Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AfriansariAvatar border
TS
Afriansari
Gulutuk Nyengir

Malam semua ....
Kita lanjut part selanjutnya, sebelumnya terima kasih karena bab pertama sudah masuk hot thread. Untuk membaca cerita selanjutnya silahkan download aplikasi GoodDreamer.

KUNTILANAK


Toni sudah siap dengan sepeda onthel-nya untuk mengantarkan Aruna ke sekolah. Di hari pertamanya pindah sekolah, Toni menemani Aruna karena dia masih belum paham daerah sana.

 

"Nanti kalau pulang sekolah naik becak saja, ongkosnya seribu sampai ke perbatasan," ucap Toni.

 

"Baik paman," tutur Aruna.

 

Sesampainya di sekolah, Toni membawa Aruna ke ruang Guru. Di sana ada ibu Siti yang nantinya akan menjadi Wali Kelas Aruna. Setelah selesai berbincang, Toni lalu menitipkan Aruna kepada ibu Siti. Toni pun berpamitan kepada Aruna untuk berangkat kerja.

 

“Ayo Aruna, kita ke kelas,” ajak Siti

 

Aruna mengikuti langkah Siti di belakangnya, hingga akhirnya berhenti di  kelas 2B.

 

"Assalamualaikum ...," sapa Siti

 

"Waalaikumsalam," jawab para murid serempak.

"Baiklah anak-anak, kita kedatangan murid baru pindahan dari Jakarta namanya Aruna Nathania. Ayo Aruna perkenalkan namamu kepada teman-temanmu."

 

"Baik bu, hai semua ... perkenalkan namaku Aruna, semoga kita bisa berteman baik. Terima kasih."

Semua bertepuk tangan menyambut kedatangan Aruna.

 

"Aruna kamu duduk di samping Dewi," ujar Siti.

 

"Iya bu," ucap Aruna, berjalan kemeja yang di tunjuk oleh ibu Siti.

 

***

 

Bel berbunyi menunjukkan jam istirahat, Dewi mendekati Aruna mengajaknya untuk pergi ke kantin. Seperti biasa Dewi akan membeli makanan di kantin lalu memakan makanannya di dalam kelas. Meski baru masuk sekolah, Aruna sudah memiliki mulai akrab dengan Dewi.

 

“Hai Aruna,” sapa seorang siswa yang datang ke meja Aruna. Mata Aruna tak lepas dari sosok laki-laki yang tersenyum menatapnya. “Perkenalkan namaku Andreas.

 

“Dan aku Budi,” sela Budi yang meraih tangan Aruna.

 

“Hai, Andreas, Budi.”

 

"Aruna kamu tinggal dimana?" tanya Dewi ketika Andreas dan Budi duduk di kursi yang berada di depannya.

 

"Di Desa Cigede," jawab Aruna

 

"Cigede, aku juga di Cigede. Nanti kita pulang sekolah bareng ya. Oh iya rumah kamu sebelah mana?"

 

"Melewati jembatan, kata paman Desa Perbatasan tapi masih masuk Desa Cigede."

 

"Desa Perbatasan?" ucap Budi dan Dewi serempak.

 

"Ehm ... aku dengar di sana hanya ada empat rumah dan rumah mereka dikelilingi kuburan, sungai dan pohon jati. Jarang ada orang yang mau masuk ke perbatasan itu, katanya sangat angker," jelas Budi. "Dan lagi--" Budi menghentikan ucapannya hingga membuat Aruna, Dewi dan Andreas termenung menunggu kelanjutannya.

 

"Ayolah, kau membuat kami penasaran," kesal Dewi.

 

Terdengar suara bel berbunyi, semua siswa kembali masuk ke dalam kelas. Andreas menoyor kepala Budi yang sengaja menghentikan ceritanya. Padahal mereka sudah penasaran setengah mati menunggu kelanjutannya.Semua murid kembali duduk di kursi masing-masing, mengikuti pelajaran selanjutnya.

 

Tidak terasa jam menunjukkan pukul satu siang, waktunya para murid untuk pulang sekolah. Dewi dan Aruna yang satu arah, memilih berjalan kaki dari pada harus naik becak. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan sambil berbincang membicarakan hal-hal yang menarik bagi mereka.

 

"Tunggu ini bukankah sungai yang masih sejalan dengan perbatasan?" tanya Aruna menghentikan langkah Dewi.

 

"Iya, kau bisa lewat jalan setapak ini. Namun, aku sarankan untuk tidak lewat sini karena kau akan melewati kuburan dan rumah kosong. Aku dengar di sana juga ada batu besar yang dihuni oleh para ular." Dewi mendekati Aruna lalu berbisik, "aku dengar di sana merupakan tempat pesugihan."

 

"Benarkah," teriak Aruna terkejut mendengar ucapan Dewi.

 

Dewi mengangguk kemudian melanjutkan kembali perjalanan mereka. Sebenarnya Desa Perbatasan itu bisa di lewati dari mana saja karena terletak di tengah-tengah. Seperti berada di segitiga bermuda, perbatasan itulah yang paling memiliki energi negatif paling kuat.

 

"Oh iya Aruna apa kau pernah mendengar kehadiran Gulutuk Nyengir?"

 

"Gulutuk nyengir, aku baru mendengarnya. Apa itu sejenis makanan? tanya Aruna penasaran.

 

"Hus, kalau bicara tidak boleh sembarangan. Kau tahu Gulutuk Nyengir itu sosok wanita berambut panjang yang sering tertawa di malam hari."

 

"Ah ... maksudmu sejenis Kuntilanak?"

 

"Hus, tidak boleh menyebutkan namanya, nanti malam bisa-bisa kamu didatangi sama mereka. Mereka akan muncul tepat jam tiga pagi, kemunculan mereka di tandai dengan suara jatuhnya buah kelapa, lalu menggelinding kesana kesini kemudian terdengarlah suara kikikan wanita."

 

Aruna terdiam mendengar ucapan Dewi, sama seperti yang dia dengar semalam. Sebenarnya Aruna begitu takut ketika harus datang ke rumah Toni, apa lagi jika langit mulai gelap, udara di sekitarnya pun berubah menjadi menakutkan.

 

Langkah Aruna terhenti saat akan melewati jembatan, ia melihat ular kobra yang sedang berdiri menatapnya. Perlahan, ia merapalkan surat annas kemudian menatap ular tersebut.

 

"Aku mau lewat bisakah kau pergi, karena aku tidak bisa melewatimu."

 

Perlahan ular tersebut menyingkir dari jalan, Aruna kembali melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya sampai di rumah Desi.

 

"Assalamualaikum."

 

"Waalaikumsalam, sudah datang. Ganti dulu pakaianmu kemudian makanlah," ujar Desi.

 

"Dimana Sela, bi?"

 

"Dia sedang bermain di kamarmu, dari siang dia belum juga keluar, dia terlalu asik dengan mainannya.”

Aruna bergegas masuk ke dalam kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat Sela tengah bermain dengan sosok anak kecil kepala botak dengan luka di kepalanya, hanya mengenakan celana kecil dan robek di sisi kiri dan kanannya.

 

"Hai Sela, kau sedang bermain apa?"

 

"Aku sedang bermain boneka, teh. Ini temen aku nemenin aku main tapi dia diam terus tidak bisa bicara."

 

"Oh ... jangan sampai dia berbicara, karena kalau dia berbicara kau akan sakit," oceh Aruna mengingatkan.

 

"Kakak bisa lihat temen aku? Namanya Asep, mamah sama ayah tidak bisa melihatnya."

 

"Sela bisakah kau mengambilkan teteh air?" ucap Aruna. Sela mengikuti ucapan Aruna dan keluar dari kamarnya, mengambilkan air untuknya.

 

Hanya tinggal Aruna dan Asep, ketika siang Aruna akan berani tetapi ketika malam tiba, seketika keberaniannya pun menghilang.

 

"Jauhi Sela, kalian sudah beda alam."

 

Makhluk tersebut tak bergeming, ia menatap Aruna lalu menunjuk ke jendela kamar. Aruna melihat arah tangan makhluk tersebut dan melihat sumur yang sudah tidak pernah di gunakan yang sering mereka sebut sumur burung.

 

"Apa kau tinggal di sana?"

 

Makhluk tersebut mengangguk, tak lama ia pergi setelah Sela datang sambil membawa minuman.

 

"Teteh, temen Sela kemana?" tanyanya.

 

"Sudah pulang, ini sudah sore nanti dia di marahi Mamahnya jika pulang telat."

 

Sela mencebikkan bibirnya lalu keluar dari kamar Aruna. Hari semakin gelap, adzan Mahrib pun berkumandang. Aruna yang sedang berhalangan hanya diam di kamarnya sambil mengerjakan tugas yang di berikan Guru Matematika. Suara drap langkah terdengar semakin mendekat, Aruna memicingkan telinganya tetapi suara langkah itu semakin lama semakin menghilang.

 

"Astagfirullah."

 

Aruna begitu terkejut mendengar suara ketukan pintu yang terdengar sangat kencang, ia lalu turun dari ranjang keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Ketika Aruna menggeser tirai, tidak ada orang di luar sana. Aruna yakin jika yang mengetuk pintu itu makhluk lain yang sedang mengawasinya.

 

Tiba-tiba saja lampu di rumah mati, hal itu membuat Aruna semakin takut. Ia berlari masuk ke dalam kamarnya, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Suara-suara makhluk astral terdengar sangat ramai, mereka terdengar berkumpul membicarakan Aruna. Perlahan ada sosok yang menginjak tubuh Aruna, ia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Dalam hatinya ia terus merapalkan doa, tetapi makhluk tersebut malah terus berjalan hingga berhenti di dada Aruna.

 

"Ya Tuhan tolong selamatkan aku," gumamnya.

 

Selimut Aruna di tarik dengan kencang hingga ia menjerit sejadi-jadinya, ketika seseorang menarik selimutnya.

 


bukhoriganAvatar border
similikiti975Avatar border
similikiti975 dan bukhorigan memberi reputasi
2
556
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.