Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

niCeSoNAvatar border
TS
niCeSoN
Candi Gampingan Jogjakarta
Candi Gampingan
Tak seluruh candi mempunyai relief yang cantik dan khas karena biasanya cuma dihias oleh arca dan relief umum yang ada hampir di seluruh candi. Salah satu yang mempunyai relief yang cantik dan khas tak lain dan tak bukan Candi Gampingan. Suatu candi yang ditemui secara tak sengaja oleh para pengrajin batu bata yang berada di Dusun Gampingan, Piyungan, Bantul pada tahun 1995. Meski memiliki ukuran kecil dan sudah tak sempurna lagi, Situs Gampingan masih kaya dengan relief yang cantik dan mempesona.

Candi yang Mempunyai Relief Cantik
Salah satu relief cantik yang dapat dijumpai di candi ini yaitu relief hewan yang berada di kaki candi. Relief hewan di Gampingan cukup natural sampai dapat diketahui jenis hewan yang diwakilkan. Cukup jarang candi yang mempunyai relief serupa, seenggaknya hanya Candi Prambanan dan Mendut yang populer mempunyai relief yang serupa. Semua relief itu kemudian dihias dengan latar sulur-suluran, yakni padmamula atau akar tanaman teratai yang dipercaya sebagai sumber dari kehidupan.

Saat kami berkeliling, nampak jenis hewan yang paling banyak dominasinya yaitu burung. Ada relief burung gagak yang nampak mempunyai paruh besar, tubuh kokoh, sayap mengembang ke atas dan ekor yang bentuknya seperti kipas. Ada pula relief burung pelatuk yang dijelaskan mempunyai jambul di atas kepala, paruh yang cukup panjang dan runcing dan sayap yang tak mengembang. Di sisi lain, ada juga hewan ayam jantan yang mempunyai dada membusung dan sayap menjorok ke bawah.

Proses buat relief burung dengan jumlah yang banyak di situs ini berhubungan dengan keyakinan masyarakat pada saat itu terhadap kekuatan transendental atas burung. Konon dipercaya, burung ialah sebuah perwujudan para dewa sekaligus pembawa pesan dari alam para dewa atau nirwana. Burung juga berhubungan dengan kebebasan absolut manusia yang diraih sesudah berhasil meninggalkan kehidupan duniawi, lambang dari jiwa manusia yang lepas dari fisiknya.
Relief hewan lain di Candi Gampingan yang juga banyak terlihat yaitu katak. Masyarakat pada saat itu meyakini bahwa katak mempunyai kekuatan gaib yang bisa menghadirkan hujan, sehingga katak juga dipercaya bisa meningkatkan produktivitas, sebab air hujan yang dihadirkan katak dapat meningkatkan hasil panen. Katak yang sering hadir dari air juga dilambangkan sebagai pembaharuan kehidupan dan kebangkitan untuk ke arah yang lebih baik.



Meninggalkan Sebuah Pertanyaan
Sampai kini, relief itu masih menyisakan sebuah pertanyaan, apakah suatu fabel atau cerita hewan yang didongengkan pada anak-anak seperti di Candi Mendut atau gambaran hewan yang sengaja dibikin untuk menampilkan arti tertentu. Pertanyaan ini hadir karena gambaran hewan seperti di Situs Gampingan tak dijumpai dalam kitab yang berisi fabel.

Situs Gampingan yang diprediksi didirikan antara tahun 730 sampai dengan 850 M dipercaya adalah tempat pemujaan dari Dewa Jambhala atau Dewa Rejeki dan anak Dewa Siwa. Hal ini berdasarkan oleh ditemukannya Arca Jambhala pada saat proses menggali. Jambhala dijelaskan sedang dalam keadaan bersemedi, tubuhnya duduk bersila sedangkan matanya terpejam. Bagian tubuhnya ini dihias oleh unsur ikonografis atau asana berbentuk bunga teratai yang mempunyai daun berjumlah 8 helai sebagai lambang cakra di dalam tubuh manusia.

Figur Jambhala di candi ini beda dengan yang terdapat di candi yang lain. Biasanya, Jambhala di candi lain dijelaskan dengan mata lebar yang menatap ke arah pemujanya disertai dengan beragam hiasan yang mewakilkan kemakmuran dan kemewahan. Dipercaya, penjelasan berbeda ini didasarkan oleh motivasi pemujaan, bukan untuk memohon kemakmuran akan tetapi bimbingan supaya bisa meraih kebahagiaan sejati.
Mengunjungi Situs Gampingan akan membawa anda merenungkan kembali tentang sebuah jalan yang sudah anda tempuh untuk menuju kebahagiaan serta kesejahteraan. Relief yang didominasi bentuk hewan di Candi Gampingan yang hidup di dunia ini dapat menjadi wujud kearifan masyarakat sekitar pada masa tersebut dalam mewakilkan suatu pesan dari nirwana: untuk hidup dengan sejahtera dan terhindar dari suatu bencana, manusia wajib menjaga keselarasan dengan alam.



Sejarah Situs Gampingan
Situs Gampingan berada di Dusun Gampingan, Desa Sitimulyo, Kec.Piyungan, Kab.Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs Gampingan ini berlokasi pada kedalaman 120 cm di bawah tanah. Letak candi yang seperti ini dianggap dulunya tertimbun dengan vulkanik.

Situs Gampingan terlihat pertama kali pada Juni 1995 oleh seorang yang bernama Sarjono pada saat sedang menggali tanah untuk membuat batu bata di tanah milik Mulyo Prawiro. Penemuan tersebut kemudian diteruskan ke Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Adanya penemuan candi lalu ditindaklanjuti SPSP DIY dengan melaksanakan ekskavasi penyelamatan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada 3 sampai dengan 10 Agustus 1995. Tahap kedua dilakukan pada 31 Oktober sampai dengan 10 November 1996. Tahap ketiga ini dilaksanakan pada 20 sampai dengan 29 Oktober 1997.

Dari rangkaian kegiatan ekskavasi penyelamatan yang dilaksanakan oleh SPSP DIY dipahami bahwa di Situs Gampingan ada beberapa struktur candi yang tersusun dari batu putih. Di Situs Gampingan ada tujuh buah candi yang tersusun dari batu putih. keadaan ketujuh candi ini sudah tak lagi sempurna.

Salah satu candi di antaranya diduga sebagai Candi Induk, memiliki ukuran 4,64 meter x 4,65 meter. Bangunan tersebut kini hanya tersisa berupa 8 lapis susunan batu yang tingginya mencapai 1,2 meter. Di dalamnya dijumpai 3 buah arca yakni arca Dhyani Buddha Vairocana dibikin dari perunggu, arca Jambhala dan arca Candra Lokesvara dibikin dari batu andesit. Selain ketiga arca ini juga ditemukan sat buah fragmen arca dari keramik, 8 buah miniatur benda emas, satu buah cincin emas, dan fragmen-fragmen dari gerabah.

Penutup

Candi Gampingan berada di Dusun Gampingan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Ditemukan oleh Bp. Sarjono pada Juni tahun 1995 ketika beliau sedang melakukan penggalian tanah untuk membuat batu bata di tanah milik Ibu Mulyo Prawiro. Di Situs Gampingan ini dijumpai struktur bangunan berwujud candi dari bahan batu warna putih. Didasarkan gaya bangunan dan arca yang ada di candi, Situs Gampingan menampilkan ciri abad 19. Candi ini berada pada ketinggian 56 MDPL dengan kedalaman mencapai 120 cm di bawah tanah. Di komplek Situs Gampingan ada 7 buah bangunan dari material batu putih yang keadaannya tinggal reruntuhannya saja.

Salah satunya yang memiliki ukuran 4,64 x 4,65 m dan diprediksi sebagai bangunan induk. Di dalamnya juga ditemui 3 buah Arca Dhyani Buddha Vairocana dari perunggu, Arca Jambhala dan Arca Candralakeswara dari material batuan andesit, 1 buah fragmen arca dari keramik, 8 buah miniatur dari benda emas, 1 buah cincin dari emas dan juga fragmen-fragmen dari gerabah. 

Fragmen arca yang dijumpai di dalam sumuran candi induk tersusun dari keramik dengan glasir berwarna hijau dengan ukuran tinggi 6,5 cm, kelebaran 6,3 cm dan ketebalan 3,8 cm. Bagian arca yang ditemui yaitu kaki kanan, tangan lengan bagian kanan, dan menggunakan gelang. Dianggap adalah arca Buddha Aksobhya sebagai Dhyani Buddha yang kedua. 
Aksobhya dijelaskan bersikap tangan Bumisparsamudra untuk tangan bagian kanan dan Dhyana Mudra untuk tangan bagian kiri. Dari arca-arca yang ditemui diprediksi Candi Gampingan merupakan Candi yang bercorak agama Budha di mana menempatkan Dewa Jambhala sebagai dewa utama untuk dipuja.

sumber arkadewi.id


0
433
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Yogyakarta
YogyakartaKASKUS Official
3.5KThread1.9KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.