namiyanwhAvatar border
TS
namiyanwh
Bad Bey 1
Bey mempercepat laju motornya ketika sirine Polisi terdengar semakin dekat. Ia berteriak pada teman-temannya yang juga tak mau didahului, apalagi sampai tertangkap para Polisi yang mengejar mereka.

Tak peduli berapa kali suara klakson berbunyi, Bey terus melajukan motornya. Ketika jalanan sepi menyambut, kecepatan motornya malah semakin tak terkendali. Berulang kali lampu yang menyala merah diabaikan. Teriakan penuh kemenangan memecah keheningan.

"Siapa yang kena?" teriak Gio; si ketua geng motor WZR yang berhasil melaju di barisan paling depan.

"Biasa! Si Bimo, Gareng, Yudis, si Gendut, sama anak-anak baru." Bey menoleh ke arah belakang, melirik pada rekannya yang lain.

Laju motor Bey dan teman-temannya baru melambat ketika suara sirine Polisi tak lagi terdengar. Lima kendaraan bermotor itu berhenti di depan sebuah warung. Bey dan rekan-rekannya bergantian menyapa sang pemilik yang merupakan sepasang suami istri. Akrab dipanggil Mang Karli dan Mbak Welas. Mereka menjual lotek dan gorengan yang biasa tutup pukul satu dini hari.

Beruntung. Bey dan rekan-rekannya datang satu jam sebelum warung tutup. Mereka berebut memesan makanan dan minuman. Sebelum kemudian, mereka secara bergantian mengambil posisi duduk di kursi panjang yang berada tepat di depan warung. Ada rentetan dagangan warung Mbak Welas berjejer rapi di depannya. Selain bisa memesan kopi dan lotek, di sana juga dijual beragam macam makanan ringan.

Bey menarik sebatang rokok yang disodorkan Gio padanya. Sambil menyesap rokok itu, mata Bey bergerilya ke sekeliling bangunan warung yang memiliki lebar dua meter di masing-masing sisi. Kayu yang mendominasi dinding-dinding warung itu sudah berwarna kecokelatan. Peralatan dapur yang biasa digunakan Mbak Welas teronggok rapi di dalam ruangan. Di sana juga ada di sebuah kursi usang yang tengah diduduki Mang Karli. Sambil menyesap rokok di ujung jarinya, lelaki tambun itu sesekali ikut melantunkan lagu Apa Kabar Sayang dari Armada Band yang mengudara lewat radio hitam yang berada tak jauh darinya.

Bey dan rekan-rekannya juga ikut bernyanyi, tak terkecuali Akmal yang dengan percaya diri memamerkan suara cemprengnya. Mang Karli yang tak mau kalah saing juga ikut menaikkan nada suaranya. Dikelilingi orang-orang yang mendadak jadi penyanyi, Mbak Welas hanya mampu tersenyum sementara tangannya sibuk mengulek lotek pesanan Akmal.

"Mau-mau aja sih Mbak bikinin si Akmal lotek malem-malem begini?" celetuk Bey disela-sela nyanyian rekannya. "Gorengan juga udah cukup buat dia."

Mbak Welas masih mempertahankan senyumannya. "Teu nanaon (gak apa-apa), Kang Bey. Rezeki kan gak boleh ditolak. Mau malem atau siang, kalau emang ada yang mau pesen lotek Mbak Welas, insya Allah bakal Mbak bikinin kok."

"Tuh dengerin, Mal! Mbak Welas bikinin lotek buat yang mau pesen, bukan cuma buat lo doang!" Gio juga ikut bersuara.

Akmal manyun sebelum ikut duduk di dekat Yuta dan Ramlan yang sudah lebih dulu duduk di kursi panjang itu. "Apaan sih, Gi!"

Delikan Akmal yang tertuju pada Gio lalu pada Mang Karli mengundang decak tawa rekan-rekannya. Hanya Mbak Welas yang menyemai senyum sebentar sebelum kemudian menaruh pesanan lotek di depan Akmal.

"Takut dia!" Bey mengolok.

"Namanya juga si pecinta dalam diam, Bey." Ramlan ikut mengolok.

"Nyalinya langsung ciut. Dasar banci lo! Makan tuh cinta dalam diam!" Yuta menjejalkan gorengan ke mulut Akmal yang sudah siap melahap lotek yang ada di sendok.

Decak tawa kembali pecah. Akmal menggigit pasrah potongan gorengan yang lebih dulu mendarat di mulut ketimbang lotek yang sudah ia sendok.

Sementara yang lain ribut memojokkan Akmal, Bey merogoh ponsel di saku yang ternyata diperhatikan oleh Gio. Keduanya saling melempar senyum sebentar sebelum Bey fokus menekan keypad ponselnya dengan ibu jarinya.

"Udah malem kali, Bey ...," ujar Gio mengingatkan. "Jam dua belas! Mau ngapain coba jam segini telepon dia?"

"SMS doang. Bukan telepon!" Bey mengelak tuduhan Gio sambil menekan keypad ponselnya lebih cepat. "Nih, lihat!" sambungnya sambil mengarahkan ponsel setinggi 10 sentimeter itu ke muka Gio. Layar yang lebarnya kurang dari dua inci itu membuat mata Gio memicing tajam demi melihat pesan apa yang hendak Gio kirimkan itu.

[Mlm....] tulis Bey di halaman pesannya.

Bey menekan keypad lagi. Nama 'Atqi Pujaan Hati' sekilas terpampang di layar. Bey tersenyum semringah dibuatnya, sementara Gio hanya bisa geleng-geleng kepala.

Tak berselang lama, Bey kembali dibuat tersenyum karena ternyata ada pesan balasan masuk dari Atqi.

[Hmm?] Pesan balasan Atqi ditingkahi Bey dengan kerutan di wajah.

Gio yang sempat mengintip ikut terkekeh. "Masih belum dapet juga rupanya. Belum mau nyerah?"

Bey menggeleng sebelum kemudian turun dari tempat duduknya, menjauh dari teman-temannya sambil mendekatkan ponselnya ke telinga. Cukup lama Bey menunggu tanggapan dari panggilan yang sengaja ia lakukan pada Atqi.

"Belum tidur?" serbu Bey ketika panggilannya ternyata dijawab oleh Atqi.

"Belum." Atqi menjawab singkat.

"Kenapa belum tidur?"

"Belum aja."

"Mau tidur kapan emang?"

"Sekarang."

"Oh. Ya, udah."

Klik!

Sambungan terputus. Kening Bey mengerut keras ketika menarik ponselnya yang tadinya menempel di telinga.

Tidak! Bey yakin ia tak menekan tombol keypad bergambar gagang telepon merah yang letaknya ada di baris ke dua bagian kanan. Bey sangat yakin!

Bey meremas ponselnya dengan gemas. Ia hendak menelepon Atqi lagi namun urung ia lakukan. Saat hendak menulis pesan untuk menanyakan kenapa Atqi menutup sambungan telepon secara tiba-tiba, Bey juga urung melakukannya. Bey menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil membaca ulang semua balasan SMS dari Atqi yang masih memenuhi kotak pesannya dengan senyuman lebar.

[Oh.]

[Gak bisa.]

[Sibuk!]

[Lagi belajar.]

[Terserah.]

[Gak mau.]

Semua pesan balasan dari Atqi tak pernah melebihi dua kata. Singkat, padat, dan jelas. Sejelas rasa tertarik Bey pada Atqi yang tak pernah disembunyikannya.

[Mimpi indah ....] tulis Bey pada akhirnya yang kemudian ia kirimkan pada Atqi.

***

Atqi sudah siap menyalakan motornya ketika Hanan keluar dari rumahnya. Tanpa memedulikan gerak-gerik Hanan yang tengah menoleh ke sana ke mari seolah mencari sesuatu.

"Kayaknya si Bey gak ngikutin kamu pagi ini, Qi," celetuk Hanan yang ditingkahi Atqi dengan embusan napas pendek. "Itu artinya, dia pasti bakalan telat masuk kelas hari ini."

"Kayaknya. Karena dia masih SMS sama telepon tadi malem. Pas banget waktu aku baru beres shalat tahajud, Nan."

Hanan tergelak. "Serius? SMS apa lagi dia?"

Motor Atqi sudah menyala. Hanan secara spontan mengambil posisi duduk di belakangnya.

"Biasalah. SMS gak jelas." Atqi menjawab sekenanya sambil melajukan motor.

"Sampe telepon juga?"

"Iya. Untung cuma sepuluh detik."

"Kok mau-mau aja sih jawab telepon dia?"

"Kamu tahu sendiri lah gimana dia kalau teleponnya gak aku angkat. Bisa penuh kotak pesanku sama SMS dari dia. Alamat gak bisa tidur, Nan! Mending jawab aja teleponnya sebentar. Udah itu, biasanya dia gak gangguin lagi tuh."

"Makin ditolak, dia malah makin gencar ngejer yah, Qi. Gak tahu apa dia kalau kamu emang gak mau pacaran sebelum nikah?"

"Dia tahu kok! Tapi kayaknya gak paham maksudnya."

Hanan mengangguk. "Wajar sih! Orang lain shalat jum'at, dia sama temen-temennya malah ngerokok di belakang sekolah. Giliran ikut shalat jum'at, malah ketawa-ketiwi di barisan paling belakang sama si Akmal. Udah jelas kalau pemahaman sama agamanya emang kurang. Ditambah lagi pergaulannya gak bener. Banyak minusnya dia!"

Atqi tak berani membantah celotehan Hanan yang sesuai dengan apa yang ia pikirkan selama ini tentang Bey.

Link:
https://www.wattpad.com/story/310051...bey-odocthewwg
0
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.