akudimana14Avatar border
TS
akudimana14
AKULAH MAYSAROH 3
GLEZTIA menghentikan laju mobilnya di persimpangan gang menuju rumah Maysaroh. Setelah keluar dari mobilnya, ia berjalan menuju rumah Maysaroh yang melewati gang tersebut.
Tak berapa lama di rumah Maysaroh, mereka segera berangkat ke sekolah. Di dalam mobil mereka asyik mengobrol. Gleztia menceritakan kesediaan papanya untuk membantu percetakan GADAM MEDIA PRESSINDO tapi pimpinannya haruslah menjumpai papanya untuk sedikit berdialog mengenai percetakan yang akan mereka dirikan.
Mendengar hal itu, Maysaroh sangat senang. Maysaroh tidak menyangka kalau Gleztia juga telah berhasil meyakinkan papanya menjadi media patnert bagi percetakan yang mereka rintis.
“Tanggapan tante, gimana, Gle?” tanya Maysaroh dengan cukup antusiasnya.
“Mereka sepenuhnya mempercayakan padaku, apalagi ketika aku mengatakan kalau aku ikut di bagian pengembangan bidang. Mereka hanya mewanti-wanti aku, asal gak buat onar, silakan. Aku kadang gondok, lho. Udahpun tiga tahun berlalu, masih aja diingat-ingat. Padahal aku aja udah lupa.” kata Gleztia menghentikan laju mobil di tempat parkir.
Kejadian itu memang cukup tragis, hampir saja nyawa Gleztia melayang kalau saja saat itu tidak ada Maysaroh yang menolong. Maysaroh yang selama ini bahan ejekan Gleztia tetap tak perduli ketika ia menolong Gleztia. Sementara teman-teman dekat Gleztia semua menjauh dan meninggalkannya sekarat di pinggir jalan. Dengan berpakaian sekolah, Gleztia tergeletak di pinggir jalan setengah sadar yang dikelilingi oleh sahabat-sahabat dekatnya. Dari mulutnya keluar suara minta tolong, namun semua diam menatapnya tak bergeming. Tidak melakukan sesuatu apapun untuk berusaha menolong Gleztia.
Untunglah baginya ketika itu Maysaroh lewat baru pulang berkeliling jualan gorengan dengan basah kuyup, hanya bertudungkan tempat kue yang dibawanya. Semula Maysaroh tidak peduli dengan kerumunan lima orang cewek yang selalu mengejek dan melecehkannya di sekolah. Tapi ketika hampir sampai di dekat kerumunan itu ia tertarik melihat dan tampaklah olehnya tubuh Gleztia yang berusaha menggapai temannya satu persatu dengan suara yang lirih meminta pertolongan.
Tanpa pikir panjang lagi, May segera melemparkan tempat kuenya dan masuk ke tengah kerumunan itu dan menghampiri tubuh Gleztia yang udah sekarat dan tak dapat berbuat apa-apa lagi. Melihat itu, Maysaroh berteriak pada teman-teman Gleztia untuk mencari pertolongan, namun semuanya tetap tak bergeming. Kepanikan Maysaroh malah membuat mereka jadi ketakutan dan akhirnya satu persatu pergi menjauh meninggalkan Maysaroh yang mendekap tubuh Gleztia.
Maysaroh segera menyetop sebuah taksi dan meminta mengantarkannya ke rumah sakit yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari tempat mereka. Untunglah sopir taksi mengenal Maysaroh dan mau membantu mengantarkan Gleztia ke rumah sakit. Maysaroh segera membayar ongkos taksi dengan uang hasil dagangannya kepada sopir taksi dan di rumah sakit sopir itu membantu Maysaroh membawanya Gleztia ke dalam. Para petugas yang sedang berada di rumah sakit segera bergegas mengambil ranjang jalan dan segera membawa ke ruang UGD.
Dokter tidak langsung menangani Gleztia dan menanyakan keluarga pasien untuk terlebih dahulu mengurus administrasi. Maysaroh kembali panik, bagaimana caranya agar Gleztia segera ditangani, dengan tanpa pikir panjang ia meminta sopir taksi mengantarnya ke rumah Gleztia untuk memberi tau orang tuanya. Sopir itu menurut pada permintaan Maysaroh dan di rumah Gleztia segera membuka pintu pagar dan menerobos hujan masuk ke pekarangan rumah Gleztia.
Berulang kali ia memencet bel rumah bahkan sampai mengetok pintu dan berteriak-teriak di depan pintu dengan tubuh yang telah menggigil, barulah setelah ia meneriakkan ‘ibu’ dari mulutnya pintu terbuka dan ia segera melihat seorang wanita paruh baya.
“Bu…!” katanya dengan suara yang menggigil karena menahan dingin. “Apa benar ini rumah Gleztia?”
“Betul! Ada apa, Nak?”
“Gleztia ada di rumah sakit sedang sekarat. Tadi saya menemukannya tergeletak di pinggir jalan, tapi sepertinya bukan kecelakaan karena dari mulutnya keluar buih putih yang baunya menyengat. Saya bawa dia ke rumah sakit, tapi rumah sakit belum mau menanganinya karena harus membayar administrasi dulu. Saya sudah tidak punya uang, sudah habis buat bayar taksi, jadi saya kemari. Saya teman sekolahnya, makanya saya tau rumah ini.” cerita Maysaroh.
Wanita paruh baya itu segera berteriak memanggil suaminya dan dengan gesit, suaminya menghampirinya dan wanita paruh baya itu menceritakan yang telah terjadi pada Gleztia. Tanpa pikir panjang, suaminya berlari ke dalam dan segera keluar kembali menuju bagasi mobil dan segera mereka bertiga berangkat ke rumah sakit. Sopir taksi yang mengantar Maysaroh mengikuti dari belakang.
Setelah sampai di rumah sakit, Maysaroh menghampiri sopir taksi dan meminta agar argonya dibayar besok. Mendengar itu, sopir taksi itupun berangkat dari tempat itu. May kembali masuk ke dalam dengan mendekap kedua tangannya yang mulai mengerut karena dinginnya. Dia mendekat pada kedua orang tua itu di ruang administrasi.
“Pak! Bu! Saya pamit pulang. Mungkin abah dan umi sudah khawatir pada saya!” kata Maysaroh pamit.
“Eh, sebentar, Nak! Biar Om antar kamu pulang!” balasnya sambil menyerahkan kertas yang ada di tangannya pada istrinya meminta untuk melanjutkan pekerjaannya menyelesaikan administrasi dan ia pun menggandeng tangan May keluar dari rumah sakit.

0
106
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
CXBDG
CXBDG
527Thread49Anggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.