Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Black Wednesday 1992 : George Soros Ubrak-Abrik John Major dan Bank of England


Britania Raya keluar dari Uni Eropa per 31 Januari 2020. Sampai tanggal tersebut, negara tersebut tidak kunjung bergabung ke blok mata uang euro bersama 19 negara lainnya di benua Eropa dan tetap menggunakan mata uang pound sterling. Mungkin Anda mengira ini adalah akibat gengsi Britania Raya apabila harus menyejajarkan diri dengan negara-negara Eropa lainnya apalagi dengan yang relatif miskin seperti Yunani dan Portugal. Namun, alasan sebenarnya adalah karena sebuah peristiwa yang terjadi tepat 30 tahun silam.

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Langkah Menuju Penyatuan Moneter Eropa

Deutsche Mark, mata uang Jerman (Barat) yang menjadi mata uang jangkar utama dalam sistem European Exchange Rate Mechanism

Langkah awal menuju penyatuan moneter Eropa dimulai pada 13 Maret 1979 dengan diberlakukannya European Exchange Rate Mechanismatau ERM. Dalam ERM, negara peserta berkomitmen mematok nilai mata uangnya terhadap mata uang jangkar dan menetapkan batas pergerakan yang dapat diterima dengan rentang sekian persen dari nilai patokan tersebut. Apabila nilai tukarnya di pasar hendak bergerak keluar dari rentang ini, otoritas moneter negara tersebut harus melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukarnya ke level yang diinginkan. Karena ekonomi Jerman Barat merupakan yang terbesar di dalam Masyarakat Ekonomi Eropa saat itu, maka mata uangnya, Deutsche Mark, menjadi mata uang jangkar dalam ERM.

Negara-negara yang tetap dalam ERM hingga tahun 1998 akan mengadopsi mata uang euro pada 1 Januari 1999 dengan nilai tukar mata uang lokal terhadap euro untuk konversi uang kertas dan logam dipatok secara permanen sejak 31 Desember 1998 berdasarkan posisi di pasar pada hari itu. Pada hari yang sama, ERM digantikan ERM II sebagai fase terakhir sebelum mengadopsi euro. Perbedaan dengan ERM adalah mata uang negara peserta dijangkarkan terhadap euro. Saat ini, terdapat 2 negara yang sedang mengikuti ERM II sebagai persiapan bergabung dengan zona euro, yaitu Bulgaria (lev) dan Kroasia (kuna) sejak 10 Juli 2020. Denmark juga saat ini berada dalam ERM II, namun memiliki opsi untuk tidak bergabung ke zona euro.

Sang Singa Tua dengan Pincang Bergabung ke ERM

Sumber : [url]https://www.ecb.europa.eu/pub/economic-bulletin/articles/2021/html/ecb.ebart202008_01~035eb0fb07.en.html[/url]
Grafik garis waktu negara-negara Eropa di dalam keanggotaan Uni Eropa dan ERM. Britania Raya sempat menjadi anggota ERM antara 8 Oktober 1990 dan 16 September 1992.

Setelah sempat menolak bergabung, Perdana Menteri Margaret Thatcher akhirnya dengan terpaksa memutuskan bergabung dengan ERM pada 8 Oktober 1990. Ini karena pengaruh John Major, menteri keuangannya yang berpandangan pro-Eropa, menguat di dalam kabinet. Berdasarkan laporan Major (ia akan menjadi perdana menteri pengganti Thatcher hanya sebulan kemudian, pada 28 November 1990) pada House of Commons pada 15 Oktober 1990, patokan nilai tukar pound sterling terhadap DM untuk berpartisipasi di ERM adalah 2,95 DM per £, sedikit di atas nilai tukar penutupan perdagangan tanggal 5 Oktober 1990, saat pengumuman ini dibuat. Rentang pergerakan yang diizinkan untuk pound sterling adalah 6 persen (rentang ini diberikan hanya untuk pound sterling, escudo, peseta, dan lira. Mata uang lainnya diberi ruang hanya 2,25 persen) sehingga batas pergerakannya adalah antara 2,773 DM per £ dan 3,127 DM per £. Bank of England harus melakukan intervensi pasar apabila nilai tukarnya keluar dari rentang ini dan pemerintah harus menerapkan kebijakan ekonomi dan fiskal yang memungkinkan rentang ini terjaga.

Pemerintah Britania Raya, khususnya Major, saat itu berharap dengan bergabung ke ERM, ekonomi mereka dapat segera keluar dari periode resesi berkepanjangan dan mencapai stabilitas ekonomi dan inflasi rendah seperti Jerman.

Tetapi, nilai patokan 2,95 DM per £ ini dianggap terlalu tinggi dan tidak mencerminkan secara real kondisi ekonomi Britania Raya relatif terhadap Jerman saat itu. Laju inflasi Britania Raya pada Oktober 1990 mencapai 10,9 persen, tiga kali lipat daripada Jerman dan suku bunga acuan Bank of England mencapai 15 persen. Persepsi akan pound sterling yang overvalued dan lemahnya fundamental ekonomi ini akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Black Wednesday.

Terbukti, sejak 1990 hingga September 1992, nilai tukar pound sterling terhadap DM terus merosot.


Nilai tukar pound sterling terhadap deutsche mark sepanjang tahun 1992.

16 September 1992 : Hari "Penghakiman" Pound Sterling oleh Pasar

Headline media lokal mengenai kehancuran pound sterling pada Black Wednesday

George Soros, pemilik reksadana Soros' Quantum Fund, memprediksi bahwa Britania Raya akan gagal mempertahankan nilai pound sterling dalam rentang yang diizinkan ERM dan mata uang tersebut akan didevaluasi berdasarkan pernyataan sebelumnya dari Presiden Bundesbank, Helmut Schlesinger. Konteksnya adalah pada pertengahan 1992, Bundesbank menaikkan tingkat suku bunga acuan karena inflasi meningkat sebagai akibat meningkatnya pengeluaran pemerintah pasca reunfikasi Jerman 1990. Bank of England enggan ikut menaikkan suku bunga karena Britania Raya sedang terancam resesi. Akibatnya, mata uang DM diburu oleh spekulan dan pound sterling dibuang. Ini pun menekan nilai tukar pound sterling terhadap DM. Meskipun pejabat Britania Raya berusaha menekan Jerman untuk menurunkan suku bunganya pada pertemuan menteri keuangan dan kepala bank sentral seantero Eropa di Bath pada 4 September 1992, pihak Jerman bergeming. Pada 14 September 1992, Jerman akhirnya menurunkan tingkat suku bunga acuannya untuk kali pertama sejak 1987. Namun, karena penurunannya hanya sedikit, dampaknya pada nilai tukar pound sterling terhadap DM tidak terasa.

Sejak Agustus 1992, ia mulai melakukan transaksi pembelian DM dengan berutang pound sterling dan menjualnya, dengan puncaknya pada Rabu, 16 September 1992. Ia menjual pound sterling hingga sebesar US$10 miliar. Ia mengambil posisi short pound sterling, yaitu meyakini nilai pound sterling akan semakin menurun dan ia akan dapat mengambil untung dengan membeli kembali pound sterling saat nilainya sudah jatuh. Ia mengambil keuntungan dari segi waktu dengan memulai posisinya saat pasar uang London belum dibuka.

Tindakannya segera diikuti spekulan lainnya di pasar uang London. Nilai tukar pound sterling terhadap DM tertekan hebat hingga melampaui batas bawah 2,773 DM per £. Pemerintah dan Bank of England pun harus berusaha mempertahankan nilai pound sterling agar tidak terpuruk lebih jauh. Dengan pasokan DM yang dimiliki, pemerintah mengintervensi pasar dengan membeli pound sterling sebesar £1 miliar pada pukul 08.40 BST. Suku bunga acuan Bank of England juga diumumkan akan dinaikkan menjadi 12 persen pada pukul 11.00 BST, dan kemudian diumumkan akan dinaikkan lagi menjadi 15 persen. Menteri Keuangan Norman Lamont juga mengumumkan pemerintah akan berutang US$15 miliar untuk mempertahankan nilai pound sterling. Pasar bergeming dan tetap melanjutkan aksi jual massal. Pemerintah menghabiskan £27 miliar untuk usaha yang berakhir dengan kegagalan tersebut dan pembayar pajak mengalami kerugian £3,3 miliar.

Gagal melawan arus jual pound sterling oleh pasar, pemerintah pun mengumumkan bahwa pound sterling keluar dari ERM pada pukul 19.30 BST. Pada periode setelah pengumuman ini, nilai tukar pound sterling jatuh 15 persen terhadap DM dan 25 persen terhadap dolar AS.

Keputusan ini juga mempertimbangkan faktor eksternal. Pada 20 September 1992, Prancis mengadakan referendum untuk menentukan apakah pemilih negara tersebut setuju dengan Traktat Maastricht, yang merupakan perjanjian pembentukan Uni Eropa. Pemilih Prancis diperkirakan akan menolak, namun ternyata 51 persen pemilih menyetujuinya. Selain itu, Spanyol dan Italia diperkirakan akan ikut keluar dari ERM setelah Britania Raya karena mata uang mereka juga diserang spekulan dan cadangan devisa Italia tidak akan cukup untuk menopang lira (Italia telah mendevaluasi lira sebesar 7 persen beberapa hari sebelumnya dan menggunakan sebagian besar cadangan devisanya untuk mempertahankan nilai lira). Meskipun Italia sempat keluar dari ERM bersamaan dengan Britania Raya, Italia kembali bergabung pada November 1996 dan pada akhirnya ikut mengadopsi mata uang euro hingga sekarang.

George Soros dilaporkan berhasil meraih laba US$1 miliar dari keberhasilannya mengubrak-abrik Bank of England pada hari itu. Sementara itu, kredibilitas Major dan Lamont tercoreng, terutama karena begitu banyak uang yang dihabiskan untuk usaha yang sia-sia tersebut. Padahal, Major baru saja berhasil membawa Partai Konservatif memenangi pemilu untuk kali keempat secara beruntun beberapa bulan sebelumnya. Meskipun kebijakan yang diambil setelah kejadian ini terbukti mampu menggairahkan ekonomi dan mengendalikan inflasi, Major tetap kalah dalam pemilu 1997 dan digantikan oleh Tony Blair.

Luputnya Britania Raya dari sistem moneter tunggal Eropa akibat peristiwa ini kemudian agak disyukuri setelah terjadinya krisis utang di zona euro, yaitu Yunani, Spanyol, Portugal, dan Italia pada 2009-2011. Keempat negara di atas tidak mampu membayar utangnya dan tidak lagi memiliki kebijakan moneter yang independen untuk mengatasi resesi ekonomi akibat Resesi Besar 2007-2008.

Serupa 1997

Kliping The Business Times edisi 3 Juli 1997 memberitakan jatuhnya nilai baht terhadap dolar AS sebesar 18 persen setelah pemerintah Thailand menghapus patokan nilai tukar dan membiarkan baht mengambang mengikuti mekanisme pasar pada 2 Juli 1997.

Apa yang dialami pound sterling pada 1992 ini serupa dengan apa yang terjadi pada baht sebelum diambangkan pada 2 Juli 1997. Baht kala itu dipatok pada level 25 baht per dolar AS, yang berjalan sejak November 1984 dalam sistem di mana nilai baht dipatok terhadap sekeranjang mata uang, secara efektif terhadap dolar AS (sekitar 85 persen). Namun, utang luar negeri tinggi (sekitar US$60-80 miliar), defisit transaksi berjalan yang juga tinggi (8% dari PDB pada 1996), dan ketergantungan pada hot money asing berjangka pendek membuat pasar memiliki persepsi overvalued terhadap baht sehingga aksi jual baht terjadi secara massal. Aksi jual baht secara massal terjadi pada 14 Mei 1997 namun dapat diatasi Thailand dengan bantuan Singapura, Malaysia, Australia, dan Hong Kong.

Namun, tekanan jual kembali terjadi pada awal Juli. Pemerintah Thailand yang hendak menjaga nilai patokan baht terhadap dolar AS berusaha mati-matian melawan arus jual baht (menariknya, George Soros juga termasuk orang yang menginisiasi aksi jual baht) oleh pasar hingga cadangan devisa mereka terkuras dan mereka tidak mempunyai pilihan lain selain melepas nilai baht ke mekanisme pasar. Sisanya adalah sejarah.

Berikut adalah video berita mengenai Black Wednesday

Berikut adalah dokumenter BBC tahun 1997 mengenai Black Wednesday

Berikut adalah video mengenai cara Soros mengalahkan Bank of England



Demikian threaddari saya kali ini. Kegagalan Britania Raya dan Thailand melawan kekuatan arus modal dalam pasar uang global menjadi bukti betapa besar dan dinamisnya sistem keuangan global. Terima kasih telah membaca thread ini dan semoga hari Anda menyenangkan.


Smick, David M. 2008. The World is Curved : Hidden Dangers to the Global Economy. New York : Penguin Group.
Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
[URL=https://www.ecb.europa.eu/pub/economic-bulletin/articles/2021/html/ecb.ebart202008_01~035eb0fb07.en.html]Referensi X[/URL]
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV
Referensi XVI
Referensi XVII
Referensi XVII
Referensi XVIII



0
1.3K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.