Menjabat presidensi G20 di tengah kondisi dunia yang tak dijamin segera pulih dari disrupsi ganda yang sedang terjadi adalah beban sekaligus tanggungjawab. Karena posisi itu secara otomatis menempatkan Indonesia yang juga bertindak selaku tuan rumah pada posisi sentral dengan untuk menggalang upaya pencarian solusi secara bersama terhadap seluruh masalah yang masih dan akan terjadi. Tantangan yang secara otomatis menempatkan Indonesia pada moment tepat untuk memmpromosikan nilai serta potensi yang dimiliki.

Situasi yang juga secara langsung menempatkan Indonesia berhadapan secara langung dengan negara-negara barat dan maju dalam upaya bersama-sama mencari jalan keluar dari disrupsi ganda yang merata terjadi hampir di seluruh dunia, utamanya pada sekotr kesehatan, ekonomi, digitalisasi serta lingkungan.

Bersamaan dengan status presidensi yang dijabat, Indonesia juga harus berhadapan dengan persoalan lain lebih dahulu sebelum berhadapan dengan kekuatan utama ekonomi dunia, yakni masalah kesenjangan, yang secara spesifik akan terfokus kepada empat isu tersebut. Itu pula yang jadi alasan Indonesia memilih tema "Recover Together, recover stonger" untuk event yang pertemuan puncaknya akan berlangsung di Bali November mendatang tersebut.

Pada sisi lain, Indonesia ingin mendorong pertemuan tersebut tak cuma berakhir sekedar seremoni belaka. Seperti dikatakan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, melalui tiga agenda utama yang telah disepakati, Indonesia mengarahkan kerjasama kelompok negara maju untuk tak sekedar bicara, namun mau menciptakan hasil nyata.

Sebagai penanggungjawab sherpa track G20, Airlaggga menyebut bahwa yang menjadi harapan pemerintah pada salah satu agenda utamanya yakni reformasi arsitektur kesehatan global adalah, penyelerasan standar protokol kesehatan global. Selain juga agar terbentuk join finance and health task force. Pembentukan itu bertujuan untuk pengembangan mekanisme pembiayaan inovatif serta cepat untuk lebih siap menghadapi jika muncul lagi penyakit menular di masa depan.

"Untuk saat ini, yang diperlukan adalah terjadinya transformasi teknologi produksi vaksin yang terdistribusi secara merata ke seluruh dunia.  Apalagi Indonesia telah berkomitmen untuk memenuhi deklarasi KTT G20 Roma untuk mencapai target vaksinasi 70 persen  dari penduduk dunia pertengahan 2022 ini, kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang bertindak selaku penanggungjawab Sherpa Track G20.

Agenda kedua yang didorong Indonesia untuk  transformasi ekonomi berbasis digital adalah berupa pengembangan literasi dan keterampilan digital yang lebih inklusif dan produktif. Ibarat dua sisi mata uang, pertumbuhan cepat digitalisasi akan membantu pemulihan ekonomi satu negara, sementara di sisi lain justru  memperbesar ketimpangan di negara-ngara lain.

UNESCO mencatat baru 55% rumah tangga di dunia yang terkoneksi internet. Bahkan di negara berpendapatan rendah, persentasenya dibawah 20%. Melihat situasi itu, Presidensi G20 Indonesia berupaya mendorong peningkatan infrastruktur digital yang dapat membantu negara tertinggal seperti pemanfaatan low earth orbit satellite, serta mendorong pelatihan keterampilan dan literasi digital, seperti yang dilakukan di Indonesia melalui program Kartu Prakerja.

Agenda yang ketiga adalah mencapai kesepakatan global dalam mempercepat transisi energi yang lebih bersih dan hijau melalui perluasan akses energi yang tidak hanya adil namun juga terjangkau, baik dari sisi teknologi maupun pembiayaannya. Presidensi Indonesia akan mendorong mobilisasi dana untuk transisi energi, serta menekankan pentingnya prinsip common but differentiated responsibilities sesuai kerangka PBB.