Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

marketing32Avatar border
TS
marketing32
Trauma hingga Kekerasan Fisik Bisa Pengaruhi Perkembangan Otak Anak di Kemudian Hari
Trauma hingga Kekerasan Fisik Bisa Pengaruhi Perkembangan Otak Anak di Kemudian Hari



Kepala psikiatri di Rumah Sakit Anak Texas, Profesor Bruce Perry berbagi gambar dalam sebuah makalah tentang bagaimana kekerasan fisik, pengabaian, trauma hingga pelecehan emosional saat kanak-kanak bisa mempengaruhi perkembangan kognitif anak di kemudian hari.

Dalam gambar CT scan yang dibagikan, terlihat pemindaian otak pada dua anak berusia 3 tahun.

Di sebelah kiri adalah gambar otak anak yang sehat, tumbuh dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia. Ia ukuran kepala rata-rata, memiliki struktur yang jauh lebih sedikit dan jauh lebih besar daripada yang di sebelah kanan.
  bento 4d
Sedangkan pemindaian di sebelah kanan, yang jauh lebih kecil dan memiliki struktur yang jauh lebih kabur, adalah otak anak yang telah mengalami trauma dan pengabaian emosional yang ekstrem.

"Anak ini menderita 'pengabaian kekurangan sensorik yang parah'," tulis Profesor Bruce Perry, dikutip dari NY Post.

"Otak anak ini secara signifikan lebih kecil dari rata-rata dan memiliki ventrikel yang membesar dan atrofi kortikal," tambahnya.

Artinya, anak dengan otak yang jauh lebih kecil ini akan mengalami keterlambatan perkembangan dan masalah dengan memori.

Atrofi kortikal adalah sesuatu yang lebih sering terlihat pada orang tua yang menderita penyakit Alzheimer.

Telah diketahui dengan baik bahwa kekerasan fisik dapat merusak otak anak dan menyebabkan komplikasi seumur hidup, kadang-kadang bahkan kematian.

Efek dari pelecehan emosional kurang sering dipikirkan, tetapi tidak kurang merugikan kesehatan anak. Pelecehan emosional sendiri bisa berbentuk kritikan, mempermalukan, menyalahkan, atau memanipulasi.

Perry menjelaskan bahwa anak-anak, dan orang dewasa yang telah mengalami pengabaian emosional dapat merasa sangat sulit untuk membentuk hubungan yang sehat.

Mereka mungkin berakhir dengan masalah keterikatan, di mana mereka menjadi terlalu bergantung atau bergantung pada satu orang, atau mereka mungkin berakhir terisolasi secara sosial di kemudian hari.

Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak yang mengalami tekanan emosional sejak usia muda memiliki masalah dengan emosi dan memori.

Sebuah studi tahun 2009 dari Rumah Sakit Anak Stanford misalnya, menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan stres pasca-trauma dan tingkat tinggi hormon stres kortisol lebih mungkin mengalami penurunan ukuran hippocampus, bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk memproses memori dan emosi.







sumber : suara
0
1.9K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
Kids & ParentingKASKUS Official
4.1KThread5KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.