• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Bantai 51 Orang tapi Hanya Dipenjara Seumur Hidup. Adilkah? #KamisKriminal

marywiguna13Avatar border
TS
marywiguna13 
Bantai 51 Orang tapi Hanya Dipenjara Seumur Hidup. Adilkah? #KamisKriminal
Quote:




Brenton Harrison Tarrant lahir pada tanggal 27 Oktober 1990 di Grafton, New South Wales, Australia. Ayahnya yang bernama Rodney Tarrant merupakan seorang atlet marathon dan triathlon, sedangkan ibunya yang bernama Sharon Torrent merupakan seorang guru bahasa Inggris. Dan Brenton juga memiliki seorang saudara perempuan yang bernama Lauren Tarrant.


Keluarga Tarrant dikenal dengan baik di kota Grafton. Rodney digambarkan sebagai seseorang yang memiliki sifat yang ramah dan lembut, serta tidak pernah mengatakan hal buruk tentang siapapun. Dia juga pandai dalam melakukan banyak hal, selalu mencoba yang terbaik, dan mampu mencapai tujuan yang dia miliki tanpa melakukan banyak keributan. Namun sayangnya, Rodney dan Sharon memutuskan untuk berpisah ketika Brenton masih kecil. Dan sejak saat itu, Sharon membesarkan Brenton dan Lauren sendirian.



Brenton sendiri tidak begitu memiliki ketertarikan terhadap dunia pendidikan yang membuatnya hampir tidak mencapai nilai kelulusan di sekolahnya. Ketika dia berumur 19 tahun, dia sudah bekerja menjadi seorang personal trainer. Dia memutuskan untuk berhenti ketika dia mengalami cedera dan kemudian mewarisi sejumlah uang sebanyak A$457.000 dari ayahnya yang meninggal karena kanker pada tahun 2010.
Dengan menggunakan uang warisan dari ayahnya dan sejak tahun 2012, Brenton melakukan perjalanan ke beberapa negara di Asia serta Eropa sendirian. Dan sejak saat itu pula, Brenton mulai mengekspresikan ide-ide yang bernada rasisme. Sebagai bukti, dia menyumbang uang sebesar €1.500 kepada Identitäre Bewegung Österreich (IBÖ), yang merupakan sebuah gerakan di Austria yang menentang Islamisme, multikulturalisme, dan model metafora monokultural. Dia juga menyumbang uang sebesar €2.200 kepada Génération Identitaire, yang merupakan grup IBÖ cabang Prancis. Bahkan, dia sempat melakukan komunikasi via emaildengan pemimpinnya yang bernama Martin Sellner, dan menawarkan diri untuk bertemu dengannya di Wina. Dan selain itu, dia juga menyumbang uang sebesar $106,68 kepada Rebel Media, sebuah situs yang secara khusus menampilkan Martin Sellner dan beberapa artikel yang mendukung teori konspirasi gerakan White Genocide dan Great Replacement.

Pada tahun 2016-2018, Brenton mengunjungi Balkan, Kroasia, Bulgaria, Rumania, Hungaria, Turki, dan Bosnia-Herzegovina. Dalam sebuah platform media sosial miliknya, dia sempat memposting materi nasionalis Balkan dan menyerukan untuk melemahkan Amerika untuk mencegah campur tangan NATO di Kosovo dalam mendukung Muslim Albania melawan Kristen Serbia, yang dilihatnya sebagai pihak Kristen Eropa yang berusaha untuk menghapus penjajah Islam dari Eropa.

Brenton mengaku bahwa dia menulis sebuah manifesto setebal 74 halaman yang berjudul The Great Replacement, yang merujuk pada teori konspirasi gerakan White Genocide dan The Great Replacement. Manifesto yang menampilkan simbol neo-Nazi tersebut mengekspresikan ujaran kebencian terhadap migran, retorika supremasi kulit putih, dan seruan untuk menyingkirkan semua imigran non-Eropa yang berada di Eropa. Selain itu, dalam manifesto tersebut dikatakan bahwa Brenton berharap penembakan massal yang terjadi akan menyebabkan konflik penguasaan senjata di Amerika, dan berpotensi menyebabkan perang saudara.

****************************************

Dijelaskan dalam manifestonya, upaya penembakan yang dilakukan oleh Brenton direncanakan dua tahun sebelumnya, sedangkan lokasinya sendiri ditentukan tiga bulan sebelumnya. Pada awalnya, dia memilih Masjid Al Huda yang terletak di Dunedin. Namun, dia kemudian berubah pikiran dan memilih masjid di Christchurch karena disana terdapat lebih banyak orang dewasa dan masjid tersebut mengandung sejarah tentang ekstrimisme sebelumnya. Dan beberapa menit sebelum penembakan dilakukan, dia akan mengirim manifesto tersebut melalui email ke 30 penerima, termasuk kantor Perdana Menteri dan beberapa media.

Beberapa hari Jumat sebelum penembakan dilakukan, Brenton mengunjungi masjid Al Noor untuk pura-pura berdoa disana. Dia juga sempat menggunakan drone yang dioperasikan dari taman terdekat untuk menyelidiki halaman masjid tersebut. Selain itu dengan menggunakan internet, dia mencoba untuk menemukan denah masjid yang terperinci, gambar interior, dan jadwal shalat untuk mengetahui kapan masjid akan berada pada tingkat tersibuknya.
Masjid Al Noor

Pada tanggal 15 Maret 2019 jam 1.40 siang, Brenton mendatangi masjid Al Noor yang terletak di Riccarton dan dia sempat disapa oleh seorang pria yang merupakan seorang Muslim disana. Brenton kemudian menembakkan sembilan peluru dari senjata laras pendek semi otomatis yang dipegangnya, yang berjenis Mossberg 930, yang menewaskan pria yang menyapanya tersebut. Brenton kemudian mengganti senjatanya dengan laras panjang berjenis AR-15, dan mulai menembak tiga orang yang berada di pintu masuk masjid, serta menembak puluhan orang yang sedang melakukan sholat di dalamnya.

Brenton kemudian pergi keluar dan sempat menembak seorang pria sebelum dia mengambil senjatanya yang lain dari mobilnya, dan menuju ke tempat parkir masjid dimana dia kembali menembak beberapa orang lainnya. Dia kembali memasuki masjid, kembali menembak orang-orang yang sudah terluka, pergi keluar dari masjid, dan menembak seorang wanita. Brenton kemudian meninggalkan masjid tersebut dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan 130 km/jam menuju ke Bealey Avenue.

Linwood Islamic Centre

Pada jam 1.52 siang, Brenton sampai di Linwood Islamic Centre yang berjarak hanya tiga km dari sebelah timur masjid Al Noor. Brenton sengaja memarkirkan mobilnya di gerbang masuk untuk menghalangi mobil yang berusaha untuk keluar atau memasuki Islamic Centre tersebut. Dan karena tidak bisa menemukan pintu masuk di tempat tersebut, Brenton menembak empat orang yang berada di dalamnya melalui sebuah jendela.

Seorang pria yang bernama Abdul Aziz Wahabzada kemudian lari keluar ketika Brenton mengambil senjatanya yang lain dari mobilnya. Abdul sempat memungut senjata kosong yang dijatuhkan oleh Brenton, bersembunyi diantara mobil-mobil yang diparkir, dan berusaha memancing perhatian Brenton dengan berteriak, "Im here!". Namun sayangnya, Brenton bisa memasuki tempat tersebut dan tembakannya menewaskan tiga orang. Setelahnya, Brenton kembali ke mobilnya, dan Abdul sempat melemparinya dengan senjata yang dipungutnya.

Dalam penembakan tersebut, sebanyak 44 orang meninggal di masjid Al Noor, dan sebanyak tujuh orang meninggal di Linwood Islamic Centre. Sedangkan untuk korban yang mengalami luka-luka, sebanyak 35 orang terluka di masjid Al Noor, dan sebanyak lima orang terluka di Linwood Islamic Centre. Kebanyakan dari mereka merupakan para pria yang sedang melakukan sholat Jumat. Dan mereka terdiri dari sembilan orang Pakistan, tujuh orang India, lima orang Bangladesh, empat orang Mesir, tiga orang Uni Emirat Arab, tiga orang Fiji, dua orang Somalia, dua orang Syria, satu orang Indonesia, satu orang Yordania, satu orang Kuwait, satu orang Selandia Baru, satu orang Arab Saudi, dan sebelas orang tidak diketahui.

18 menit setelah penembakan terjadi yaitu pada jam 1.57 siang, unit polisi melihat mobil berjenis Subaru Outback 2005 berwarna perak yang dikendarai oleh Brenton. Mereka langsung melakukan pengejaran terhadap mobil milik Brenton tersebut. Dua menit kemudian yaitu pada jam 1.59 siang, Brenton dapat ditangkap ketika dia memasuki Brougham Street yang terletak di daerah Sydenham dan unit polisi menabrakkan mobilnya. Dan saat ditangkap, Brenton mengakui bahwa dia sedang dalam perjalanannya untuk melakukan penembakan selanjutnya disebuah masjid yang terletak di Ashburton.

****************************************

Di dalam mobil milik Brenton, polisi menemukan enam pucuk senjata yang terdiri dari dua pucuk senjata AR-15, dua pucuk senapan semi otomatis ukuran 12 berjenis Mossberg 930 dan Ranger 870, dan dua pucuk senapan berjenis 357 Magnum Uberti dan Mossberg Predator kaliber 223. Keenam senjata tersebut dibeli oleh Brenton secara online dalam rentang waktu antara bulan Desember 2017 hingga bulan Maret 2019, bersama dengan lebih dari tujuh ribu butir amunisi. Selain itu, polisi juga menemukan dua alat peledak rakitan yang terpasang di dalam mobilnya, dan alat peledak tersebut dijinakkan oleh New Zealand Defence Force.

Brenton mengaku memegang lisensi senjata api dengan dukungan "A", dan membeli semua senjata yang dimilikinya sebulan setelah dia mendapatkan lisensinya. Namun, lisensinya tersebut dianggap sebagai sebuah kesalahan polisi karena mereka tidak mewawancarai anggota keluarga Brenton sebagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi senjata api. Pemilik toko senjata tempat Brenton membeli senjatanya mengatakan bahwa dia tidak mendeteksi sesuatu yang tidak biasa tentang pelanggannya. Oleh karena itu, dia tidak mengetahui bahwa senjata yang dibeli oleh Brenton akan digunakan untuk melakukan penembakan di masjid.



Senjata dan magasin yang digunakan oleh Brenton penuh dengan tulisan berabjad latin, Sirilik, Armenia, dan Georgia berwarna putih yang menyebutkan tentang peristiwa sejarah, nama orang-orang tertentu seperti para korban serangan terorisme dan para penyerang sayap kanan, motif yang berkaitan dengan konflik sejarah, perang, serta pertempuran antara Muslim dan Kristen Eropa. Selain itu, juga ditemukan kata Turkofagos yang merupakan istilah yang digunakan oleh orang Yunani selama Perang Kemerdekaan Yunani, dan slogan supremasi kulit putih seperti frasa anti-Muslim Remove Kebab yang berasal dari Serbia dan Fourteen Words yang merupakan referensi untuk dua slogan yang berasal dari David Eden Lane, salah satu dari sembilan anggota pendiri kelompok pemberontak separatis kulit putih yang bernama The Order.


Dalam senjata-senjata tersebut juga terdapat simbol salib Archangel Michael yang merupakan Iron Guard organisasi fasis Rumania. Dan pada ranselnya terdapat potongan kain bergambar Black Sun yang merupakan simbol yang digunakan oleh Nazi Jerman dan neo-Nazi, serta dua buah tag berbentuk plat yang bergambar salib Celtic dan swastika Slavia.
Pada tanggal 16 Maret 2019, Brenton menghadiri sidang pertamanya di Pengadilan Distrik Christchurch, dia didakwa dengan satu tuduhan pembunuhan. Sidang tersebut sengaja ditutup untuk umum, kecuali untuk media yang terakreditasi. Hakim mengijinkan media untuk mengambil wajah Brenton, namun dengan syarat wajahnya harus dipikselasi. Brenton sempat tersenyum pada media sambil menunjukkan gestur "Ok" terbalik di bawah pinggangnya yang memberi tanda sebagai kekuatan kulit putih.


Kasus penembakan yang dilakukan oleh Brenton kemudian dipindahkan ke Pengadilan Tinggi Christchurch, sedangkan dia sendiri dipindahkan ke penjara Auckland yang memiliki tingkat keamanan maksimum. Disana, dia sempat mengajukan keluhan secara resmi karena dia tidak dapat mengakses internet dan media, serta tidak dapat menerima kunjungan atau panggilan telepon. Namun, dia dapat mengirim hingga tujuh pucuk surat, dimana salah satunya diposting oleh penerimanya di 4chan yang merupakan sebuah imageboard websiteyang membahas berbagai topik, dan di 8chan yang merupakan sebuah imageboard website, namun berkaitan dengan persoalan supremasi kulit putih, neo-Nazisme, alt-right, rasisme dan antisemitisme, kejahatan kebencian, serta beberapa penembakan massal. Hal tersebut sempat membuat Menteri Pemasyarakatan yang bernama Kelvin Davis dan Departemen Pemasyarakatan itu sendiri, mendapat kritikan, serta membuat Perdana Menteri Selandia Baru yang bernama Jacinta Ardren akan menetapkan aturan pembatasan persoalan surat-menyurat para tahanan.


Pada tanggal 4 April 2019, pihak kepolisian mengumumkan bahwa mereka menambah jumlah dakwaan terhadap Brenton yang terdiri dari 50 dakwaan atas tuduhan pembunuhan, dan 39 dakwaan atas tuduhan percobaan pembunuhan. Sedangkan tuduhan lainnya masih dalam tahap pertimbangan pihak kepolisian. Keesokan harinya dalam sidang kedua yang dilakukan melalui tautan audio-visual, Brenton menerima perintah untuk menjalani pemeriksaan mentalnya. Dan hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa dia tidak memiliki masalah kejiwaan. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2019, jumlah dakwaannya bertambah menjadi 51 dakwaan atas tuduhan pembunuhan, dan 40 dakwaan atas tuduhan percobaan pembunuhan.

Dalam sidang selanjutnya yang digelar pada tanggal 14 Juni 2019, Brenton mengaku tidak bersalah atas satu tuduhan keterlibatannya dalam aksi teroris, 51 tuduhan pembunuhan, dan 40 tuduhan percobaan pembunuhan. Pada tanggal 25 Maret 2020, dia mengeluarkan instruksi tertulis resmi kepada pengacaranya yang menegaskan bahwa dia ingin mengubah pengakuannya menjadi bersalah. Oleh karena itu, pada sidang yang digelar pada tanggal 26 Maret 2020, Brenton mengaku bersalah atas 92 tuduhan yang dilayangkan padanya. Otoritas pengadilan kemudian mulai membuat pengaturan agar kasus Brenton dapat diselesaikan sesegera mungkin di tengah lockdownCovid-19. Sambil menunggu sidang penetapan hukuman, Brenton dikembalikan ke tahanan. Dan dalam hal tersebut, Brenton memecat pengacaranya, serta memutuskan untuk membela dirinya sendiri.





Dalam sidang yang digelar pada tanggal 24 Agustus 2020 di Pengadilan Tinggi Christchurch, hakim Cameron Mander menyatakan bahwa Brenton dinyatakan bersalah atas tuduhan keterlibatannya dalam aksi terorisme, 51 tuduhan pembunuhan, dan 40 tuduhan percobaan pembunuhan. Hakim memberinya putusan hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Mendengar putusan hukuman tersebut, Brenton tidak menentangnya, bahkan dia menolak untuk berbicara selama di pengadilan. Putusan hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat dan putusan hukuman atas tuduhan aksi terorisme tersebut merupakan hukuman yang pertama kali diberikan di Selandia Baru.

Setelah sidang putusan hukuman tersebut digelar, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru yang bernama Winston Peters meminta Brenton untuk dideportasi, untuk menjalani hukumannya di Australia agar pemerintah New Zealand tidak harus membayar biaya penjaranya selama seumur hidup. Pernyataannya tersebut merupakan respon atas kebijakan pemerintah Australia yang mendeportasi warga negara Selandia Baru yang juga melakukan kejahatan disana. Menanggapi permintaan tersebut, Perdana Menteri Australia yang bernama Scott Morrison dan Menteri Dalam Negeri Australia yang bernama Peter Dutton menyatakan bahwa walaupun pemerintah Selandia Baru tidak mengajukan permintaan resmi deportasi, namun pemerintah Australia akan mempertimbangkan permintaan resmi deportasi tersebut.

Pada tanggal 14 April 2021, Brenton sempat mengajukan banding atas kondisi penjara yang ditempatinya karena dia ditempatkan di penjara khusus yang dikenal sebagai Unit Tahanan Resiko Ekstrim, bersama dengan dua tahanan lainnya. Namun sepuluh hari kemudian yaitu pada tanggal 24 April 2021, Brenton membatalkan pengajuan naik bandingnya.
Sekian, dan terimakasih.

*
*
*
*
*

sumber 1, sumber 2, sumber 3
darkwilliam00ggAvatar border
badbironkAvatar border
screamo37Avatar border
screamo37 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
5.2K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.