Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cyber.police707Avatar border
TS
cyber.police707
Beubeugig dan Potret Pemuda Masa Kini



Beubegig Sawah




Perjalanan 77 Tahun semenjak Ir. Soekarno dan Moh. Hatta Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, jatuh bangun perjalanan bangsa mempertahankan kedaulatan hingga bahu-membahu membangun tata kelola kenegaraan. Entah berapa ribu liter darah dan keringat yang menjadi bayaran dalam upaya merebut kebebasan bangsa dalam menentukan nasibnya kemudian.
Kemerdekaan telah kita genggam, dinamika pergantian kekuasaan akan senantiasa berada dalam proses yang berkelanjutan. Founding father sepakat untuk menjadikan Indonesia sebuah negara dengan Pancasila sebagai jalan tengah sepakatnya. Ribuan suku bangsa, bahasa, ras serta beragam agama dan kepercayaan, mampu diikat oleh lima dasar Pancasila. Hasilnya, keragaman mampu diolah menjadi berbagai potensi positif tanpa sedikit pun keluar dari bingkai persatuan.

Roda Kepemimpinan terus berputar. Putra-putri bangsa seyogianya menyadari dan mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang. Pemimpin merupakan agen perubahan, pada pundaknya terdapat sebuah tanggung jawab besar yang akan menentukan arah dan keadaan bangsa ke depan.

Keberadaan pemuda merupakan bagian penting pada kerangka pembangunan bangsa. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa pada Juni 2022. Ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun). Apabila pemuda diartikan sebagai manusia pada usia produktif, maka Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat besar. Peran serta dari seluruh elemen negara akan menentukan bagaimana kemudian potensi besar ini dikelola.

Arus perkembangan global yang semakin cepat, justru menjadi permasalahan serius bagi mereka yang acuh dan menutup mata pada kepesatan nya. Seakan di-ninabobo-kan oleh kemewahan teknologi, pemuda terjerembab pada lingkaran hidup konsumtif. Teknologi mengalihkan segalanya, termasuk berhasil memalingkan manusia dari kesejatiannya. Pergeseran nilai kebudayaan ke arah yang destruktif adalah sebuah dampak dari kemegahan teknologi yang tidak berhasil difiltrasi untung dan ruginya. Pergeseran orientasi ini dirasa semakin berbahaya bagi kelangsungan hidup bernegara. Secara teritorial, wilayah negara Indonesia sangat jelas batasnya. Penjagaan hampir pada setiap sisi laut terluar. Namun, siapa yang sanggup menahan gempuran nilai budaya luar yang dengan mudahnya masuk melalui berbagai platform digital? Pemuda menjadi sasaran komersial bagi platform digital. Jika teritorial dijaga oleh tentara, maka penjagaan dan kontrol digital dijaga oleh kesadaran.

Kesadaran adalah sesuatu yang penting dan dibutuhkan pada masa kini. Kesadaran dapat dibangun melalui berbagai cara. Membangun dan meningkatkan kesadaran digital membantu membuka pandangan pemuda mengenai prioritasnya, di mana setiap teknologi memiliki dua sisi, baik sisi positif maupun negatif.  Pemuda yang beraktivitas di ruang digital tanpa adanya kesadaran digital pasti akan didominasi oleh sisi buruknya, seperti hoax, hate speech, hate spin, dan sebagainya karena tidak adanya penguasaan dan pengetahuan sikap serta karakter sebagai benteng dan pondasi diri. membangun kesadaran digital dapat menciptakan situasi yang kondusif dalam ruang digital karena hal itu mampu mencetak pemuda yang melek teknologi sebagai tonggak dan penggerak kemajuan Indonesia.

Masalah tidak hanya berkutat pada ketidakmampuan pemuda dalam menghadapi pesatnya teknologi berkembang. Krisis kepemimpinan merupakan permasalahan selanjutnya. Bukan soal kekurangan pemimpin secara struktural pada bagian apapun, namun lebih pada memimpin diri sendiri dalam menjalankan hidup sosial bernegara. Pemuda telah banyak kehilangan kesadaran. Hal ini dapat terlihat dari keikutsertaan pemuda dalam berbagai kegiatan-kegiatan pada lingkup sekolah maupun lingkungan. Pemuda yang semestinya lebih cekatan, kreatif, inovatif dan aktif, kini lebih banyak menjadi apatis dan tidak peduli pada lingkungan. Selayaknya “Beubeugig” atau orang-orangan sawah, yang hanya terdiam dan menunggu angin agar bisa bergerak.


Selengkapnya disini gan
0
571
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.