Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
ORANG TUAMU SURGAMU
Anita bangkit dari jongkoknya, saat rungunya mendengar namanya disebut. Dicarinya sumber suara yang mirip dengan suara bapaknya.

"Pak !!, bapak !!, bapak dimana?," serunya sambil berkeliling mencari bapaknya.

Hening. Tak ada satupun jawaban yang singgah di rungunya.

"Ah, mungkin aku cuma salah denger aja," gumam Anita sambil meneruskan pekerjaannya, memotong rumput yang sudah meninggi di belakang rumah.

*
Hari menjelang maghrib, saat Anita selesai membereskan pelataran belakang rumahnya.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga."

Dikemasinya peralatan yang tadi digunakan untuk merapikan rumput dan dimasukan kedalam kotak.

*
Jarum pendek menunjuk ke angka lima, saat ia masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Sentuhan air dan wanginya aroma sabun membuat tubuh Anita menjadi lebih segar dan relaks. Disusutnya tetesan air yang masih turun satu-satu dari rambutnya yang basah.

Dilangkahkan kakinya menuju kamar putri bungsunya yang sedang belajar. Kiara, yang menyadari kehadiran mamanya langsung berteriak.

"Mah !!, tadi ada telpon dari budhe."
"Oh ya, terus budhe bilang apa?."
"Gak bilang apa-apa, cuma bilang nanti mau telpon lagi."
"Oh, yasudah kalau gitu."
"Ade, mama bisa minta tolong?."
"Apa mah?, bilang aja, Kiara siap menjalankan perintah mama."
"Masyaallah, anak mama emang top deh."
"Iyalah mah, akukan anak yang baik, cantik dan shalihah," Selorohnya sambil menjentikan jarinya dihidung seraya mengibaskan rambut.

Anita memberitahu apa yang diminta, dan Kiarapun dengan cekatan menjalankan perintah dari mamanya. Satu gelas teh manis panas dan setangkup roti berselai coklat sudah terhidang di meja makan, saat adzan maghrib berkumandang dari mushala di belakang rumah.

"Alhamdulillah."

Anita mulai menyeruput teh panas yang dihidangkan Kiara. Saat jemarinya hendak memasukan potongan roti kedua ke mulutnya, suara dering dari gawainya terdengar. Sudut matanya melihat siapa yang memanggilnya.

*Ka Dinda*

Anita menenggak minumannya, sebelum menjawab panggilan dari kakak perempuannya.

"Assalamualaykum kak."
"Waalaykumysallam. Ta, kamu lagi apa?."
"Baru buka puasa ka. Ada apa ka?. "
"Oh, ya sudah kamu buka puasa aja dulu. nanti kalau udah salat ke rumah ya, ada yang mau kakak bicarakan."
"Iya kak."

*
Anita melangkahkan kakinya memasuki rumah Dinda. Dinda adalah kakak Anita yang nomer dua. Dinda sudah menunggu dengan wajah sedikit muram.

"Ada apa kak?, kelihatannya serius bener."

Dinda menggeser duduknya, dan menyuruh Anita untuk duduk disebelahnya. Dengan suara terbata, Dinda menceritakan peristiwa yang terjadi sore ini dengan bapak mereka. Hati Anita terasa pedih, perlahan air matanya jatuh dan ia mulai menangis.

"Koq gitu sih kak ?, kenapa mereka memperlakukan bapak seperti itu?, keterlaluan banget sih."
"Kakak juga gak tau. Tapi sepertinya mereka terganggu dengan kehadiran bapak. Bapak kan sekarang sudah tua, kadang kebelakangnya sudah gak terkontrol, makanya mungkin mereka gak tahan untuk merawat bapak."
"Ya Allah, makanya tadi aku dengar suara bapak. Bapak seperti minta tolong sama aku, tapi aku gak lihat bapak. Ya Allah, ternyata itu beneran suara bapak." Tangis Anita sudah tak terbendung."
"Ya sudah, sekarang lebih baik kita jenguk bapak di rumah Kinar. Kita hibur bapak agar bapak tidak sedih."

Anita menganggukan kepalanya sambil menyusut air mata yang masih terus membasahi pipinya, isaknya masih sesekali terdengar, hatinya dipenuhi amarah, sakit yang tak berdarah. Hatinya tak bisa menerima, perlakuan yang membuat bapaknya meneteskan air mata.

*
Setelah berpamitan dengan suaminya, Anita dan Dinda menyusuri jalan setapak menuju rumah Kinar yang letaknya tak jauh dari rumah mereka. Mereka berharap cinta pertama mereka baik-baik saja.

Saat memasuki pelataran rumah Kinar yang luas. Mereka melihat seraut wajah tua sedang memandang kearah mereka. Anita menghambur kepelukan laki-laki tua yang merupakan cinta pertamanya. Direngkuhnya tubuh bapaknya dengan erat, dipandanginya wajah yang kini telah dipenuhi gurat keriput.

"Pak.. Anita sayang bapak. Bapak tinggal sama Anita aja ya."

Lelaki tua itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Bapak disini aja, inikan rumah bapak. Banyak kenangan indah bapak disini bersama mamamu. Bapak gak apa-apa nak, kamu jangan khawatir. "

Ka Dinda yang sedari tadi memandang kami, ikut menangis. Tangisnya luruh bersama hadirnya hati yang teriris.

*
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak nilai berharga yang telah dilupakan. Padahal Islam mengajarkan selalu menghormati dan mentaati orang tua.

Mertuapun orang tua kita, meski kita tidak terlahir dari rahimnya, tapi dari rahim dan kasih sayangnya, telah hadir laki-laki yang kini hadir sebagai suami dan pelindung kita.

Allah dan Rasulullah telah memberi nasihat dan ajaran tentang pentingnya berbakti kepada orang tua.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."

Semoga Allah memberikan kita hati yang bersih dan penuh kasih, menjadikan kita anak yang selalu berbakti dan menyayangi kedua orang tua dan mertua kita. Aamiin
bukhoriganAvatar border
redbaronAvatar border
redbaron dan bukhorigan memberi reputasi
2
490
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.