Stoikisme, Ajaran Filsafat Untuk hidup mu yang penuh kegalauan
TS
delapan3
Stoikisme, Ajaran Filsafat Untuk hidup mu yang penuh kegalauan
Manusia dengan problematika hidup yang begitu kompleks, bahagia dan kesedihan akan datang silih berganti, entah itu orang yang berkecukupan materi atau fakir.
Berbagai cara manusia tempuh untuk menemukan ketenangan dalam hidup, terutama ketenangan dalam hati dan pikiran.
Bagi yang kaya mungkin banyak melakukan derma, memberikan sebagian hartanya untuk membantu fakir dan miskin, bagi yang fakir & miskin mungkin dengan banyak bersyukur menerima keadaan dan kenyataan yang ada.
Manusia dalam mencari ketenangan hati dan pikiran kebanyakan melalui jalur agama, dan sebagian kecil melalui filsafat.
Baik agama atau filsafat asalkan benar dalam mempelajarinya manusia akan sangat mudah menemukan ketenangan hati dan pikiran.
Salah satu filsafat yang agan semua bisa pelajari untuk mendapatkan atau mencapai ketenangan hidup adalah STOIKISME atau sering disebut STOA.
Spoiler for Asal usul ajaran stoikisme:
Stoikisme, adalah nama sebuah aliran atau mazhab Filsafat Yunani Kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 Sebelum Masehi. Ada pula yang mencatat Stoikisme baru resmi pada tahun 108 Sebelum Masehi.
Ajaran sekolah atau mazhab Stoa ini sangat luas dan beragam, tetapi dapat disimpulkan bahwa pijakannya adalah meliputi perkembangan logika (terbagi dalam retorika dan dialektika), fisika, dan etika (memuat teologi dan politik).
Pandangan yang mencolok tentang etika adalah bagaimana manusia memilih sikap hidup dengan menekankan apatheia, hidup pasrah atau tawakal menerima keadaannya di dunia.
Sikap tersebut merupakan cerminan dari kemampuan nalar manusia, bahkan kemampuan tertinggi dari semua hal.
Spoiler for Inti Ajaran stoikisme:
Orang-orang Stoik percaya bahwa emosi negatif yang menghancurkan manusia dihasilkan dari keputusan yang salah.
Mereka akan menghindari marah, sedih, yang berlebihan, bahkan ketika mendapatkan kebahagiaan pun tidak akan terhanyut oleh nya.
Seorang Stoik, hendaknya tidak banyak bicara tentang ide-ide besar, apalagi kepada orang-orang awam, melainkan bertindak selaras dengan apa yang dipikirkannya tentang kebaikan.
Stoikisme adalah cara hidup yang menekankan dimensi internal manusia, seorang Stoik dapat hidup bahagia ketika ia tidak terpengaruh oleh hal-hal di luar dirinya.
Dia akan merasa cukup dengan apa yang dia capai, tetapi bukan berarti dia akan berhenti untuk mencapai sesuatu yang lebih besar lagi, dan ketika sesuatu yang ingin dia capai ternyata tak dapat diraih maka dia akan menyadari bahwa inilah batas kemampuannya.
Mungkin beberapa orang akan menganggap penganut stoikisme adalah orang orang yang mudah menyerah dan putus asa.
Bukan itu gan, seorang stoa bukanlah orang yang mudah putus asa, tetapi mereka adalah orang orang yang tau batas kemampuan dirinya, dia tahu kapan waktunya mengijak pedal gas ataupun pedal rem dalam menjalani hidupnya.
Spoiler for Etika stoikisme:
Etika Stoikisme berpijak pada prinsip bahwa kebajikanlah (virtue) yang baik, selain hal itu, buruk adanya. Hal-hal lain sifatnya netral saja, walaupun beberapa di antaranya, misalnya kesehatan, kemakmuran, kehormatan secara alamiah dianjurkan, sedangkan yang berseberangan dari itu tidak dianjurkan.
Misalnya, kepemilikan pribadi sama sekali tidak dianjurkan karena tidak selaras dengan prinsip manusia yang ingin bahagia. Jika manusia tidak sadar terhadap godaan hal-hal yang netral itu, ia dapat terjebak pada tindakan menghalalkan cara untuk mencapai hal-hal yang netral, atau ia justru tidak bahagia ketika diperalat hal-hal yang netral itu.
Misalnya, seseorang yang mengejar harta benda terus menerus, sesungguhnya ia tak lagi dapat bahagia, karena dirinya telah dikuasai hal-hal yang seharusnya tidak merintanginya untuk berbahagia. Pertarungan paling sengit adalah mengenai kebijaksanaan dan pengendalian diri manusia melawan kesenangan pribadi.
Selain Stoa menolak pengaruh hal-hal yang bersifat eksternal (kekayaan, kesehatan, reputasi), Stoa juga menolak pengaruh hal-hal yang membengkokkan nalar, misalnya takut terhadap kematian, takut kepada Dewa atau Tuhan, dan peristiwa-peristiwa buruk yang akan mengganggu kebahagiaan.
Caranya adalah, bukan memutus hubungan terhadap hal-hal yang menakutkan itu, melainkan dengan meluruskan nalar kita supaya tidak dikendalikan oleh emosi-emosi yang muncul dari hal-hal itu. Kebahagiaan tidak dapat direnggut oleh peristiwa-peristiwa tersebut, walaupun kita tidak dapat mengendalikan semua peristiwa di tangan kita.
Dengan memperbaiki nalar, kita mampu mengendalikan perilaku kita dalam menghadapinya. Ketakutan ketika menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak kita harapkan sebenarnya lebih besar daripada akibat-akibat menakutkan yang akan ditimbulkan peristiwa-peristiwa itu sendiri.
Demikian sekilas tentang stoikisme, semoga bermanfaat, sekian dan terimakasih.