Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dhilfaAvatar border
TS
dhilfa
IBUKU PILIH KASIH
IBUKU PILIH KASIH

"IBUKU PILIH KASIH"


"Nesa... Tolong ambilin adek kamu minum! Dia keselek nih." teriak Ibuku.
"iya, Bu" ucapku langsung segera mengambil minum.

Aku Nesa. Seorang anak sulung dan mempunyai seorang adik perempuan yang sangat manja. Umur kami berjarak hanya dua tahun. Ibuku sudah menyandang gelar single parent sekitar 5 tahun yang lalu. Mulai dari setelah Ayah meninggal,Ibu seolah menjadikan babu bagi Ibu dan Adikku. Apa yang disuruhnya harus segera dilasanakan. Kalau tidak aku harus menerima cacian yang seolah menjadi makanan sehari-hari.

Ibu juga bilang aku harus banyak mengalah untuk adikku. Ingin rasanya aku mendebatnya. Rapi mulut seolah terkunci dan tidak bisa berkata-kata. Aku bahkan berpikir apakah aku bukan anak kandungnya.

Aku berlari tergopoh-gopoh dari dapur dan segera menyerahkannya kepada Mely, Adikku.

"lama amat sih! Nggak tau apa tenggorokan Mely sakit banget"kata Ibu. Mely hanya menatapku diam.

"bisa kerja nggak sih! "hardik Ibu.

"maaf, Bu"lirihku. Air mataku mulai menggenang. Tak bisakah Ibu berlaku lembut sebagaimana ia memperlakukan Mely.

"maaf, maaf udah pergi sana! Cuciin piring! Jangan cuma bengong mulu kerjaan." hardik ibu. Aku mengangguk pelan.

Aku bergegas kedapur. Disana airmataku tak dapat dibendung lagi. Dunia begitu tak adil. Tuhan tak pernah memberikanku kebahagiaan.


"Ayah, jemput Nesa, Nesa udah nggak sanggup lagi"

_ _ _
Keesokan harinya setelah pekerjaan rumah selesai aku kerjakan,aku beranjak hendak kekamar. Diruang tengah aku melihat Ibu dan Mely sedang bercanda berbagi kebahagiaan.

Aku bergegas menghampiri mereka. Ternyata ibu membelikan Mely baju baru.

"Bu, baju buat Nesa mana?"tanyaku. Yang langsung dihadiahinya tatapan tajam dan mematikan.
"nggak ada buat kamu kerja dulu sana baru nanti Ibu kadih kamu baju bekas Mely. "ucap Ibu kesal sambil menatapku tajam. Aku tersenyum getir. Sesuai dugaanku, Ibu pasti akan marah padaku.

"ini buat Kakak aja."ucap Mely sambil menyodorkan baju itu. Aku tahu perlakuan manis itu hanya ia tampilkan didepan Ibu. Ia hanya mencari muka didepan Ibu.

"nggak usah, buat kamu aja" ucapku dingin.
"lihat! Adekmu begitu baik sedangkan kamu tidak tahu diri" aku menelan salivaku susah payah. Ini yang paling aku benci. Dibandingkan.

"yang tidak tahu diri apanya,sih Buk? Semua yang ibu suruh selalu aku kerjakan."teriakku. Amarah yang selalu aka tahan sudah tak terbendung lagi, Ini sangat keterlaluan.

"lancang kamu! Sudah berani sekarang malawan Ibu? Anak durhaka kamu! Dasar tak tahu diuntung!"teriak Ibu murka.

"iya! Aku anak durhaka, Bu! Semenjak Ayah meninggal, Ibu selalu menjadikan babu kalian berdua! Jangan-jangan aku anak pungut lagi. "

'plakk'

"keterlaluan kamu, Nesa! Mulai sekarang kamu bukan anak Ibu lagi!" aku merasakan panas menjalar dipipiku. Sakit dipipiku dan dihatiku seolah sedang mengolok-olok anak malang ini.
"baiklah, Bu jika memang ini yang Ibu inginkan, aku akan pergi dan tak akan menampakkan wajahku lagi dihadapan kalian"cetusku dan segera beranjak kekamar. Sedari tadi Mely hanya diam menonton perdebatan kami. Memang mungkin ini yang dia inginkan. Menjadi putri Ibu satu-satunya.

Setelah selesai membereskan bajuku aku segera pergi meninggalkan rumah ini. Rumah dimana aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang . Kini aku harus meninggalkannya dengan penuh cacian. Mengapa aku harus dilahirkan jika hanya untuk menderita?

Mely bersedih melihat kepergianku. Sedangkan ibu tak mau melihatku dan memalingkan wajahnya. Aku pergi dengan hanya berbekalkan uang dua ratus ribu. Aku menaiki bus yang akan pergi kekota.

Sesampainya disana aku mmenatap gedung perkotaan depngan penuh gairah. Disini aku akan memulai hidup baruku. Tanpa Ibu dan juga tanpa Mely.

_ _ _

5 tahun berlalu

Aku kembali kekampung halamanku setelah aku sukses dengan bisnis properti. Aku menjadi wakil direktur diperusahaan itu. Berkat kegigihanku dulu waktu sekolah.

Aku memilih menjenguk ibu. Bagaimanapun dia adalah Ibuku. Sesampainya disana aku menatap rumah yang sepi. Dan juga tak terawat. Aku mulai mengetuk pintu dan mengucap salam.

terdengar sahutan dari dalam. Pintu pun terbuka. Menampilkan sosok wanita tua yang sudah keriput.
"maaf, cari siapa, ya? "tanya Ibu.
"ini aku ,Bu Nesa" ucapku tersenyum kecil.

"masyaallah, ini kamu, nak? " aku mengangguk kecil. Ibu segera memelukku.
"yaampu, nak maafin Ibu "
"udah, Bu Nesa juga minta maaf sama ibu"
"Mely mana, Bu"tanyaku. Raut wajah ibu terlihat sedih.
"Mely udah meninggal"

"astagfirullah, innalillahi"
"nak, sebenarnya ibu nggak pilih kasih sama kamu. Meli itu punya kanker, makanya ibu perhatiin dia dengan baik. Ibu ngerahasiain ini semua dari kamu. Dan juga ibu yakin kamu bisa mengurus diri kamu tanpa ibu suruh . Karena ibu yakin kamu mampu. Cuma waktu itu Ibu capek banget dan nggak sengaja malah ngusir kamu dari rumah. Satu tahun dari itu Mely meninggal. Dan berwasiat jika ibu ketemu sama kamu lagi, dia mau minta maaf, maafin Ibu, nak"

Aku terkejut mendengar penuturan Ibu. Aku sudah salah sangka kepada Ibu dan Mely. Aku segera memeluk Ibu erat dan terus meminta maaf kepadanya.

Seluruh ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Kini aku hanya tinggal bersama Ibuku. Dan sebisa mungkin aku akan membahagiakannya.
6281584324034Avatar border
6281584324034 memberi reputasi
-1
254
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.