• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • MATA CACING ATAU HELICOPTER VIEW, MANA TIPE ANDA DALAM MELIHAT MASALAH?

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
MATA CACING ATAU HELICOPTER VIEW, MANA TIPE ANDA DALAM MELIHAT MASALAH?
MATA CACING ATAU HELICOPTER VIEW, MANA TIPE ANDA DALAM MELIHAT MASALAH?

Pernah dengar istilah ‘helicopter view”? Belum? Gak masalah! Istilah ini biasanya hanya umum di kalangan bisnis dan korporasi.

‘Helicopter view’ adalah cara pandang seorang pengusaha atau pemimpin perusahaan dalam melihat perusahaan dan industrinya. Para leader ini harus mampu melihat secara luas apa yang sedang terjadi dan akan terjadi di perusahaan dan industrinya. Layaknya pilot helicopter yang bisa melihat dari atas secara menyeluruh apapun yang sedang terjadi di bawah.

Kalau ‘mata cacing’? Pernah dengar? Saya yakin banyak yang belum dengar. Gak masalah! Karena ini memang istilah yang saya ciptakan sendiri. Heuheuheu. Gak usah nge-gas ya! Saya akan coba jelaskan pelan-pelan.

Begini, istilah ini saya dapatkan dari statement Professor Muhammad Yunus. Peraih Nobel bidang ekonomi, sekaligus seorang sociopreneur dari Bangladesh.

“Terkadang, kita harus jadi cacing daripada rajawali. Karena menjadi seekor cacing berarti kau akan sangat dekat dengan tanah. Kau akan melihat apa yang sedang terjadi di depan matamu sendiri”.

Kurang lebih demikian statement beliau.

Dengan ‘mata cacing’, kita akan mencium ketidakberesan dari jarak sangat dekat. Kita akan merasakan ketidaknyamanan secara langsung. Kita sangat dekat dengan sumber masalah. Atau mungkin, kitalah pusat masalahnya.

Bagi saya, pemimpin apapun, pemimpin perusahaan, pemimpin negara, pemimpin apapun itu, termasuk pemimpin diri sendiri, wajib punya ‘helicopter view’ dan ‘mata cacing’. Dari ‘helicopter view’ kita bisa melihat potensi-potensi dan tantangan-tantangan dari dalam dan luar yang bisa dikelola. Dari ‘mata cacing’ kita bisa melihat apa yang bisa dibenahi dari diri kita. Melihat kegelisahan karyawan anda. Kecemasan orang-orang sekitar. Termasuk kebutuhan dan keinginan mereka. Tak banyak orang yang selalu mengambil pilihan ini. Sebab selain tak efisien soal waktu, tenaga atau biaya, orang juga cenderung lebih suka generalisasi dengan sampel daripada harus spesifik dan mendetail. Singkatnya, kalau bisa, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Atau sambil menyelam tangkap ikan. Begitulah kira-kira dua peribahasa yang mengungkap hal ini.

Sebagai seorang enterprenuer atau pegiat sosial, hal diatas tak relevan untuk anda. Sebab mampu melihat jauh, tanpa bisa melihat dekat bagai mampu melihat bulan, tapi tak mampu melihat kaki sendiri. Menyedihkan! Mampu melihat molekul, tapi tak mampu melihat upil sendiri. Parah!

***
dann.fire17Avatar border
mancitybestAvatar border
tumiskecapAvatar border
tumiskecap dan 11 lainnya memberi reputasi
12
5.2K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.