Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

DiNa853Avatar border
TS
DiNa853
Penghuni Rumah Kosong
Konten Sensitif
Penghuni Rumah Kosong


Aroma kopi menyeruak dari sebuah teras rumah sederhana berdinding kayu. Beberapa pemuda tampak duduk beralaskan tikar dengan sebuah cangkir kopi di hadapan masing-masing. Sepiring singkong rebus menjadi pelengkap obrolan mereka yang cukup serius.


Beberapa minggu terakhir, penampakan mahluk halus meresahkan beberapa warga di kampung mereka. Sebuah rumah yang sudah sekian tahun tak berpenghuni dikabarkan menjadi sarang kuntilanak.


Joni—salah seorang pemuda kampung—merasa terpanggil untuk membuktikan perkataan warga. Pagi itu, ia mengajak rekan-rekannya untuk membahas desas-desus yang belum jelas kebenarannya.


“Kita harus ke sana!” seru Joni berapi-api.


“Ta-tapi kalau beneran ada hantu gimana, Jon?” tanya salah seorang sahabat.


Joni menyeruput kopi yang telah ia tuang ke dalam cawan. “Maka dari itu kita harus buktikan, biar ada tindakan lebih lanjut nantinya.”


Namun, dari enam pemuda yang berada di sana hanya Ipul yang sepemikiran dengan Joni. Akhirnya, mereka berdua yang akan melakukan penyelidikan di rumah yang kabarnya berhantu itu, nanti malam.


**


Selepas Isya, kedua sahabat itu berjalan ke rumah kosong yang berada di dekat area persawahan. Dengan membawa peralatan seadanya, mereka memberanikan diri memasuki rumah yang sama sekali tidak ada penerangan.


Joni dan Ipul berjalan beriringan dengan membawa senter di tangan masing-masing. Koak burung gagak dan sekilas aroma bunga melati membuat bulu kuduk mereka berdiri.


“Jon, kita pulang saja, yuk!” ajak Ipul yang tiba-tiba diserang rasa takut.


“Ah, kau ini, Pul. Kita masuk sebentar saja, nanggung,” balas Joni berusaha meyakinkan sahabatnya.


Ipul menelan saliva kuat-kuat dan berusaha menenangkan diri dengan merapalkan doa-doa sebisanya. Ia pun melanjutkan langkah dengan terus berpegangan pada lengan Joni.


Dengan bantuan cahaya bulan yang bulat sempurna, rumah itu terlihat cukup besar dengan halaman yang lapang. Jika ada yang mau menempatinya mungkin rumah ini lebih terurus dan jauh dari kesan menyeramkan.


Joni mendorong pintu utama dengan menggunakan bahu. Tidak terkunci. Dengan langkah waspada, Joni dan Ipul pun masuk. Namun tiba-tiba, pintu itu tertutup dengan sendirinya hingga membuat mereka terlonjak.


“Aduh, gimana ini, Jon?” Ipul semakin mengeratkan pegangan tangannya.


“Tenang, Pul! Hanya angin, misi kita harus berhasil, buktikan kalau kampung kita aman,” ucap Joni sembari menepuk punggung sahabatnya. Tak ketinggalan, ia pun mengambil telepon pintar dari dalam saku untuk merekam suasana di dalam rumah itu.


Joni mengarahkan senternya ke segala penjuru rumah. Tidak ada barang berharga di sana, hanya ruangan kosong yang cukup luas dengan tiga buah kamar di kanan-kirinya. Mereka berjalan memeriksa kamar pertama yang ukurannya lebih luas dari yang lain. Kosong, tidak ada hal apa pun yang menyeramkan selain gelap.


Hingga, mereka berjalan ke kamar kedua yang berhadapan dengan kamar utama. Betapa terkejutnya mereka, saat cahaya senter tepat mengenai sesosok tubuh yang tengah berbaring di lantai kamar itu. Sosok itu terbangun terkena cahaya senter, kemudian tersenyum ke arah Joni dan Ipul memperlihatkan giginya yang menghitam seraya membelai rambutnya yang gimbal.


Joni dan Ipul berteriak sambil berlari kalang-kabut meninggalkan rumah itu. Namun, saat membuka pintu mereka kembali dikagetkan dengan serombongan warga yang membawa beberapa lampu penerangan. Mereka datang bersama sahabat-sahabat Joni lainnya.


“Woi, ini kami, Jon, Pul,” ucap salah seorang sahabat Joni.


Joni berusaha mengatur napas yang masih terengah-engah. “Ka-lian ... kirain nggak mau ikut."


“Iya, kami khawatir sama kalian, makanya bawa banyak warga. Ada apa di dalam? Kenapa kalian berteriak seperti itu?” Salah seorang dari mereka memberondong pertanyaan pada Joni dan Ipul.


“Ha-hantu ...,” jawab Ipul terbata.


“Ah, yang benar. Ayo kita masuk saja rame-rame!” ajak salah seorang warga.


Mereka pun berbondong-bondong masuk. Rumah yang tadinya sunyi dan gelap, kini ramai oleh para warga dan beberapa sahabat Joni. Mereka memeriksa setiap ruangan dan menemukan sosok yang dimaksud Joni dan Ipul.


Rupanya sosok yang ditakutkan warga beberapa minggu terakhir ini adalah wanita gila yang sering berjalan di sepanjang jalan desa. Ia menggunakan rumah kosong itu untuk beristirahat.


Pakain yang kusut, rambut panjang nan menggimbal serta gigi yang menghitam terlihat menyeramkan di malam hari. Beberapa warga yang melihatnya pun mengira ia adalah sosok kuntilanak penghuni tempat itu. Meskipun pada kenyataannya, manusia memang hidup berdampingan dengan mahluk gaib yang tinggal di dimensi lain.


End.


Gambar: Pinterest

69banditosAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 69banditos memberi reputasi
2
486
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.