Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

janahjoy35Avatar border
TS
janahjoy35
Jelangkung (Bongkar, rahasiamu!)


Bangunan peninggalan Belanda yang kini menjadi salah satu sekolah favorit di kota kami, menjadi saksi bisu dari sebuah eksperimen supranatural yang pernah kami lakukan. Sebuah eksperimen supranatural pertama sekaligus terakhir dalam hidup gue yang sampai sekarang masih menyisakan tanda tanya besar. Dan, cukuplah jadi tanda tanya, gue gak berminat untuk mencari jawabannya. Selamanya! Tidak akan pernah!

Jadi gini...

Sore itu hujan turun cukup deras disertai dengan angin kencang. Suasana sekolah yang sudah sepi terasa semakin mencekam. Gue bersama July, Rani, Mega dan Yessy yang terjebak hujan, akhirnya memutuskan menunggu di salah satu kelas yang kosong. Entah siapa yang merencanakan, yang jelas bukan gue. Tiba-tiba mereka sepakat untuk memainkan sebuah permainan yang saat itu happeningbanget. Jelangkung. Sebuah permainan untuk memanggil roh halus dan berkomunikasi dengan roh tersebut.

Awalnya gue gak setuju. Bukan karena gue gak percaya dengan hal-hal goib seperti roh, jin, setan dan kawan-kawannya. Justru karena gue percaya... jadi gue menolak. Gue takut. Tentu saja, gue berkelit tidak percaya, ketimbang jujur mengakui kalau gue penakut. Tapi, mereka tetap pada pendirian mereka.

Selanjutnya, Rani dan Yessy mulai menyiapkan media pemanggilan roh. Sebuah kertas folio yang sudah mereka tuliskan alfabet dan angka, tidak lupa mereka sertakan kata 'Ya' dan 'Tidak' dibagian paling bawah kertas.

"Sinih, Jo!" seru Rani yang sudah duduk bersila di lantai menghadap kertas sambil memegang koin.

"Lha, kok, Gue?" tanya gue, menunjuk diri sendiri tepat ke muka.

"Iya. Katanya... kalau orang gak percayaan ama yang begini, justru cepet tuh entar datangnya." Yessy berkata dengan tenang sambil menggiring gue untuk duduk bersila, berhadapan dengan Rani.

"Konsep dari mana begitu? yang ada tuh setan males ama gue." gue protes.

"Udeh... sinih telunjuk lo taro sini," kata Rani sambil menarik tangan gue. Memposisikan telunjuk gw di sisi koin berhadapan dengan telunjuknya. "Ikutin gue 'Jelangkung-jelangkung disini ada pesta, pesta kecil-kecilan, datang tak di jemput, pulang tak di antar'" Rani mulai membaca mantera pemanggilan roh dengan serius dan khidmat.

Yessy nyenggol tangan gue, dengan gerakan kepala dia nyuruh gue ngikutin mantra yang di lafalkan Rani. Gue melirik July yang nyengir sambil ngeliatin muka gue yang males. Gue gak perlu melirik Mega untuk mastiin apa yang dia lakukan, paling dia nyengir lebih lebar daripada July.

Dengan sangat terpaksa, gue mulai mengikuti melafalkan mantra, mengimbangi kecepatan Rani. Suara gue dan Rani mulai selaras, bersamaan. Bahkan tarikan nafas kami saja sudah sama. 1 menit, 5 menit sampai 10 menit. Dari fasih ampe belepotan bibir gue ngelafalin tuh mantra, koin yang gue pegang bersama Rani masih tetap diam gak bergerak sama sekali.

"Kok, gak bereaksi, ya?" keluh Yessy yang sedari tadi udah berlagak seolah pimpinan eksperimen super penting. Rani berhenti melafalkan mantra dan menatap Yessy dengan wajah penasaran.

"Udah ah, capek gue. Kesemutan nih tangan ama bibir gue." kata gue sambil beranjak. Gue milih duduk di samping July, yang sedari tadi tugasnya cuma nyengir-nyengir aja. Sedangkan Mega, mendadak jadi kreatif, dia menunggu sambil membuat kaligrafi di papan tulis. Keliatannya dia berbakat di situ.

"Coba ama gue," kata Yessy dengan wajah penuh keyakinan. Rani terlihat masih bersemangat, bahkan tidak sekalipun dia melepas telunjuknya dari koin yang di taro di tengah kertas.

Yessy dan Rani mulai melafalkan mantra, "Jelangkung-jelangkung disini ada pesta, pesta kecil-kecilan, datang tak di jemput, pulang tak di antar."

Tidak sampai 2 menit, setelah beberapa kali mereka melafalkan mantra, tiba-tiba wajah mereka berubah tegang, "Yess, gerak yess!" seru Rani dengan suara tertahan. Gue, July dan Mega serentak mendekat. Ternyata kami hanya pura-pura tidak perduli, nyatanya, kami yang paling penasaran.

"Siapa, nih?" Tanya Yessy entah kepada siapa. Tiba-tiba koin yang hanya di sentuh dengan telunjuk oleh Rani dan Yessy bergerak cepat. "H... E... L... L... " Yessy mengeja sesuai arahan koin.

"Hell? Neraka?" gue bergumam.

"Sssttt...!" Yessy memberi isyarat supaya gue dan yang lain diam. Koin kembali bergerak, "E... N... A! Hellena!" seru Yessy. Seolah menjawab seruan Yessy koin bergerak menuju kata 'Ya'

"Tanya apa lagi?" Tanya Yessy, matanya menatap gue dan teman-teman yang lain satu per satu.

"Hellena, kamu orang Belanda?" tiba-tiba Rani bertanya, dengan cepat koin memutar dan kembali ke kata 'Ya'

"Atuh, dari namanya aja udah jelas Hellena bukan Maemunah, udah pasti lah dia orang Belanda," gerutuku, di sambut tawa July dan Mega.

Rani, ikut nyengir menahan tawa. "Sok, atuhmau di tanya-tanya apa lagi si Hellena!" kata Rani, mempersilahkan kami semua.

"Hellena, siapa yang paling pintar di sekolah ini?" Tanya Yessy. Koin mulai bergerak cepat menunjuk huruf-huruf, "July! Dia tau lho, si July paling pinter." Yessy terlihat senang dan puas dengan jawaban Hellena yang memang benar adanya. July, siswi terpintar, juara olimpiade matematika, kimia, fisika.

Kebetulan? kayaknya bukan. Apalagi gue perhatiin, gerakan nih koin, cepet. Tanpa di lem telunjuk mereka ke atas koin, sangat gak mungkin gerakan secepat itu bisa seimbang, searah, seirama di lakukan oleh Rani dan Yessy secara bersamaan. Kecuali ada yang megang tangan mereka dan menggerakannya. Ih, sumpah gue masih merindung lho nyeritain ini.

"Hellena, July pacarnya, siapa?" tanya Rani. Tidak butuh waktu lama, koin menyusun huruf membentuk satu nama 'Aji'. Lagi-lagi bener nih si Hellena.

"Hellena, siapa cowok yang di sukai Mega?" Tanya Yessy, membuat Mega mendadak terlihat gelisah dan salah tingkah.

"Ih, apaan sih, nanyanya jangan gitu dong!" seru Mega dengan nada kesal tapi wajah sumringah. Karena itulah, Yessy dan yang lain sangat suka menggoda Mega.

"Aji! wah... Mega suka sama cowoknya si July, wkwkwkwkwk" Rani tertawa sampai bahunya bergetar seperti naik kendaraan dijalan yang terjal. Gue perhatiin, sekencang itu getaran badan Rani, telunjuknya gak lepas lho dari koin, aneh gak sih? Gue mulai melafalkan surat-surat pendek dalam hati. 3 qul, katanya ayat paling ampuh melawan jin dan kawan kawannya. 

"Ih, apaan. Bohong tuh," wajah Mega memerah seperti udang rebus. Entah malu, entah marah. Apapun suasana hatinya, dia selalu nyengir. Alhasil kami semua semakin menertawakannya.

"Udahan ah, gak seru." Mega terlihat beneran kesal dan beranjak pergi menuju pintu.

"Bentar dulu, Mega. Kita belum nanyain soal si Joy Tobing," seru Rani, membuat Mega kembali sambil cengar-cengir. Joy Tobing yang dimaksud Rani, bukan penyanyi, ya. Tapi penulis. Gue, maksudnya. Temen-temen sekolah gue emang manggil gue begitu, ya... suka-suka mereka lah yang penting mereka senang.

"Gak akan tau dia tentang gue," sergah gue. Padahal dalam hati ketar-ketir, takut sisi lain gue terungkap ke mereka.

"Hellena, menurut kamu, si Jubaedah orangnya gimana?" Tanya Rani, menyebut nama asli gue. Lama gue tunggu Rani, Yessy, Mega, termasuk July yang terlihat sangat penasaran mengeja huruf demi huruf yang di tunjuk si Hellena.

"'Gak tau' Si Hellena aja bingung ngebaca lo, Jo!" kata Yessy.

"Hellena, Jubaedah lagi suka sama siapa?" tanya Rani lagi, rupanya dia masih penasaran. Gue makin khusu melafalkan 3 qul dalam hati. Kalo sampe si Hellena bisa nebak, gue suka sama siapa, bisa berabe gue.

"'Gak tau' wah, Jo. Jurig waeampe susah nelusurin tentang, lo." seru Yessy sambil tertawa, sementara yang lain tersenyum dengan wajah kecewa.

"Udahan, yuk. Entar kita kesorean." akhirnya, si murid paling pintar mulai bosan. Dia beranjak berjalan menuju pintu.

"Hellena, udah ya. Kamu pulang." kata Rani. Koin berputar-putar cepat, akhirnya berhenti di kata 'Tidak'

"Waduh, Ran?" Yessy mulai terlihat panik. Gue yang penakut bergegas menuju July yang sudah di dekat pintu.

"Eh, jangan pergi dulu atuh kalian, ini bantuin dulu biar si Hellena mau pulang gimana?" seru Rani dengan nada panik.

"Hellena, pulang ya. Kita juga udah harus pulang sebelum kesorean," bujuk Yessy, koin berputar-putar cepat sebelum kembali menunjuk kata 'Tidak'

"Aduh... Kumaha atuh, Yessy?" Rani semakin panik.

"Emang gak bisa di lepas aja koinnya?" tanya gue, geregetan.

"Kalo bisa, udah kita lepas dari tadi, Jo." Yessy terlihat semakin panik.

"Awww!" Mega tiba-tiba berteriak sambil berhambur ke arah gue dan July. Tingkah Mega emang suka serandom itu. Kita bertiga berdempetan di dekat pintu, sementara Rani dan Yessy seperti terpatri oleh koin dan kertas yang jadi media permainan jelangkung.

"July! buka pintunya," seru Mega. Wajahnya terlihat sangat merah dengan mata berkaca-kaca.

"Dari tadi juga aku coba buka pintu, tapi kok susah ya?" kata July, membuat suasana di ruangan itu terasa semakin aneh dan menakutkan.

"Masa, sih?" gue mencoba membuka pintu. Bener, kaya di kunci dari luar.

Sementara gue dan July terus berusaha mendorong mendobrak pintu, Rani dan Yessy terus berusaha membujuk Hellena pulang yang terus di jawab 'Tidak', Mega mulai menangis. Kami semua semakin panik, takut dan putus asa. Gue rasa, inilah hari terakhir gue di dunia manusia.

Braakkk!

Tiba-tiba pintu terbuka, telunjuk Rani dan Yessy seketika terlepas dari koin. Ibu Roslina, guru bahasa inggris kami berdiri tegap. Kami menatapnya senang, haru sekaligus penuh rasa syukur. Ibu Rose superhero kami. Kami selamat.

Note:

Cerita ini tidak untuk di tiru! Asal kalian tau, selepas sore itu. Kami semua merasa di awasi, merasa di ikuti. Hampir satu minggu, tidur kami tidak pernah bisa lelap. Seolah ada sosok hitam yang selalu berdiri mengawasi, memperhatikan kami.


Diubah oleh janahjoy35 09-02-2022 04:33
bukhoriganAvatar border
robotomaxAvatar border
medh1221Avatar border
medh1221 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.7K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.