Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

armerry92Avatar border
TS
armerry92
Gairah Liar Sang CEO
Warning khusus 21+
Yang belum cukup umur silakan minggir dan jangan mengintip.

Judul : Gairah Liar Sang CEO
Genre : Adult Romance
Status : On going
Platform : Bakisah, Ceriaca, dan Pobaca

Daily update mulai tanggal 1 April.

Judul: Nafsu Liar Rafael
____

Desahan seorang wanita telanjang mengalun kencang saat berada di bawah kendali seorang pria, di salah satu kamar hotel VVIP di Ibu Kota.

“Ahh ... lebih cepat lagi, Tuan. Ini nikmat sekali.”

Wanita dengan penampilan berantakan dan mengenaskan itu menikmati hunjaman kasar yang Rafael berikan. Bahkan ketika pria itu berkali-kali membolak-balikkan tubuhnya yang penuh dengan bekas pukulan ikat pinggang, ia tampak mendesah tanpa tahu malu.

“Arghh! Sial!” umpat Rafael karena tak kunjung mendapat ledakan kenikmatan. Sudah satu jam lamanya, tapi tak ada tanda-tanda rasa itu datang.

Kenapa? Apa yang salah? Padahal ia sudah melakukan semua yang menjadi kebiasaannya selama lebih dari lima belas tahun terakhir.

“Tuan?” Wanita itu melirih. Kecewa karena Rafael menarik miliknya yang masih tegang di dalam pengaman.

“Pergilah! Jangan
tunjukkan wajah jalangmu itu di depanku!” perintah Rafael dengan kejam.

Astaga! Apakah pria itu sudah gila? Menyiksa wanita itu dengan sadis sebelum menggaulinya? Dan apa tadi ia bilang? Memerintahkan wanita itu pergi?

“Ta-tapi, Tuan ..."

Sepasang mata elang Rafael menatap nyalang. Ia mendekat, mencengkeram tangan wanita itu, dan menarik turun ke lantai.

“Pergi!”

“Ba-baik, Tuan.” Wanita itu mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk bangkit. Tertatih ketika akan menuju pintu kamar hotel dengan keadaan polos. Namun, belum sampai membuka pintu, wanita itu lemas dan terjatuh.

Rafael seolah tak peduli. Yang ia lakukan adalah memanggil pengawal di depan pintu untuk menyingkirkan wanita itu.

Tak ingin tersiksa dalam hasrat yang belum terpuaskan, pria bertubuh telanjang itu menghubungi salah satu muncikari kepercayaannya.

“Siapkan satu gadis perawan sekarang juga! Aku akan membayarmu 10 kali lipat dari biasanya.” Satu perintah Rafael langsung mendapat sambutan baik dari sang muncikari.

Wanita yang kini sedang berada di berada di bawah tubuh kekasihnya itu segera mengiyakan permintaan pelanggan terbaik di tempat pramuriaan miliknya.

“Baik, Tuan. Saya akan segera mengirimkannya.”

Seraya menunggu, Rafael yang berada di puncak gairah meraih botol sampanye untuk ia teguk.
Dengan mata terpejam ia menikmati setiap cairan yang mengalir ke tenggorokannya.

Malam ini entah mengapa hasrat liarnya
menggila. Bahkan setelah menyiksa dan menggauli wanita pilihannya tak juga membuatnya terpuaskan.

“Sial!” geram Rafael dengan napas memburu. Gigi di dalam mulutnya menggeletuk seolah ingin mencabik-cabik mangsa.

Gejolak hasrat di dalam dirinya membuat kepalanya pening. Ia bangkit setelah melemparkan botol sampanye ke lantai, menuju kamar mandi untuk mendinginkan diri.

Berdiri di bawah guyuran air dingin, Rafael memejamkan matanya. Menikmati setiap tetes air membasahi seluruh tubuhnya.

Ia pikir setelah selesai mandi hasrat liar itu akan mereda. Setidaknya untuk beberapa saat. Namun, kenyataannya mandi tidak memiliki pengaruh untuk meredam keinginannya.

Setengah jam kemudian, pintu kamar hotel diketuk oleh dua pengawal yang membawa seorang gadis tak sadarkan diri.

Seorang pria yang hanya memakai handuk di pinggang dengan rambut basah membuka pintu dan memberikan isyarat pada pengawalnya untuk membawa gadis itu masuk.

“Silakan bersenang-senang, Tuan. Kami akan berjaga di luar.”

Dengan isyarat tangan Rafael menanggapi ucapan mereka. Para pengawal pun keluar
setelah membungkukkan badan sebagai penghormatan.

Tak langsung menghampiri gadis yang berada di atas ranjangnya, Rafael memilih mengambil sebatang rokok dan mengisapnya perlahan.

Seraya menikmati pemandangan dari dinding kaca yang membentang, ia berdiri dengan sesekali memejamkan mata menikmati embusan angin malam.

“Eugh.”

Lenguhan lirih yang berasal dari gadis di atas ranjang menarik perhatian Rafael. Ia membuang sisa rokoknya dan menghampirinya.

Duduk di sebelah ranjang, Rafael memandangi wajah dengan riasan kosmetik yang tak terlalu tebal. Ada dorongan tak kasat mata yang menarik dirinya untuk menyentuh wajah itu dengan segera.

Kemudian, adalah punggung tangan Rafael yang menyentuh kehalusan kulit pipi hingga membuat gadis itu membuka mata dan terbangun.

“A-Anda siapa?” tanya gadis pemilik nama Vanessa itu panik. Ia seketika terperanjat dan menyilangkan tangannya di depan dada.

Sepasang bola mata bening milik Vanessa bergerak gelisah kala mendapati dirinya di sebuah kamar dengan seorang pria. Apalagi pria itu hanya memakai handuk di pinggangnya.

Rafael berdecih. “Aku adalah Tuanmu,” jawabnya. “Dan tugasmu sekarang adalah melayaniku.”

Vanessa membelalakkan mata. Apa tadi katanya? Melayani? Siapa juga yang akan melayani pria asing seperti dia? Tapi ... tunggu! Apa yang dia maksud dengan melayani?

“A-apa yang Anda maksud? Sa-saya tidak mengerti." Bibir Vanessa bergetar. Seingatnya tadi siang ia bersama sang ayah pergi ke tempat Mami Bertha untuk melamar pekerjaan sebagai asisten pribadi. Namun, kenapa tiba-tiba ia berada di sini? Dan ke mana ayah?

Saat Vanessa berkelana memikirkan kejadian padanya siang tadi, gerakan cepat Rafael menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

“Lepaskan saya! Anda siapa berani memeluk saya seperti ini?” Ia memberontak. Tangannya memukul dada Rafael yang berotot dan polos. Tentu saja pukulan tak seberapa itu hanya dianggap sebagai pijatan oleh pria yang kini mendekapnya erat.

“Jangan berisik gadis bodoh! Layani aku dan nikmati saja!” Rafael menatap tajam Vanessa dan semakin mengeratkan dekapannya. “Kau akan mendesah keenakan jika sudah merasakan milikku!"

Layani dan nikmati? Oh, Tuhan? Apakah dia mengira jika Vanessa seorang jalang?

“Tolong! Lepaskan saya! Saya bukan jalang, Tuan,” teriak Vanessa dengan segenap tenaganya.

Apa-apaan ini? Kenapa semua seperti ini? Bukannya tadi ia di rumah Mami Bertha? Bagaimana ia bisa berakhir di sini dan bersama pria ini?

Pria yang sudah bergairah itu tak memedulikan rengekan Vanessa. Tanpa basa-basi ia mendekatkan wajahnya dan melumat bibir tipis Vanessa dengan brutal. Ia menekan bibir itu sekuat mungkin agar si empunya tak berdaya. Namun, ia tidak memperkirakan jika gadis itu kemudian menggigit bibirnya.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Vanessa kala Rafael mendorongnya jatuh ke atas ranjang. Pria dengan amarah di wajahnya itu menindih tubuh Vanessa yang berusaha melepaskan diri. Mengunci pergerakan tangan dan kedua kaki Vanessa yang berontak.

“Diam kau, Gadis sialan!” bentak Rafael menggebu. Tetapi, Vanessa tak mengindahkan peringatan itu hingga tamparan susulan mendarat di pipi kanan kiri secara bergantian.

Puas dengan beberapa tamparan, tangan Rafael menarik dagu Vanessa yang meringis menahan sakit. Ada bulir-bulir air mata yang keluar dari sudut mata Vanessa, yang membuat Rafael tertegun.

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Adalah tangan Rafael yang kemudian mengelus kedua pipi Vanessa secara bergantian dengan satu seringai di sudut bibirnya.

“Menurut lah jika kau tak ingin kesakitan,” peringat Rafael dengan tatapan tajam pada gadis yang sudah tak berdaya di bawah tubuhnya.

“Saya mohon, Tuan. Lepaskan saya,” pinta Vanessa sendu dengan sisa-sisa tenaganya. Akan tetapi, permintaan lirih itu tidak dipedulikan Rafael yang sudah berada di puncak gairahnya.

“Aku sudah membayar mahal atas tubuhmu. Jadi, sebelum aku puas ... aku tidak akan melepaskan kau begitu saja.” Ucapan itu diiringi dengan seringai menakutkan yang baru pertama kali Vanessa lihat.

Hati Vanessa berdenyut nyeri. Apakah tadi ia bilang? Dia sudah membeli tubuh Vanessa? Bagaimana mungkin? Atau jangan-jangan ...

Tanpa aba-aba Rafael kembali melumat bibir tipis Vanessa. Gerakan tangannya turun, membuka perlahan jubah tidur yang gadis itu kenakan, menampilkan sepasang keindahan gundukan lembut yang tak disanggah bra.

Pria yang bertelanjang dada itu semakin menekan bibir Vanessa. Mendesak masuk untuk merasakan kehangatan yang lain. Sementara itu, kedua tangan besarnya sudah menangkup kedua payudara yang memiliki ukuran cukup besar.

Rafael menggeram kala Vanessa tak kunjung membuka mulutnya. Ia memberikan gigitan-gigitan kecil di bibir tipis itu hingga si empunya membuka tanpa sadar.

Ia menerobos masuk. Menjulurkan lidahnya untuk merasakan semua rasa yang ditawarkan. Tanpa menghentikan pergerakan kedua tangannya yang kini turun ke bawah. Masuk ke dalam kain tipis yang tidak sepenuhnya menutupi area kewanitaan Vanessa.

Rasa lembab yang menyapa jemari Rafael membuat pria itu menggeram. Ia melepaskan ciuman liarnya. Menatap wajah Vanessa sesaat sebelum bangkit dan mengambil posisi di antara dua kaki gadis itu.

“Sial! Kau sudah basah!”
.
.
.
Bersambung ...

Gairah Liar Sang CEO adalah sebuah cerita yang sangat bagus. Saya ingin merekomendasikan buku ini kepada Anda. Yuk baca cerita bersama!



[url]https://actweb-id.cdreader.com/appshare/?bookid=4235414#/[/url]
emineminnaAvatar border
emineminna memberi reputasi
1
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.