alizazet
TS
alizazet
Cinta Tanpa Judul di Langit Senja [COC CLBK 2022]


"Mbok, aku boleh nginap sini?"

"Hey tole, hla kamu kapan datang? Mbok kok gak dengar, ujug-ujug kau ada di rumah Mbok"

"Sudah tadi."

"Kowe nesu lagi ta, sama Bapak Ibumu?" (Kamu marah lagi kah dengan Bapak Ibumu?)

"Ndak, cuma pingin ke sini saja."

"Halah gombal, dikira si Mbok tidak tahu gelagat wajahmu yang rungsep itu."

"Ya sudah kalau tahu, syukur kalau gitu."

"Oh bocah gemblung, gara-gara apa kok tambah gemblung to?"

"Mbok, nanti aku akan sedikit lama nginap di sini ya?"

"Karepmu, yang penting Bapak, ibumu ndak marah sama si Mbok."

"Aman, kok." Er menjawab sambil ke arah meja makan dan mulai menikmati masakan Mboknya

"Masakan Mbok ini bikin kangen dan hatiku bersemi sepanjang hari."

"Bisa aja Le, wong cuma kulupban, urap-urap, ikan asin, kok."

Er begitu lahap menikmati makan siang yang memesona lidahnya. Ditambah pedasnya sambel tomat si Mbok membuat dia merasa plong sekalian mengeluarkan air mata. Jadi tidak kentara bila hatinya sedang luka.

Ia bertekad akan menikmati alam perdesaan dimana dulu orang tuanya dilahirkan, pelarian itu penting demi menyehatkan jiwa, asal larinya ke tempat yang benar. Er kenapa?

Malam ini si Mbok senang karena ada yang menemani nonton tivi. Er sekali-kali melihat ke arah tivi ternyata sinetron Cekatan Cinlok,

"Mbok, besok aku mau ke sungai ya, jangan dicari."

"Iya, Mbok gak bakal nyari apa lagi mengumumkan lewat toa surau. Tenang saja."

Er senyam-senyum melihat Mboknya yang ternyata bisa guyon juga kayak anak muda. Sampai malam hampir larut Mbok dan Er ngobrol ngarol-ngidul tentang jaman dulu dan jaman sekarang sambil masih nonton tivi. Sampai Mbok baru tersadar kalau esok harus ke sawah pagi sekali. Obrolan pun dihentikan dan segera mengistirahatkan badan.

😍🌺😍

Terima kasih langit, hari ini begitu cerah, udara sejuk. Selepas subuh Er sudah menghilang dari rumah Mbok, ia ingin mengabadikan semburat merah dari ufuk timur. CiptaanNya begitu indah. Menikmati suasana desa memang tepat baginya untuk lupa akan luka.

Air sungai yang bening dan suara alirannya telah mampu membuat hati Er serasa lapang. Teringat dulu waktu SD ia bermain di sungai itu seharian. Di kota mana ada sungai jernih, butek iya. Rasa hangat mulai terasa pada kulit arinya seiring mentari merambat meninggi.

Para petani mulai memainkan perannya, mengolah sawah, si Mbok juga tampak di antara perempuan-perempuan yang akan menanam padi. Gubug kecil di pinggir sungai itu ternyata cukup nyaman baginya untuk tetap duduk manis dan terus mengabadikan suasana di sekitarnya.

"Kalau begini aku gak berasa patah hati deh, adem." Er merebahkan tubuhnya di dangau itu berbantal kedua tangannya.

Seorang kakek, meletakkan cangkul dan mulai memyalakan rokok tembakau tingwe (linting dewe) dekat dangau. Matanya lurus fokus menatap pada satu arah. Er jadi penasaran, apa yang membuat kakek itu tak berkedip. Owh no! Apakah kakek itu memandang si Mboknya?

"Kek, maaf saya tadi rebahan, silakan kalau mau duduk di sini."

"Ndak usah, di sini saja lebih nyantai."

Aroma asap rokok khas tembakau lintingan klobot (kulit jagung) meyeruak ke segala arah. Di desa masih ada yang jual ternyata.

"Kamu boleh patah hati,tempat ini memang nyaman untuk melepas rasa luka."

Eitz, si kakek seolah bisa membaca apa yang terjadi pada diri Er, ia hanya melongo menanti apa yang akan diucapkan untuk menyangkal.

"Hehe, tak usah mengelak, aku juga pernah muda, kamu yang belum tua."

"Jangan-jangan kakek ya yang patah hati di jaman dahulu dan menghabiskan waktu di dangau ini?

Kakek Damar nama orang tua itu hanya terkekeh menanggapi pertanyaan Er.

"Cinta itu masalah kecil tapi bisa besar dan rumit. Tergantung dari sudut pandang mana kau akan menkmati."

Wadauw tiap hari ke sawah senjatanya cangkul, dalem juga ucapannya, Er tidak boleh menyepelehkan kakek ini.

"Cinta itu cukup sekali saja jatuh, sesudahnya peduli."

Hari sudah panas matahari pun telah melewati hari, kakek Damar mengajak Er untuk pulang.

"Kamu boleh ngadem di sini asal jangan melamun, nanti kesambet, apalagi menjelang duhur, asar, dan magrib. Bahaya"

"Er, ayo pulang. Mbok sudah selesai." nenek Er berteriak dari seberang sungai, membuat kakek Damar sedikit terkejut lalu bergantian melihat si Mbok dan Damar.

"Iya Kek, itu si Mbokku. Aku pulang dulu ya. Sampai ketemu lagi."

"Kang Damar, aku duluan!"

"Eh, iya!" Kakek Damar masih dalam bingungnya, juga beranjak pulang.

😁🌾😊

Langit masih cerah, biru jernihnya menyejukkan hati Er yang mulai kerasan di dangau. Enggan sekali untuk beranjak sepertinya telah jatuh cinta pada tudung semesta itu.

"Tidak capekkah kau memandangi langit itu?"

Mata Er melirik pada sumber suara

"Eh, Kakek. Aku puas di sini bisa melihat langit."

"Memang di kota tak ada langit?"

"Mungkin sudah runtuh."

"Hahaha sepertinya langit hatimu yang runtuh."

Er hanya diam tak menyahuti lagi, membuat kalek Damar yakin bahwa ia sedang patah hati.

Kakek Damar mulai berkisah tentang dua sejoli yang saling jatuh hati kala Er belum tercipta. Tanpa kata tanpa suara, hanya lewat pandangan mata,mereka sudah memahami satu sama lain.

Seorang pemuda yang paling tampan di desa itu ternyata tak bisa meraih harapannya meminang gadis pujaan hati. Perjodohan itu lebih kuat, ciinta mereka terhalang. Si gadis dijodohkan dengan pemuda kampung seberang. Meski raga tak bisa bersanding, hati mereka tetap kukuh mengikat rasa yang sudah bersemi.

Pernikahan hanya sebuah formalitas agar orang tua merasa lega dengan keputusannya.

"Ngenes banget nasib mereka." Er sedikit berkomemtar

Kakek Damar kembali melanjutkan ceritanya. Perjalanan ini harus tetap dilalui, rindu pasti akan selalu mengiringi, wajah bumi dan langit jangan sampai selalu muram. Takdir saat itu memang tidak berpihak pada pasangan yang sedang jatuh cinta.

Luka itu harus menjadi sesuatu yang manis agar tak pernah ada penyesalan. Tak ada cinta yang salah tak ada cinta yang keliru, asal bila patah hati jangan ada amarah sampai berlarat-larat, apalagi dada terbakar hebat.

Sesekali Kakek Damar terkekeh di sela-sela ceritanya, membuat Er ikut tertawa hingga terbahak. Suara canda mereka memenuhi sekitar sungai dan sawah.

"Jadi kalau patah hati itu buat saja jadi makin gila agar tidak jadi gila beneran."

Er pun makin ngakak mendengar penjelasan Kakek Damar.

"Anak kakek ada berapa dengan orang yang tidak dicintai?"

Kakek Damar menjelaskan bahwa ia tak sempat memiliki keturunan, istri yang sabar menemani tanpa rasa cinta sudah terlebih dahulu pamit pulang ke rumah orang tuanya lagi sebelum usia mereka renta.

"Biar dia ada kesempatan dengan orang yang tepat, mumpung masih muda, nanti bisa gila kalau hidup lama dengan kakek."

Cerita Kakek Damar semakin asik untuk diikuti, Er pun penasaran siapa gerangan yang dicintainya.

"Apa sampai saat ini Kakek masih mencintainya?"

"Aku sendiri tak tahu. Setiap hari aku jatuh cinta padanya,meski sudah renta aku makin cinta."

Er merasa lucu pada dirinya, ia ke desa ingin berlari dari masalah hati,malah dipertemukan dengan sebuah kisah cinta yang sangat menarik untuk disimak.

πŸ€πŸŒΌπŸŒΏ

"Mbok tadi dapat telpon dari ibumu,menanyakan keadaanmu."

"Ibu tidak tanya keadaan Mbok?"

"Iya tanya juga."

"Mbok dari pada sendiri di sini lebih baik ikut kami di kota. Biar enak juga kami tidak khawatir."

"Bagi Mbok,desa ini adalah segalanya, di kota tidak ada yang Mbok cari."

"Memang Mbok nyari apa?"

"Matahari."

"Di kota matahari juga ada, Mbok."

"Menurutmu, tapi tidak ada menurut Mbok."

Er jadi tertawa terpingkal,Mbok hanya tersenyum melihat Er cucunya. Mungkin Er tidak mengerti matahari yang dimaksud Mboknya. Eh ada apa dengan Si Mbok?

Malam suxah larut, tapi Er tak bisa memejamkan mata, suasana hatinya sudah tenang tidak lagi galau. Cerita Kakek Damar sudah cukup membuat hatinya lsedikit lapang. Langit begitu bercahaya bulan setengah itu seoerti menyampaikan pesan bila setengahnya lagi tak perlu dicari, pasti akan datang suatu hari nanti.

Kakinya melangkah ke arah buffet lawas yang masih terlihat kokoh. Di dalamnya berjajar album foto yang tertata rapi. Iseng ia ingin melihat-lihay gambar kenangan di dalamnya.
Er tertawa sendiri melihat fotonya waktu balita,comot dan ingusan atau bedak yang tebal di wajahnya sehabis mandi. Sebuah kertas terjatuh dari album foto, Er pun ingin tahu lalu membaca kertas itu.


Quote:


Er orang Jawa, tapi bahasa yang digunakan pada tulisan itu ada yang tidak ia memgerti,tanya ke mesinpencarian pun tidak sesuai, akhirnya ia foto saja dan akan ditanyakan seseorang esok hari.

Ketika akan mengembalikan album di tempatnya lagi, Er menemukan lagi secarik kertas


Quote:


Ia melihat titi mangsanya dengan inisial dan tahun yang sama. Ia bertanya dalam hati puisi siapakah gerangan? Tidak mungkin ibunya karena di tahun itu ibunya baru lahir. Er hanya bisa mengira-ngira saja. Di lembar berikutnya ada saru puisi lagi.

Quote:

Walah, hati Er berkedip-kedip membaca puisi terakhir itu. Dia memberi nilai jempol pada ungkapan rasa seseorang walau entah jawabannya. Ia pikir itu puisi Kakeknya suami si Mbok. Er merasa salut pada pasangan romantis itu tapi sedikit miris karena sepertinya ada yang tersayat.

🌱🌿🌾

Er sudah menunggu kakek Damar sejak matahari memancarkan sinarnya di dangau pinggir sungai untuk minta tolong memgartikan satu puisi dalam bahasa Jawa.

Kakek Damar seperti masih punya tenaga ekstra di usia yang beranjak tua, tubuhnya masih terlihat kekar walau keriput di wajah tak membohongi puluhan waktu yang sudah ia lewati.

Saat Kakek Damar duduk di depan Er, segera galeri foto puisi Jawa yang semalam iia ambil lewat gawainya disodorkan pada Kakek Damar.

"Apa ini?"

"Saya mau minta tolong diterjemahkan."

Diamati puisi itu, wajahnya terlihat berubah.

"Hehe dapat dari mana kau?"

"Rumah Mbok, di sela album foto."

"Tujuanmu menanyakan artinya?"

"Ingin tahu saja Kek."

"Tanyakan pada Mbok Tunik saja, ia lebih tahu."

"Nanti saya kena marah dikira usil, bongkar-bongkar barangnya."

"Nah, kenyataan begitu, pandai-pandai saja mengatakannya."

Sore itu Er mengambil hati Mboknya dengan membuatkan teh jahe madu dan mengajak duduk berdua di teras melihat matahari terbenam.
Tanpa ada rasa curiga sedikitpun si Mbok menikmati teh jahe madu buatan Er. Keduanya sama-sama hanyut dalam pikiran masing-masing. Suasana tampak mendukung, semburat merah di ufuk barat cukup memesona mata. Er tentu tak ingin ketinggalan ilustrasi alam yang cantik itu, segera ia abadikan dalam galeri gawainya. Begitu juga gambar si Mbok

"Mbok, saya bisa minta tolong?"

"Kalau bisa Mbok bantu, apa itu?"

Lalu Er menceritakan puisi yang ia temukan. Seketika wajah Mbok berubah kaku, Er jadi takut kalau ia akan marah. Lama Mbok diam memandang matahari yang mendekati garis cakrawala. Suasana jadi sedikit kaku, Er hendak mengatakan permintaan maaf, ketika terdengar sapaan dari jalan depan rumah.

"Er, sedang apa kau, tumben?!"

Kakek Damar menyapa sambil berlalu dengan sepeda ontanya. Tiba-tiba Mbok tertawa terpingkal-pingkal, Er jadi heran sekaligus penasaran.

"Kenapa, Mbok? Ada apa?"

"Mau tau aja apa mau tau doank?"

"Ish ... Embok, aku jadi tambah kepo kan?

Mbok akhirnya bilang kalau tadi baju Kakek Damar kebalik, dan Er cuma bisa bilang oh karena tidak memperhatikan.
Er sudah tidak sabar nengetahui itu puisi-puisi siapa. Dengan penuh penghayatan Er merayu sejadi-jadinya.

Akhirnya Si Mbok menceritakan kisah dari puisi itu. Er pun tampak menyimak dengan seksama. Puisi itu adalah suara hati dari dua orang yang sedang luka. Inisial DT juga merupakan nama dari pria dan nama Mbok. Cinta tak seindah yang dibayangkan kala itu, hanya rasa yang terus bergema tanpa bisa memiliki.

"Mbok, yang ini seolah ada harap dalam penantian."

Er menunjuk salh satu puisi. Mbok tersenyum, menunggu memang menjemukan tapi tidak bagi Mbok, tangan Mbok pun meraup wajah cucunya sambil berkata, "Wis kewut Cah, kate nyapo maneh." (sudah tua Nak, mau apa lagi?)

Er meyakinkan Mbok, siapa tahu di usia saat ini masih ada kesempatan untuk bisa bersama.

"Kita sudah sering bersama, Le. Malah hampir setiap hari, bagi kami itu sudah cukup merasakan lagi getaran cinta yang pernah ada, tubuh boleh melapuk, tapi tidak dengan cinta kita."

Er makin penasaran, kepalanya dihiasi banyak pertanyaan, siapa sebenaarnya arjuna yang tak tergenggam si Mboknya.
Sebentar lagi hari akan gelap, matahari telah pulang ke peraduan, Mbok mengajak Er untuk masuk rumah sebelum azan magrib bergema. Sambil membawa cangkir yang telah kosong Er bertanya setengah berbisik, siapa pujaan hati Mboknya.

"Kamu sudah kenal dia, sudah jangan bertanya-tanya lagi."

Er masih ragu untuk menebak, dari pada salah ia pun diam.
Tak lama terdengar pengumuman dari surau, seseorang telah wafat. Si Mbok berhenti melangkah di depan pintu, tubuhnya terlihat bergetar, mulutnya menggumamkan sebuah nama,, ada yang menggenang di sudut matanya.

"Kang Damar ... "

πŸ–€πŸ–€πŸ–€

Kesedihan itu pasti ada saat tiba waktu kehilangan, air mata akan menghiasi hari demi hari.
Tak bisa bersanding bukan berarti hati tak bahagia
Tanah basah bertabur wangi bunga takkan jadi penghalang rasa cinta
Er benar-benar belajar dari kesabaran neneknya bagaimana menjaga cinta.
Mbok Tunik tersenyum dalam tangisnya, seperti larik lagu bukan takmau menerima kenyataan namun rindu itu akan selalu abadi.
Mungkin kelak langitlah tempat mereka bersama.


πŸƒSELESAIπŸƒ

terjemahan puisi bahasa Jawa

Bunga Cinta

Mekar di taman dada
Tidak muda, tidak tua bisa tergoda
Baunya yg harum
Bisa membuat mata rabun
Hati juga bisa memberontak
Akal lari (hilang)
Tata Krama diterjang
Itulah bila telah terpikat bunga cinta
Siapa saja tak bisa mengelak
Seperti candu yang memberi celaka
Seperti mantra yg menjanjikan kemulyaan
Meresap di dada bila tdk kesampaian bisa membuat sakit.

🌾🌾🌾

Terima kasih Gan,sudah membaca, memberi bintang πŸ’«βœ¨dan berkomentar di trit ini 😘

Ujug-ujug= tiba-tiba
Karepmu= terserah kamu
Nesu= ngambeg, marah

Sumber gambat dari sini
Sumber puisi IniDan Ini
Diubah oleh alizazet 08-07-2022 12:36
bukhoriganpulaukapok
pulaukapok dan bukhorigan memberi reputasi
11
1.4K
20
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThreadβ€’40.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.