Kasus penyalahgunaan narkoba pasti pernah terjadi di semua negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Bahkan, beberapa nama bandar narkoba kelas kakap pun cukup dikenal hingga sebagian belahan dunia, seperti Pablo Escobar, Amado Carrillo Fuentes, dan Dawood Ibrahim.

Ya, mereka adalah tiga bandar narkoba terbesar sepanjang sejarah dunia.

Dan di Indonesia sendiri, pernah tercatat sebuah kasus penyalahgunaan narkoba yang bisa dibilang terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.

Memang gak segede kasus Pablo Escobar sih, tapi kalau disebut sebagai Pablo Escobarnya Indonesia emang cocok deh.

Freddy Budiman, Bandar Narkoba Terbesar di Indonesia



Nama Freddy Budiman pertama kali mencuat pada tahun 2009, dimana kala itu dirinya tersandung kasus kepemilikan sabu sebanyak 500 gram.

Atas kasusnya tersebut, Freddy dijerat hukuman 3 tahun 4 bulan penjara.

Apakah dirinya jera? Ohh tidak semudah itu Ferguso~~

Di tahun 2011, dirinya kembali berurusan dengan barang haram satu ini, bahkan pada kasus kedua ini rasanya bukan memberi efek kapok justru menambah skill laki-laki kelahiran 18 Juli 1977 ini.

Ya, pada kasus ini dirinya ditangkap atas kepemilikikan 300 gram heroin, 27 gram sabu, dan ratusan gram bahan untuk pembuatan ekstasi.

Lagi-lagi, dirinya harus merasakan dekaman penjara dengan hukuman yang juga upgrade seperti skillnya.

Freddy ditahan di Lapas Cipinang dengan hukuman penjara selama 18 tahun.

Penjara Jadi Kantor Baru Freddy Budiman



Disclaimer sedikit, di sini ts bukan judge penjara sebagai tempat yang mendukung tindakan penyalahgunaan narkoba ya, GanSis.

Tapi, berdasarkan kasus Freddy, penjara tempat ia mendekam justru menjadi "kantor" baru bagi dirinya untuk menjalankan bisnis yang lebih BESAR lagi.

Dalam Lapas Cipinang, Freddy justru berhasil mengembangkan sayap bisnisnya secara masiv dan brutal.

Dirinya diketahui berhasil mengimpor ekstasi sebanyak 1,4 juta butir dari Tiongkok pada tahun 2014.

Kepalang tanggung dan gak mau mati kutu sendirian, Freddy akhirnya "nyanyi" dengan begitu lantang dan berhasil bikin ketar ketir banyak pihak yang membantunya.

Ia memberikan pengakuan bahwa dalam pengimporan 1,4 juta butir ekstasi ini, dirinya dibantu oleh polisi, BNN, hingga Bea Cukai untuk bisa masuk ke Indonesia.

Tentu bukan pebisnis rasanya jika tidak melihat peluang yang menguntungkan.

Freddy meminta bantuan kepada pihak-pihak ini lantaran "jatah preman" yang harus diberikan lebih menguntungkan dibandingkan dirinya harus mengimpor secara sembunyi-sembunyi lewat jalur yang lebih menguras biaya.

Dieksekusi Mati dengan Mata Terbuka



Setelah melewati proses hukum yang berlaku, Freddy akhirnya dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada 29 Juli 2016.

Pada proses eksekusi, Freddy diberikan dua permintaan terakhir sebelum akhirnya peluru timah akan mengakhiri hidupnya.

Permintaan pertama, Freddy meminta diizinkan untuk mengucapkan kalimat tahlil sebelum dirinya ditembak mati.

Dan permintaan kedua, dirinya memita agar matanya tidak ditutup saat ditembak mati. Hal ini diminta lantara dirinya ingin melihat dosa-dosa yang dirinya lakukan untuk Indonesia.

Awalnya permintaan tersebut ditolak, setelah memohon-mohon akhirnya permintaan kedua ini dikabulkan.

Dan Freddy dimakamkan di tanah kelahirannya di Surabaya.


Sebenarnya masih ada beberapa nama bandar narkoba lain yang juga punya kasus besar di Indonesia, seperti Amir Aco, Meirika Franola, Rico Partikasih.

Tapi, Freddy tercatat sebagai bandar narkoba dengan kepemilikan "barang" terbanyak dan bisnis terbesar di Indonesia.

Sumur