Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis raksasa properti China berlanjut. Setelah China Evergrande, kini perusahaan Kaisa Group Holdings juga terancam tak bisa membayar utang dan bangkrut.

Perusahaan yang tercatat di bursa Hong Kong itu dikatakan tidak mungkin memenuhi target tenggat waktu utang sebesar US$ 400 juta setara Rp 200,78 miliar. Kaisa juga menangguhkan perdagangan saham, Rabu (8/12/2021).

"Atas permintaan Kaisa Group Holdings Ltd, perdagangan saham perusahaan dihentikan pada pukul 9.00 pagi pada hari Rabu, 8 Desember 2021 menunggu rilis oleh perusahaan dari pengumuman yang berisi informasi orang dalam," kata keterbukaan di bursa setempat, dikutip AFP.

Kaisa merupakan real estat terbesar ke 27 di Tirai Bambu. Namun perusahaan dilaporkan sebagai salah satu yang memiliki utang besar dari negara itu.

Kaisa bulan lalu sempat mengumumkan rencana untuk menunda waktu pembayaran ke beberapa pemegang obligasinya, dengan menawarkan kesepakatan pertukaran wesel.

Ini untuk menghindari default dan ditujukkan ke pemegang obligasi yang memiliki lebih dari 50% wesel yang jatuh tempo pada 7 Desember dan wesel Kaisa senilai total US$5 miliar.

Namun Jumat lalu, tawaran tersebut gagal mendapatkan persetujuan 95% dari pemegang obligasi yang diperlukan agar rencana tersebut dapat dilanjutkan.

Sebelumnya hal sama sempat terjadi ke raksasa properti China Evergrande. Ini memicu krisis kepercayaan investor hinge saat ini.

Sebagian menyalahkan pemerintah China sebagai pemicu krisis di sektor properti ketika meluncurkan upaya untuk mengekang utang yang berlebihan di antara perusahaan real estat, seperti Kaisa dan terutama Evergrande tahun lalu.

Perusahaan yang memiliki utang besar untuk berkembang tiba-tiba menerima kenyataan "keran" uangnya dimatikan dan mulai berjuang untuk menyelesaikan proyek, membayar kontraktor serta memenuhi pembayaran.

https://www.cnbcindonesia.com/market...ah-bayar-utang