Hai Semua!



Jumpa lagi dengan thread@serbaserbi.com dalam segmen Book Review yang ke-4. Kali ini, buku yang mau aku review adalah buku ke-2 dari Pandava Series: Aru Shah and the Song of Death. Bagi kalian yang belum baca review buku 1-nya, Aru Shah and the End of Time, boleh dibaca sekarang, ya. Kalau kalian udah baca, baru lanjut baca review yang ini.

So, mari kita review!



Identitas Buku

Judul: Aru Shah and the Song of Death
Penulis: Roshani Choksi
Genre: Fik-Fan, Petualangan, Mitologi
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun Terbit: 2021
Halaman: 451 halaman

Sinopsis/Tulisan di Belakang Buku





Sebelumnya aku pernah bilang kalau aku sangat tertarik dengan wiracarita Hindu seperti Mahabharata dan Ramayana. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk lanjut membaca Pandava Series karya Roshani Choksi ini dengan membeli buku keduanya. Selain itu, aku juga suka dengan ide cerita yang asli milik Choksi, bukan hanya karena di sana ada bumbu Mahabharata, bukan! Namun, memang karena tulisan Choksi bagus, menarik, dan detail. Terlebih lagi ini merupakan salah satu keluaran Rick Riordan Present yang artinya, cerita Aru Shah diedit langsung oleh RR yang terkenal. Jadi itulah daya tarik kenapa aku membeli buku ini, ya, Gansis.

Pada buku pertama diceritakan bahwa Aru dan Mini harus menjalani misi wira karena Aru tidak sengaja membangunkan Sang Penidur sehingga menyebabkan Dunia Fana dan Jagat Lain diambang kiamat. Sedangkan di buku kedua, Aru dan Mini menjalankan misi untuk menemukan kembali panah Kamadewa Sang Dewa Cinta yang telah dicuri. Misi itu dijalankan agar Aru dan saudari-saudari Pandawa-nya terlepas dari tuduhan bahwa merekalah yang telah mencuri panah tersebut. Di sini Aru tak hanya berdua dengan Mini, melainkan ditambah dengan Brynne, putri Dewa Bayu atau reinkarnasi Bima dan Aiden (yang di akhir cerita, secara mengejutkan, disebutkan jika ia titisan Dropadi, istri kelima Pandawa). Btw, Aiden adalah remaja laki-laki yang imut (kata Aru).

Sama seperti di buku satu, Roshani Choksi berhasil mengaduk-aduk perasaanku lewat petualangan Aru dan kawan-kawan. Sedih disebabkan latar belakang tokoh dengan keluarga masing-masing, haru atas kekompakan dan kekeluargaan yang dicerminkan tokoh, dan kocak karena banyak humor ringan khas Choksi dan Rick Riordan (bahkan lebih banyak dari buku satu). Aku juga merasa takjub sembari memvisualkan setiap scene di benakku karena Choksi menggambarkannya sedemikian detail.

Aku gak paham, apakah imajinasiku yang terlalu jauh atau bagaimana, bahkan aku bisa membayangkan bagaimana suara setiap tokoh dan seperti apa rupa mereka. Pssst, kemampuan halu seperti ini sangat berguna bagi seorang pecinta genre fiksi fantasi sepertiku. Kemampuan itu bisa membuatku atau kamu untuk menikmati cerita agar lebih hidup dan terasa nyata. Ada yang sama dengan aku juga, ga?

Oke, balik lagi ke Aru dan kawan-kawan.

Selain ide yang menarik dan show and tell yang detail, salah satu poin penting yang kutarik dari novel ini adalah, kultur. Membaca Aru Shah and the Song of Death membuatku seakan-akan sedang belajar epos Hindu sekaligus budaya India seperti pakaian, tarian, makanan, dan tradisi. Tentu saja ini sangat menarik bukan? Gak hanya baca cuma-cuma atau sekadar pelepas lelah, tapi juga memperoleh pengetahuan baru dari apa yang belum kita ketahui.

Jadi, tunggu apa lagi? Kalau kamu tertarik, ayo segera baca bukunya! Bagus, kok. Bahkan aku kasih rate 4,8/5 untuk buku ini. Selain itu, buku ini juga cocok dibaca oleh remaja usia 12 tahun ke atas sampai orang dewasa. Jadi bolehlah kamu beliin buku ini untuk adik, sepupu, atau anak, hehe.

Sekian

Terima kasih sudah mampir

Jangan lupa cendol, rate, komen, dan share!

Dan follow Instagram diavanillakim agar kita bisa berinteraksi lebih dekat