COC Cinta Lama Bersemi Kembali, Dipertemukan dengannya saat Telah Menduda



Cinta tidak pernah ada yang tahu kapan dia datang. Berawal dari persahabatan yang begitu akrab. Aku mengenalnya saat duduk di bangku sekolah. Dan inilah cerita yang kupersembahkan dari kisah nyata yang kualami sendiri...

Mengenal dia yang kuanggap sebagai teman, tidak lebih. Kita duduk sebangku saat kelas satu. Obrolan dan canda tawa selalu ada setiap kita berbicara tentang hal apapun yang mengandung humor.




Hari demi hari kita lalui di kelas satu hingga akhirnya kenaikan kelas terjadi dan memisahkan kita. Semenjak aku dan dia tidak lagi sekelas, kita menjadi asing, tak akrab seperti dulu lagi.

Hingga kelas tiga dan perpisahan sekolah, aku dan dia tidak seakrab dulu. Waktu kebersamaan kita terpotong begitu saja. Setelah lulus sekolah, kita menjadi orang yang benar - benar asing.

Keterbatasan alat komunikasi pada zaman itu tak membuatku bisa menghubunginya. Hanya telepon koin yang bisa dipakai untuk menghubungi seseorang lewat telepon.

Aku tidak tahu berapa nomor telepon rumahnya. Aku tidak bisa terhubung dengannya lagi.

Hingga akhirnya perubahan zaman membuat kita terhubung kembali. Tiga tahun kemudian, lewat facebook, dia menemukan namaku di sosial media dan kita dapat terhubung serta berkomunikasi lagi.

"Reza Yoga mengirimi Anda permintaan pertemanan."

Kita bertukar nomor dan pin BBM pada zaman itu. Tak disangka, kita menjadi semakin akrab dan lebih dekat daripada dahulu kala.

Tiada hari tanpa notif darinya, obrolan ringan dan candaan selalu terlontar dari ketikannya di BBM. Aku menimpalinya dengan biasa saja, karena aku menganggapnya teman.

Di suatu malam, dia bertanya padaku dimana aku hari itu.

"Aku ada titipan undangan pernikahan dari teman sekolah kita dulu. Kamu diundang nih! Undangannya aku antar kemana nih?" tanyanya padaku.

"Aku di asrama mahasiswa, kalau kamu mau antar nggak apa - apa, aku tunggu di luar asrama, besok malam," kataku.

"Oke, besok malam ya!" katanya.

Keesokan harinya, di malam hari

"Nindy... kamu dimana? Aku di depan Indomaret dekat asrama, kamu ke sini ya!" pinta Reza Yoga.

"Iya, tunggu ya. Aku jalan kaki nih dari asrama, agak lama kayaknya, soalnya jalannya agak jauh," kataku.

"Iya, aku tungguin," balas Reza.

Aku berjalan menyusuri gedung asrama menuju Indomaret yang berjarak 300 meter. Saat sampai di Indomaret, tidak nampak batang hidung Reza Yoga.

"Aku udah di depan Indomaret, kok kamu nggak ada?" tanyaku padanya.

"Aku di sebelahnya, yang di depan warung tutup," Reza memberitahukan posisinya.

"Oke, aku ke sana!" jawabku.

Aku berjalan ke sebelah Indomaret, padahal tadi aku lewat sana. Cuma aku tidak tahu jika Reza Yoga menunggu di situ.

"Oalah, kamu ya yang tadi lewat di depanku," Reza tak sadar karena aku sudah banyak berubah daripada saat terakhir kita bertemu.

Setelah memberikan undangan, aku pamit kembali ke asrama. Dia menawarkan tumpangan.

"Ayo, aku antar aja!" kata Reza.

Aku menyetujui tawarannya dan naik ke motor yang dia kendarai. Kita boncengan berdua, melewati pos satpam. Dia merogoh sakunya untuk mengeluarkan STNK.

Di perjalanan, lampu gedung - gedung perkuliahan dimatikan. Perjalanannya cukup jauh, 8 menit naik motor.

"Kamu tadi lewat jalan sejauh ini? Kenapa nggak bilang aja dari awal, tahu gitu kan aku aja yang masuk ke sini," kata Reza.

"Tadi aku lewat jalan pintas kok, nggak apa - apa aku jalan kaki," kataku.

Sampai di depan gedung asrama, dia menurunkan aku. Kita bersalaman dan dia meninggalkan aku dengan senyuman terbaiknya.

Keesokan harinya, dia menjemputku di asrama untuk menghadiri pernikahan teman kami. Dia memulangkan aku ke rumah orang tuaku malam itu karena pintu asrama mahasiswa sudah ditutup.

Semenjak hari itu, kita menjadi semakin akrab. Dia susah aku temenin... dia bahagia, aku ada. Kita menjadi sahabat dekat yang ada hal apapun kita selalu cerita.

Hingga pada akhirnya, dia mengajakku berkencan tapi aku tidak pernah menemuinya. Aku merasa jika ada yang berbeda dari perlakuannya terhadapku. Beberapa kali begitu dan dia kemudian mengungkapkan isi hatinya.

Aku menanggapinya dengan biasa saja karena bagiku dia adalah teman, sahabat yang tak sedikit pun aku menyimpan perasaan spesial terhadapnya.

Setelah penolakan itu, hubungan kita renggang. Aku sibuk dengan duniaku begitupun dengannya. Empat tahun berlalu tanpa kabar karena kita semua ganti nomor dan aku juga menonaktifkan seluruh sosial mediaku.

Dan di tahun kelima, kita terhubung lagi di Instagram. Dia bercerita bahwasanya dia sudah menikah namun rumah tangganya sudah bubar karena suatu permasalahan yang tidak dia jelaskan.

Kita dipertemukan dalam keadaan dimana aku masih single dan dia pun mengaku telah berstatus duda.

Entah kenapa, kali ini ada perasaan yang berbeda ketika dia mulai berani menyatakan cintanya lagi.

Dulu dia memintaku untuk menjadi kekasihnya dan aku selalu menolaknya. Kini dia memintaku untuk menjadi istrinya dan hatiku pun luluh. Cinta lama itu bersemi kembali di hatinya dan bagiku ini adalah perasaan cinta yang baru terhadapnya.

Kita jadian beberapa bulan, aku serasa menemukan rumah ketika menjalani hari bersamanya. Aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya aku bisa membuka hatiku untuk seseorang yang selama ini perasaannya tidak pernah aku hargai.

Walaupun hubungan kita terganjal oleh restu orang tuaku yang tidak setuju jika aku menikahi dia dengan statusnya yang seperti itu. But... this is life,nggak ada hidup yang akan berjalan mulus - mulus saja.



Tak pernah kumimpikan kisah seperti ini hadir
Jika memang kita tertulis sebagai takdir
Maka kamu akan tetap hadir
Meski terhalang restu yang pahit ketir

Cerita lama kita
Yang kusangka tak pernah jadi apa - apa
Justru ternyata disusupi oleh cinta
Lantas mengapa jeda kehanpaan rasa itu ada?

Tidakkah kamu tahu
Bahwa di setiap malamku
Namamu kupertimbangan di atas sajadahku
Meskipun ada rasa ragu yang membelenggu jiwaku

Jika memang aku dan kamu adalah takdir
Maka restu itu pasti akan hadir
Karena kenyataan tak akan mengingkari takdir

Link poetry / puisi