Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Movies
  • Hal-Hal Yang Menggangu Dari Film Thor: Love and Thunder

sukiverAvatar border
TS
sukiver
Hal-Hal Yang Menggangu Dari Film Thor: Love and Thunder
Saat kita menengok ke belakang, film solo Thor bukanlah film yang yang punya track record baik di semesta MCU. Hanya Thor: Ragnarok (2017) yang terbilang bagus dan minim kritik. Itupun menurut beberapa orang karena Thor: Ragnarok terkatrol oleh dua film Avenger yang mengapitnya (Infinity War dan End Game).


Pict via The Direct

Menurut CBR, terdapat dua film solo Thor yang masuk daftar film terjelek MCU. Thor: The Dark World (2013) di posisi kedua terendah dan Thor (2011) di posisi keenam.

Dan sepertinya film solo keempat Thor kali ini pun akan bergabung ke daftar versi terbaru nanti. Kenapa bisa seperti itu? Berikut pembahasannya.


1. Gorr gagal tampil sebgai The God Butcher


Pict via Game Informer

Tak bisa dipungkiri Gorr yang diperankan Christian Bale tampil bagaikan oasis di padang pasir. Acting memukau yang ditunjukkannya dapat dengan mudah menarik perhatian penonton. Sayangnya karakternya terasa dangkal karena screen time yang terlalu sedikit. Dan hal tersebut membuat apa yang dilakukannya seperti kekurangan alur kronologis.

Tiba-tiba planet asalnya ditampilkan sudah kering dan tandus. Tiba-tiba keberadaannya dianggap mengancam para dewa. Padahal adegan pembantaian para dewa ditampilkan sangat minimal. Hasilnya, Gorr seperti villain biasa yang tak punya motif yang kuat.


2. Lebih pas disebut film parodi


Pict via Decider

Terlalu sedikit action scene yang ditampilkan, membuat penonton bertanya-tanya. "Apa benar ini film action? Kok unsur dramanya lebih dominan dari action?"

Komedi yang berhamburan pun cukup merusak image karakter yang ada. Terutama kalangan para dewa yang seperti tidak punya wibawa sama sekali. Hasilnya, sangat mudah untuk terganggu dengan karakter para dewa tersebut. Penonton bahkan tidak perlu bersimpati pada masa lalu Gorr, hanya untuk membenci dewa-dewa di film ini.


3. Perlu ada label LGBTQ+ pada film


Pict via We Got This Covered

Jangankan Indonesia atau negara timur lainnya. Di negara barat seperti Amerika pun, akan banyak orang yang merasa terbantu jika ada label LGBTQ di suatu film. Terutama kalangan orang tua yang banyak mengajak anak mereka pergi ke bioskop di waktu liburan seperti sekarang ini.

Bayangkan betapa canggungnya suasana ketika sang anak menanyakan sesuatu terkait adegan yang mengandung unsur LGBTQ pada saat menonton film.

Memang pelaku perfilman berhak membuat film bebas sesuai keinginan mereka. Tapi penonton juga punya hak yang sama dalam menentukan film apa yang mau ditonton.


4. Semua terasa aneh hampir di segala aspek


Pict via Cinema Blend

Komedi yang memaksa, alur film yang di beberapa bagian terasa seperti melompat-lompat, karakter Gorr yang dangkal, bahkan sampai para dewa yang cringe worthy. Entah karena naskahnya yang memang jelek atau acting para aktornya yang jauh dibawah standar. Atau bahkan bisa jadi kedua-duanya.

Thor: Love and Thunder mungkin satu dari sedikit film yang membuat orang berharap, bioskop menyediakan jasa refund atas film yang memberikan pengalaman yang jauh dari memuaskan.

Tapi bagi gansis yang bukan fans fanatik Marvel atau hanya penonton kasual, film ini masih bisa dinikmati. Asal penontonnya sudah dewasa dan bisa menjaga ekspektasi di level minimal sebelum menonton.

=====

Quote:
viensiAvatar border
viensi memberi reputasi
2
3.8K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Movies
Movies
19.9KThread18KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.