ryanmallay2000Avatar border
TS
ryanmallay2000
Mantan Senior menjadi musuhku (part 2)
    Anggotaku mulai merayap satu persatu ke arah yang sudah aku tentukan. Beberapa kali tembakan sniper mengarah kepada mereka. Untung saja anggotaku sudah terbiasa dilatih di bawah tembakan sehingga bukan sesuatu yang membisingkan tapi sudah menjadi alunan music.
            “Kena,…!!!”, anggotaku berteriak.

            “Siapa yang kena?”, tanyaku.

            “Sniper mereka, Komandan”, jawab anggotaku.

            Belum sempat menjawab tiba-tiba rentetan tembakan dari berbagai arah menghujami kami. Dugaanku ternyata benar, pondok itu sudah disiapkan untuk menjebak kami. Dari analisaku jumlah musuh lebih banyak dari pasukanku.

            Aku sedikit dilemma, jika meminta bantuan tembakan dari udara, kuatir akan mengenai anggotaku yang sedang merayap mendekati musuh. Jika tidak meminta bantuan, kemungkinan kami kalah dari segi jumlah. Akhirnya aku hanya bisa minta bantuan dari Yang Maha Kuasa.

            Disela-sela tembakan aku mencoba mendekat dengan berlari zig-zag dan tiarap di pepohonan yang aku jadikan perlindungan sampai akhirnya aku bisa mencapai pondok itu.

            Aku melihat seseorang berlari menaiki ketinggian di balik pondok itu, dan tampak jelas dia adalah mantan seniorku.

            Aku mengejarnya dengan berlari dari pohon ke pohon, tiba-tiba dia mengeluarkan tembakan satu persatu sambil berlari. Sebenarnya tembakan seperti ini yang aku takuti karena menembak sambil berlari tanpa membidik tidak dapat diprediksi arahnya. Akupun mulai membuka tembakan ke arah dia.

            Dia berlari, aku menembak, dia berlindung, aku berlari cari perlindungan dan dia menembak. Dia kembali berlari, akupun ikut berlari sambil menembak. Dia berlindung sambil menembak, akupun berlindung dan menembak. Siklus ini berulang-ulang kami lakukan. Beginilah situasi aslinya berperang, seperti bermain tetapi matinya benaran.

            Sampai akhirnya jarak kami tidak lebih dari 30 meter, tetapi tidak sebutirpun pelurunya mengenaiku dan peluruku juga tidak mengenainya.

            Padahal aku sudah terlatih menembak tepat pada jarak 100 meter, mengapa 30 meter tidak bisa mengenai sasaran? Benar kata pelatihku, kita hanya bisa membidik dan menembak, setelah peluru melesat dari sasaran, hanya takdir yang menentukan akan mengenai sasaran dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Berbeda dengan pedang, yang sasarannya bisa ditentukan oleh si penghunus dan dapat dihentikan sebelum mengenai sasaran.

            Tiba-tiba dia membuang senjatanya, keluar dari perlindungan sambil mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah.

            “Menyerahlah, Bang!”, aku berteriak dari balik perlindungan sambil membidik dia, karena aku tidak yakin dia benar-benar menyerah, “jangan-jangan ini tipu muslihat”, kata hatiku.

            “Kalau Kau ksatria, keluar dan hadapi saya dengan tangan kosong”, dia mengajakku untuk duel. Tapi aku masih ragu. “Kecuali kalau kau pecundang, silakan bidik kepalaku”, dia semakin menantang dan berjalan ke arah ku.

            “Baik, Bang, saya layani”, jawabku menantang.

            Memang dia lebih dahulu belajar bela diri karena dia lebih senior tetapi belum tentu dia lebih mahir. Aku tidak takut untuk berduel, tetapi kelicikannya yang sulit aku tebak karena kemahiran itu tidak aku miliki sedangkan dia professional dibidang itu ditunjang dengan mentalnya yang jelek. Dan itu terkenal dari dulu kalau memang dia sering mengandalkan kelicikan.

            Dia sudah memasang kuda-kuda dan kepalan tangan yang siap dia layangkan ke badanku. Akupun awas setiap gerakannya dengan kuda-kuda yang siap untuk aku tendang ke badannya.

            Satu pukulan mendarat di mukaku tapi kepalankupun bersarang diperutnya hingga kami mundur beberapa langkah. Dia tidak akan memukul bagian dada dan perut karena aku masih mengenakan rompi, sasarannya pasti kepala, makanya aku harus amankan kepalaku.

            Beberapa pukulan ke sembarang arah membuat konsentrasi mataku terganggu dan “Praaak” satu tendangan melingkar tepat mengenai kepalaku bagian kiri membuat aku terjatuh.

            “Kau menyerah saja, bergabung dengan kami, apa yang kau mau, aku turuti”, dia membujukku. Kepalaku terasa sakit dan mata mulai berkunang-kunang karena tendangannya cukup keras mengenaiku. Aku berusaha untuk berdiri.

            “Maaf, Bang, Saya mengabdi untuk memberi bukan meminta”, aku berteriak sambil mengangkat kaki kiriku menendang bagian perutnya dan dia tahan dengan kedua tangan, seketika itu tendangan kaki kananku telak kena kepalanya, dia pun terjatuh. Akupun ikutan terjatuh karena kurang keseimbangan.

            “Abang menyerahlah, jangan mengejar angan-angan”, bujukku.

            Kami melanjutkan berduel dan tidak ada yang menang, yang pasti kami berdua sama-sama babak belur.

            Satu tendanganku mengenai punggungnya dan dia tersungkur. Aku merasakan ada benda keras tersembunyi dibalik bajunya, tiba-tiba “Door” dia menembakku dengan pistol yang disembunyikan dibalik bajunya dan mengenai rompiku, akupun terpental dan secara spontan, aku lemparkan sangkurku ke arahnya.

            “Door”, satu tembakan lagi meletus mengenai samping rompi tepatnya dibagian perut yang tidak terlindungi oleh rompiku.

            Aku merayap ke pohon yang terdekat, aku ambil obat penghenti pendarahan dan aku suntikan ke perutku agar aku tidak kehabisan darah.

            Aku melihat, senjataku tergeletak dengan jarak 3 meter dariku, aku mencoba berlahan merayap karena jika aku berdiam diri, sudah pasti akan menjadi sasaran tembaknya.

            “Kalaupun nanti aku tertembak saat merayap, setidaknya aku mati dalam berusaha bukan berdiam diri” kata batinku.

            Aku berhasil menggapai senjataku, tapi aku heran kenapa dia tidak lagi menembakku. Dari sela-sela pohon tempat aku berlindung, aku intip dia masih terbaring.

            Beberapa saat, aku berdiam sambil menghimpun tenaga dan aku mulai berdiri dengan menggunakan senjataku sebagai tongkat.

            Perlahan aku mendekati dia, sambil siaga senjata siap tembak karena tidak mau aku tertipu untuk kedua kali. Ternyata dia benar-benar sudah mati karena sangkur yang aku lempar tepat mengenai lehernya.

            Badanku terasa lemas sekali, aku kehabisan tenaga, jangankan untuk berjalan, berdiri saja harus ditopang oleh senapanku. Aku membuang rompi anti peluru yang membebaniku.

            Sambil tanganku menekan luka di perut, aku berusaha berjalan berlahan-lahan. Dari pohon ke pohon aku bersandar untuk mengurangi gerakan agar tidak terlalu banyak darah bercucuran.

            Di bawah, aku masih mendengar pesta tembakan yang belum berhenti. Dalam kondisi itu hanya doa saja yang bisa aku berikan kepada anggotaku karena diriku sendiri sudah mulai berkunang-kunang, tetapi aku harus tetap bertahan untuk sadar karena aku terpisah dengan anggotaku.

            Cukup lama aku mendengar dentuman saling tembak disana hingga akhirnya suara tembakan terhenti. Aku menembak pistol isyarat sebagai tanda untuk memberitahukan posisiku berharap ada anggota yang akan menemukanku.

            Dikejauhan aku melihat adanya puluru pistol isyarat di udara dan aku membalas dengan menembak pistol isyarat juga. Aku tidak mampu lagi berjalan, bila aku paksakan pasti akan kehabisan darah. Aku hanya bisa menunggu di jemput.

            Tidak lama setelah itu, aku mendengar derap langkah orang, diam-diam aku membidik sambil tiarap di perlindungan.

            Ternyata, mereka adalah anggotaku.

            “Saya disini”, aku berteriak agar mereka menemukanku.

            “Dantooon”, anggotaku menjawab dan langsung mereka mendekat.

            Yang aku tahu, aku dibopong anggotaku, dan aku tak sadarkan diri.

rinandyaAvatar border
MFriza85Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 6 lainnya memberi reputasi
5
2.4K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.