Menurut ane psikologi di Indonesia tidak akan membaik karena aktivis psikis sangat sulit menyuarakan keresahan subjektifnya, contoh beberapa dosen yang ane temui berprofesi di bidang psikologi masih mengalami kesulitan yang berhubungan dengan birokrasi negara dan beliau bersikap mengabaikan kekuatan izin mendapatkan surat izin mengemudi, kemudian dosen lain di bidang psikologi juga bahwa beliau mengalami kesulitan dengan birokrasi pertanahan padahal birokrasi ini menjadi sangat penting untuk kebutuhan tempat tinggal. Kondisi psikologis di Indonesia tidak stabil dan aktivis psikis sering terbentur dengan bidang pembuatan undang-undang dan hukum. Ane melihat banyak teman-teman aktivis psikis hanya menyuarakan kebebasan psikisnya secara pribadi dan lebih buruk dengan menyuarakan kebebasan psikisnya hanya dengan berdiam diri, bahkan paradigma psikologi yang paling populer adalah psikologi tentang kematian yang isinya memungkinkan individu melihat kematian dari dirinya sendiri dengan kebebasan psikisnya yang terbelenggu. Ane yang menemukan proyek buku bertemakan psikologi kepribadian tak menemukan topik menarik yang bisa membantu memperbaiki kondisi psikologi Indonesia, seperti isian di dalam buku yang menunjukkan adanya pembahasan saling tumpang tindih antara psikoanalisa dan psikodinamika yang kemudan menambah pembahasan abstrak atau tidak jelas di bab behaviour dan kognitif sehingga jika ditarik kepada pembahasan untuk membentuk cabang keilmuan psikologi industri dan psikologi pendidikan di Indonesia menjadi membingungkan dan menyulitkan mahasiswa. Ane melihat konsep yang lain seperti mencari pekerjaan dengan syarat menunjukkan hasil tes psikologi yang menurut ane tidak stabil dengan keadaan wajib sekolah dua belas tahun di Indonesia yang seharusnya kondisi anak Indonesia sudah siap untuk mendapatkan pekerjaan dan kemandirian dan akhirnya pemerintah membuat undang-undang cipta kerja yang bisa digunakan untuk mendapatkan kemandirian anak-anak Indonesia bekerja sebagai wirausaha tetapi kembali kepada psikologi di Indonesia yang seharusnya mengembangkan alat tes psikologi yang cocok untuk digunakan di Indonesia. Bahasa asing masih banyak diadopsi dan dijadikan bahan di Indonesia untuk menguji psikis padahal di Indonesia sudah memiliki banyak bahasa yang rumit dan ane melihat orang dengan bahasa satu suku digunakan untuk melakukan pendekatan merekrut karyawan dan di bidang pendidikan menjadi sebuah fakta banyak anak-anak yang gagap secara bahasa dan menjadi tidak memiliki prestasi yang baik di sekolah atau perguruan tinggi.