Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RANGGA DAN DOA
Malam belumlah lagi usai, saat tubuh kurus Rangga melangkah menuju masjid. Dinginnya hembusan bayu yang ditingkahi rintik hujan, tak membuat tubuh kurusnya surut melangkah. Meski kadang terlihat jemarinya bergetar menahan dingin.

*Uhuk...uhuk...uhuk* Suara batuk Rangga memecah sepinya malam, membuat tubuh kurusnya berguncang. Penyakit tahunan yang kerap hadir bersama pergantian musim, sudah beberapa hari ini singgah ditubuhnya, membuat diafraghma Rangga sedikit sakit dan nyeri.

*
*Nyess*..udara dingin terasa menjalar ketubuhnya, saat kaki kurusnya menapaki lantai masjid yang bertilamkan marmer putih.

"Masyaallah dingin sekali pagi ini," gumamnya sambil terus melangkah menuju sisi samping masjid. Dengan perlahan ia mulai membasuh satu demi satu anggota tubuhnya dalam niat berwudhu karena Allah.

*
Tubuh Rangga larut dalam khusuk, bercengkrama dengan sang pencipta Allah Subhana wata'ala. Suaranya yang merdu melantunkan ayat demi ayat surat Ar Rahman, hingga berujung tangis tanpa isak. Saat usai salat, Rangga menengadahkan tangannya. Air mata perlahan mulai membasahi pipinya yang tirus.

"Ya Allah, hamba mohon kepada-Mu, beri hamba kesembuhan, angkat penyakit dari tubuh hamba. Jika sakit ini menjadi perantara penggugur dosa-dosa hamba, berikan hamba kekuatan untuk menjalaninya. Jika sakit ini menjadi perantara akhir hamba, jadikan akhir hamba husnul khotimah. Ya Robbi, jangan biarkan keluh hamba menjadikan tak terhapusnya dosa, jangan biarkan hamba menjadi hamba-Mu yang tak pandai bersyukur atas semua nikmat yang telah Engkau berikan. Jika hamba meminta kesembuhan, itu semata karena hamba masih mempunyai tanggungan terhadap jiwa yang Engkau amanahkan pada hamba. Ya Allah...ampuni hamba, beri maaf hamba, kasihani hamba, beri hamba kekuatan hati dan keteguhan jiwa, agar hamba bisa menjalani ujian-Mu dengan ikhlas. Ya Allah, dengarkan dan kabulkan permohonan hamba. Aamiin."

*
*Nutt...nutt...nuttt*, getar gawai disaku Rangga membuat isaknya terhenti. Disusutnya air mata yang luruh bersama doa, ditarik nafasnya perlahan, sebelum ia menjawab panggilan di gawainya.

"Assalamualaykum adikku." suara kakak perempuannya terdengar diujung sana.
"Waalaykumusallam ka."
"Gimana kabar kamu hari ini Ga?, kakak koq keingetan kamu terus."
"Alhamdulillah ka, sejak semalam perut aku bagian kanan sakit banget, terus mualnya juga masih belum hilang, mungkin dia sedang kepingin ngeledek aku kali ya ka hehehe...hehehe."

Rangga berusaha menyembunyikan sakitnya dengan bergurau, ia tidak ingin membuat Rania, kakaknya cemas.

"Ya Allah, kamu yang kuat ya dek, kakak gak bisa bantu apa-apa, kakak juga bingung harus apa," Suara Rania terdengar parau menahan tangis.
"Hei ka !!, denger ya !!, aku gak apa-apa. Aku cuma bercanda, Insyaallah aku kuat ka. Kakak doain aja, biar aku kuat dan biar aku cepet sembuh."
"Iya dek, kakak pasti doain kamu, kakak sayang sama kamu, kamu janji ya sama kakak, kalau ada apa-apa jangan diem aja, cerita."
"Iya, kakakku sayang, aku janji."

Rangga menutup pembicaraan dengan salam. Wajahnya meringis menahan nyeri yang menghebat di lambung kanannya. Dibaringkan tubuhnya dihamparan sajadah, sambil mulutnya tak henti berdoa.

*
Rangga adalah pemuda tampan. Wajahnya sekilas mirip dengan salah satu petinggi negara ini, jika kaca mata bertengger di hidungnya. Yups boleh dibilang kw-nya babang tampan Sandiaga Uno. Sejak dokter memvonis, bahwa dirinya menderita penyakit langka, yang belum ada obatnya, sejak itulah kesehatannya mulai menurun, dan tubuhnya menjadi kurus. *Mylofibrosis*, adalah penyakit yang telah membuat tubuhnya tak berdaya. Penyakit ini membuat lympanya harus bekerja sangat keras hingga membengkak dan menutupi ginjal kanannya.

*
Rangga berjalan memasuki ruang praktek dokter Riyan. Dilihatnya sahabatnya itu sedang memperhatikan hasil rontgen seseorang dengan seksama. Ya, dr. Riyan Anggoro adalah teman Rangga sewaktu di sekolah menengah atas, boleh dibilang mereka adalah sahabat dekat, teman ngumpul dan belajar bareng. Mereka berpisah ketika harus mengambil kuliah di kampus yang berbeda.

"Selamat pagi dok."

dr.Riyan mendongakan kepalanya, senyumnya mengembang saat netranya melihat tubuh Rangga yang sudah duduk dihadapannya.

"Hai Ngga, sorry aku sampe gak lihat kamu masuk."
"Santai aja Yan."
"Gimana hasil rontgen aku Yan?."

dr. Riyan menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai menjawab.

"Ga.. dari hasil rontgen yang aku baca, aku melihat adanya pembengkakan di lympa kamu, dan aku juga melihat ada masalah di hati kamu."
"Maksudnya gimana Yan?."

Riyan terdiam sejenak, dipandangi wajah sahabat karibnya itu.

"Aku tidak menyarankan kamu untuk mengangkat lympa kamu Ga, karena ini sangat beresiko, ini operasi besar, tapi pembengkakan ini sudah membuat organ ginjal kanan kamu terganggu," ujar dr. Riyan dengan wajah serius.

"Terus Yan, apa yang harus aku lakukan?," ujar Rangga, berusaha tenang, meski dadanya terasa sangat sesak dan berat.

Riyan menghampiri sahabatnya, ditariknya kursi yang ada di sudut ruangan dan duduk di sebelah Rangga. Dengan isyarat mata dimintanya suster untuk keluar dari ruangannya.

"Ga, aku tau ini sangat berat buat kamu, dan inipun sangat berat buat aku. Aku tau kamu pasti sedih dan takut. Tapi yakinlah Ga, bahwa semuanya sudah ada dalam qada dan qadar-Nya. Aku akan berusaha semampu aku. Aku ingin kamu sembuh Ga. Kamu harus optimis dan semangat."

Rangga mengangkat wajahnya, perlahan disusutnya air mata yang mulai menggenang di kelopak matanya.

"Iya Yan, insyaAllah aku akan optimis dan semangat, bantu aku ya. Aku ingin sembuh Yan."
"Pasti, aku akan berusaha semampuku Ga."
"Kalau gitu aku pamit dulu ya, istri aku udah nunggu di luar."
"Oke Ga, salam ya buat istri kamu."
"Siap, insyaallah akan aku sampaikan."

Rangga meninggalkan ruanga praktek dr. Riyan dengan lesu, sementara dr. Riyan menatapnya hingga ia menghilang di balik pintu.

*
Ratih memandangi tubuh Rangga yang sedang berdiri membelakanginya. Tubuh kurusnya terlihat berguncang. Rangga menangis. Ratih mendekap tubuh lelaki yang sangat dicintainya, tubuh yang tidak lagi seperti dulu, tubuh yang kekar yang siap melindungi dan menjaga dirinya dan kedua buah hati mereka. Tubuh itu kini kurus dan tak bertenaga.

"Mas Rangga kenapa nangis?, dokter bilang apa?," Suara lembut Ratih membuat Rangga menghentikan tangisnya.

Rangga membalikan badannya perlahan, dipeluknya tubuh Ratih dengan erat. Tubuh yang selalu setia menemaninya dalam suka dan duka. Tak ingin rasanya Rangga melepaskan dekapannya, tapi himpitan itu telah membuat lambung kanan Rangga sakit.

*awh*

"Kenapa mas ?, maaf ya, aku gak sengaja. Sakit ya?."

Rangga menganggukan kepalanya. Ratih memapah tubuh Rangga, dan mendudukannya di kursi. Wajah Rangga masih meringis menahan sakit.

"Masih sakit ya mas?."
"Sedikit."

Setelah sakitnya berkurang, Rangga mulai menceritakan pembicaraannya dengan dr. Riyan. Ratih mendengarkan dengan seksama. Ada mendung disana, ada kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. Berita itu bagaikan petir di hari terang. Dia sadar penyakit suaminya bukan penyakit ringan, ia sadar, bahwa ia harus menyiapkan mental, untuk segala kemungkinan.

*
Seorang muslim yang tertimpa suatu gangguan berupa penyakit atau yang lainnya pasti Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya." (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Semoga Rangga bisa bersabar dengan sakitnya hingga Allah gugurkan dosa yang melekat padanya. Aamiin
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
378
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.