SJW bidang perkucingan ini adalah mengatasnamakan pecinta hewan padahal cuma suka sama kucing. Duh, mbok, ya tulung.

Alhasil, ketika ada kucing mencuri ikan, atau eek sembarang, dan kita terpaksa melakukan hal yang kurang menyenangkan, pasti ada saja yang tidak terima, dan mengatakan, “Namanya juga hewan.”

Padahal jika hewan lain yang diperlakukan tidak menyenangkan, kok ya tidak ada yang membela, katanya pecinta hewan? Harusnya semua hewan dicintai, lho.

Jika ada kucing liar yang mencuri ikan, atau eek sembarangan, meski geram, saya bisa maklum. Tapi, seringkali yang melakukan itu adalah kucing tetangga yang dilepas-liarkan.

Memberi makan kucing liar adalah tindakan mulai. Iya, di satu sisi memang benar, tapi di sisi lain tanggung jawab untuk membuang kotorannya juga perlu ditunaikan.

Eek kucing adalah benda yang menjijikkan. Tidak peduli selucu apa kucing Anda. Masak iya, pecinta kucing yang dapat lucunya, kita yang bagian ngurus kotorannya.

Meski demikian, pada akhirnya hewan good looking memang selalu dapat privilese. Dan kita hanya bisa maklum akan keistimewaan tersebut. Sebagaimana perkataan Patrik Star, "Hidup memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu."


Tulisan ini ditulis oleh Afiqul Adib di Cangkeman pada tanggal 24 Oktober 2022.
s.c.a.Avatar border
masnukhoAvatar border
timindo77Avatar border
timindo77 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
693
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Dunia Hewan
Dunia Hewan
113Thread123Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.