Sejauh ini semua masih sama, tidak ada yang berubah kecuali keadaan kita.
Mungkin memang ada baiknya terjadi lebih awal, karena pada akhirnya yang tinggal akan tanggal.

Aku senang melihatmu tersenyum, mendengarmu tertawa dan tahu kalau hidupmu dipenuhi suka cita.

Seperti orang kebanyakan, sulit sekali bagiku menerima kekalahan.
Tapi setelah direnungi, apa untungnya memendam sendiri?
Sedih untuk sesuatu yang sudah terlanjur pergi, atau menangis atas apa yang hanya sempat kumiliki.

Aku tidak benar-benar menggenggammu, tidak sungguh-sungguh menjagamu.
Lantas, kenapa duka perihal kita harus hati-hati kunikmati?

Aku bisa saja merelakanmu seperti halnya kopi tumpah, sandal putus atau gorengan jatuh yang baru kumakan separuh.

Ya, harusnya semudah itu.

Tapi, apa mau dikata?
Aku menyukaimu jauh sebelum kamu mengenal dia,
Jauh sebelum dia meyakinkanmu untuk tetap di sisinya.

Kamu, potret terbaik yang terlalu sungkan kusimpan, terlalu sayang kubuang.
Terimakasih atas waktumu di hari-hari ke belakang, kuharap kamu tidak pernah bernasib malang.

Paling tidak beberapa pekan ke depan.
:')
_
***