Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Cerita Bersambung - Hujan dan Resah (Episode Terakhir)


Bagian Kedelapan - Anomali Dosa

Kejadian semalam masih belum pulih juga dari ingatan Dina. Betapa tidak, jika tak tegas menolak dan terlena sedetik saja, mungkin ia telah masuk dalam jerat imajinasi yang terpendam dalam pikiran Mr Hanks. Dina begitu sangat paham dengan karakter lelaki itu, dan semalam ia kembali berada dalam suasana yang serupa pernah terjadi beberapa tahun silam. Bersyukurlah ia selamat dari jerat itu sebab oleh kesigapannya menyikapi situasi dan sangat mengenalnya ia akan tabiat Mr Hanks. Tapi apakah kejadian itu akan bertahan? Apakah ia akan bisa menjaga kemurnian pikirannya dan kesucian dirinya selama beberapa hari ke depan? Apakah ia tetap akan menjadi seorang Dina yang kaku perihal asmara, apalagi soal-soal yang berhubungan dengan getaran tak wajar antara dua lawan jenis saat berada dalam suasana yang bisa saja memunculkan hasrat lain darinya?. Entahlah, tapi pertanyaan-pertanyaan semacam itu kini terus bersemayam dalam ruang batin Dina.
Hari kedua di Kalimantan di laluinya dengan rutinitas yang lumayan padat. Mulai dari berdialog dan menjadi pembicara dalam seminar kecil-kecilan bersama masyarakat setempat, hingga Dina harus panas-panasan ke lapangan mendampingi Mr Hanks dan rekan-rekannya mengunjungi lokasi yang bakal di jadikan tambang batubara itu. Semua itu di lalukannya demi sebuah tujuan mulia, membantu kelangsungan hidup perusahaan pak Agus, yang tidak lain adalah tumpuannya juga dalam meniti masa depan karirnya. Hari itu jadwalnya padat sekali. Istirahatnya hanya sekedar buat makan siang dan sesekali mesti meeting kecil-kecilan buat mengatur strategi diplomasinya dengan masyarkat adat setempat. Mr Hanks pun terlihat sangat lelah, maklum dari segi usia dia sudah tidak selincah dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Langkahnya mulai gontai dan air mukanya menunjukan kerutan yang sesekali nampak amat jelas.
Tanpa terasa haripun telah petang dan schedule untuk hari pertama itu di laluinya dengan sangat berat. Belum ada titik temu yang baik antara pihak perusahaan dan tokoh masyarakat soal pembayaran kompensasi atas lahan-lahan mereka yang nantinya akan dijadikan tambang batubara itu . Semua tawaran yang di ajukan oleh Dina dan Mr Hanks belum begitu mengena di hati masyarakat setempat. Mereka masih saja ngotot untuk membanderol angka fantastis atas lahan-lahan itu. Mr Hanks memutuskan untuk mengakhiri itu dan mengajak Dina dan seluruh staf untuk kembali dulu istirahat dan akan di lanjutkan keesokan harinya lagi.
Hari kedua dan ketiga di Kalimantan di lalui Dina dan Mr Hanks dengan lancar. Semua proses negosiasi dengan pihak masyarakat berjalan seperti yang diinginkan. Nampaknya masyarakat sudah bisa menerima dan menyepakati besaran nilai ganti rugi untuk pembebasan lahan. Waktu serasa sangat lama bagi Dina, tapi tidak demikian dengan Mr Hanks yang memang telah menaruh hati cukup lama terhadap Dina. Hari-hari di lewati keduanya dengan dingin, tanpa sebarang percakapan yang sifatnya basa-basi, hanya sebatas profesionalitas kerja saja. Tiap kali Mr. Hanks mencoba membuka percakapan dengan maksud berbasa-basi, alih-alih di tanggapi, Dina malah sibuk dan makin fokus dengan kerjaannya. Mr Hanks memang sedikit risih, agak kurang nyaman dengan perangai Dina yang kurang asyik itu. Kendati begitu, dia masih segan dan enggan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya memaksa. Dia juga respek terhadap kinerja dan profesionalitas Dina terhadap apa yang di kerjakannya. Wanita ini sangat disiplin, teliti dan ulet dan bekerja. Seperti tak ada kata lelah baginya.
Tak terasa, nampaknya waktu telah memasuki hari ketujuh, artinya waktu yang disepakati selama seminggu akan berakhir esok. Tidak ada lagi yang urgen untuk di kerjakan, kecuali satu dua hal seperti melengkapi dokumen dan satu dua hal lain yang sifatnya receh. Bagian ini di kerjakan dengan sangat cepat oleh Dina.
Malam itu adalah malam terakhir Dina dan Mr Hanks di Kalimantan. Sebagai bentuk terima kasih dan selebrasi atas keberhasilan menyelesaikan projek di Kalimantan, Mr. Hanks bermaksud mengajak Dina dan seluruh staf untuk makan malam bersama di sebuah restoran yang sudah di tentukannya. Dina nampak menyanggupi, lagipula ini kan malam terakhir, sekali ini dia turuti juga permintaan Mr Hanks itu. Dan juga, itu adalah salah satu buah dari kerja kerasnya juga.
Pukul 20.00 malam Dina telah siap dengan setelan jas dan rok warna abu-abunya. Wajahnya begitu berseri-seri dengan balutan bedan tipis dan sedikit blash on, melambangkan ciri khas wanita simpel dan bersahaja, namun keanggunannya lekat dan terpancar nyata. Sambil menggumamkan senandung kecil dia berlalu hendak keluar dari kamarnya dan menuju ground floor untuk kemudian menunggu Mr Hanks dan seluruh rombongannya untuk sama-sama makan malam di restoran yang sudah di tentukan.
Sekira 30 menit kemudian, Mr. Hanks dan rombongan staf muncul. Mereka pun segera menuju sebuah bis besar yang sudah terparkir di halaman hotel. Nampaknya itu adalah bis yang sengaja di sediakan hotel untuk keperluan para tamunya. Berangkatlah mereka ke restoran untuk sebuah makan malam yang merupakan hadiah dari Mr Hanks itu.
Makan malam berlangsung sangat ceria. Tak seperti biasanya entah mengapa malam itu Dina terlihat sangat membuka diri untuk percakapan bahkan yang selama ini dianggapnya tidak penting. Dengan Mr Hanks pun ia terlihat sesekali melempar candaan dan senyuman tipis. Entah mengapa perubahan begitu nyata malam itu dari diri Dina.
Melihat suasana itu Mr Hanks bagai ketiban durian runtuh, sang pujaan hatinya kini tertawa lepas. Rasa canggung dan tegang selama ini tak lagi terlihat dari raut wajah sang bidadari hatinya. Kadang Ia senyum-senyum sendiri melihat tingkah pola Dina itu. Dalam hati ia bergumam" andai saja kau mau menerimaku sebagai suami, alangkah bahagianya hidupku, Din".
Gumaman Mr Hanks di kejutkan oleh sorak sorai rombongan staf yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Astaga, sungguh terperajat Mr. Hanks menyaksikan kejadian yang tak di duganya itu. Dia bahkan sampai tak ingat kalau hari itu adalah hari ulang tahunnya. Dina menyodorkan sebuah kue tart besar yang berisi lilin bertuliskan angka 57, dan Mr. Hanks segera meniupnya.
"Selamat ulang tahun, pak" seru rombongan staf kompak.
"Selamat ulang tahun, pak Hanks" sahut Dina pula.
"Terima kasih. Terima kasih semuanya. Aku bahkan gak nyangka loh bakal ada surprise gini. Sekali lagi makasih" Mr Hanks menyahuti dengan wajah terharu.
"Sebagai ucapan terima kasihku pada kalian semua, terkhusus buat Dina, malam ini aku ajak kalian untuk karaoke bareng. Gak boleh nolak yaa" sambung Mr Hanks sambil menoleh ke arah Dina dengan gelagat setengah memohon.
"Horee...Nyanyi kita" serempak rombongan staf berteriak girang. Dina hanya mengangguk saja tanda mengiyakan ajakan itu.
Makan malam telah usai, kini Dina, Mr Hanks dan rombongan staf menuju tempat rumah bernyanyi untuk menunaikan janji Mr. Hanks merayakan keberhasilan projek mereka. Meriah sekali suasana malam itu, dan keceriaan nampak pula dari raut wajah Dina. Sepertinya ia mulai menikmati suasana itu. Tak ada lagi kegundahan atau kecanggungan seperti biasanya.
Tak terasa malam sudah semakin larut. Jarum jam menunjukan pukul 23.00, dan Dina memberi isyarat kepada Mr. Hanks kalau ia ingin segera kembali ke hotel untuk istirahat. Mr. Hanks mengiyakan dan segera mengajak rombongan staf untuk bersiap-siap kembali ke hotel.
Pukul 23.35, begitu waktu yang di tunjukkan oleh layar kaca smarphone Dina saat ia dan seluruh rombongan tiba di hotel. Dina segera beranjak dan kelihatannya ia tergesa-gesa sekali menuju kamarnya. Tanpa mengunci pintu ia segera mengganti pakainnya dan hanya dengan memakai handuk ia menuju kamar mandi. Kepalanya dari tadi serasa pusing sekali. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat dengan minuman bersoda yang di tawarkan Mr. Hanks di tempat karaoke tadi. Ia merasa sangat mual, kepalnya mulai terasa sangat berat, penglihatannya mulai samar dan akhirnya ia ambruk tepat di depan pintu kamar mandi.
Sekira beberapa menit kemudian, terdengar derap langkah seseorang, yang tidak lain adalah Mr. Hanks, menuju kamar Dina dan membuka pintunya. Pintu nampaknya tidak terkunci dan dengan mudah Mr. Hanks kini telah berada di dalam kamar Dina.
Nampaknya ia memang telah merencanakan ini dengan matang. Serbuk yang diteteskannya ke dalam gelas minuman Dina saat sedang di tempat karaoke tadi telah bekerja dengan baik. Sungguh inilah waktu yang di nanti-nantikannya sejak lama, menyaksikan sesosok wanita yang kini terbaring tak sadarkan diri di depan matanya, tergeletak begitu saja.
Mr Hanks segera menggendong tubuh Dina dan memindahkannya ke atas ranjangnya. Sehelai handuk yang dikenakan Dina tadi tak terlalu erat menutupi tubuhnya dan sesaat kemudian tersingkap. Mr Hanks kini menyaksikan pemandangan yang luar biasa membuatnya takjub. Darahnya mendidih, nafasnya memburu tak beraturan, gairah kelelakiannya meronta-ronta tak karuan.
Di amatinya perlahan-lahan sekujur tubuh itu, tak di lewatkannya sedikitpun. Kini wanita yang di idam-idamkan itu telah tak berdaya, hanya terbaring tak sadarkan diri akibat perbuatan biadab Mr Hanks yang mencampurkan obat tidur pada minumannya tadi, sewaktu acara karaokean itu.
Perlahan Mr. Hanks mendekati tubuh terkulai di atas ranjang itu. Di belainya mulai dari rambut, di ciumnya helai demi helai rambut itu. Nafas lelaki paruh baya yang genap berusia 57 tahun itu semakin tak beraturan, menikmati sensasi yang luar biasa dan tak pernah di rasakan sebelumnya. Kulit putih nan bersih mulus itu seakan semakin bersinar mempesona, mengalahkan cahaya lampu yang tergantung di langit-langit kamar hotel itu. Sungguh sebuah keberuntungan yang tak terkira, gumam Mr Hanks dalam hati.
Setelah puas mencumbui rambut Dina, Mr. Hanks lalu mengalihkan pandangannya pada sepasang menonjol di dada wanita bertubuh jenjang itu. Kenyal dan melekat kokoh, tak ada tandingannya. Belum pernah ia menyaksikan keindahan dua gunung kembar semacam itu. Meskin ia adalah tipe laki-laki yang sudah acap kali gonta-ganti pasangan, tapi yang di lihatnya kali ini betul-betul beda. Perlahan-lahan tangannya mulai meraba dan mengelus-elus dengan lembut buah kembar itu. Dijilatnya, diusapnya lalu di jilatnya lagi. Begitu lama kejadian itu berlangsung hingga tiba-tiba sebuah hentakan keras membuat tubuh Mr Hanks terpental menjauh.
Dina siuman dan sejurus kemudian ia mengambil sehelai handuk yang tadk ia pakai untuk kembali menutupi dirinya. Ia tersadar lelaki biadab itu telah masuk ke dalam kamarnya dan hampir menggagahinya jika saja ia tidak segera terbangun dari tidur akibat pengaruh obat itu.
"Ngapain kamu di sini" bentak Dina dengan suara sangat lantang, menandakan amarah yang memuncak.
"Din, Dina. Aku bisa jelaskan. Ini kesalahpahaman" Mr Hanks mencoba menenangkan.
"Tidak. Kau tidak perlu mengatakan apa-apa. Jadi ini niat busukmu selama ini?". Kamu jahat Hanks, kamu tega memanfaatkan keadaan pak Agus untuk memenuhi hasrat biadab mu itu" Dina makin menjadi-jadi.
" Ayolah Din. Kamu gak usah munafik. Kita sama-sama manusia dewasa yang menginginkan kehangatan"
"Apa kamu bilang?, Jahanam kamu Hanks"
"Din, kamu gak usah munafik deh"
"Aku gak menginginkan ini sama sekali Hanks. Ketahuilah aku jijik"
"Kenapa. Kenapa Din. Apa yang membuatmu begitu naif?"
"Aku tak seperti yang kamu pikirkan Hanks. Aku bukan wanita yang gampangan"
"Oke. Oke. Sekarang aku ingin semuanya kita mudahkan saja. Ayo kita selesaikan ini. Sudah kepalang tanggung. Lagipula, kejadian seperti ini biasa. Di sini hanya kita berdua, tak ada yang tahu. Besok semua akan kembali normal"
"Biadab. Keluar dari kamarku sekarang juga. Kalau tidak aku yang bakal keluar dari hotel ini, malam ini juga"
"Its okay, Din. Don't worry. Jangan kayak gitu lah"
"Aku bilang sekali lagi sebelum kesabaranku habis, tuan Hanks, silahkan keluar dari kamarku sekarang"
" Ayolah, Din. Ini tidak akan lama"
" Aku akan menelpon pak Agus sekarang juga"
"Gak, jangan Din. Oke aku keluar sekarang".
"Kalau kamu keluar sekarang, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menyimpan rahasia kejadian ini dan tidak akan menceritakannya kepada siapa pun termasuk pak Agus. Tapi jika tidak...."
Belum sempat Dina melanjutkan pembicaraannya, dengan sigap Mr. Hanks sudah memeluknya dan berusaha sekuat tenaga untuk menindihnya. Dina seketika telah jatuh tersungkur ke lantai karpet hotel itu. Pergulatan itu berlangsung lama, Mr Hanks dengan kasarnya memeluk dan meremas bokong dan payudara Dina yang kini mulai kelihatan kehabisan tenaga.
Karena ketidakseimbangan tenaga ditambah lagi nafsu birahi Mr Hanks yang sudah semakin menggila itu akhirnya Dina menyerah juga. Kini gerakannya semakin lunglai dan akhirnya ia tak bisa berbuat apa-apa lagi dan membiarkan Mr Hanks yang makin leluasa menggerayanginya. Matanya kini basah mengalirkan kesedihan yang amat. Mengapa ini terjadi padanya. Mengapa ia yang harus menanggung semua ini. Mengapa ia harus kehilangan kehormatannya di tangan laki-laki bejat macam Mr. Hanks. Ah, sungguh malang nasibku, gumamnya dalam hati. Kini ia pasrahkan takdirnya pada keadaan, yang mana ia tak pernah sama sekali mengharapkannya. Semua berlangsung begitu saja, hingga erangan keras terdengar dari mulit Dina merasakan kesakitan yang luar biasa akibat sobekan selaput darah kehormatannya yang kini telah di rusak oleh lelaki yang tak diinginkannya sama sekali.
Habis sudah semuanya, tak ada yang patut di banggakan lagi. Kehormatan Dina satu-satunya kini telah terenggut. Ia terbaring saja saat melihat Mr. Hanks beranjak keluar dari kamar itu. Di ikutinya lelaki itu dengan sudut mata nanar dan tatapan penuh kemarahan. Namun ia tak berdaya, ia hanyalah seorang wanita lemah yang tak akan ada yang diharapkan untuk membelanya. Semua telah terjadi dan yang ada tinggalah air mata penyesalan yang amat mendalam.
Malam yang berat itu di lalui Dina dengan tangisan hingga fajar menjelang. Tak bisa sedikitpun ia pejamkan mata sembabnya itu hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan tertidur di kursi kamarnya.
Layar Smartphone telah menunjukkan pukul 07.00 pagi saat Dina tersentak tiba-tiba. Dengan agak gontai dan menahan perih pada bagian kewanitaannya akibat kejadian semalam, ia berjalan pelan menuju kamar mandi. Ia bersihkan seluruh tubuhnya berkali-kali, kotor dan hina sekali rasanya kini. Wanita macam apa aku ini, sama sekali tak berharga. Merelakan tubuh ku di gerayangi oleh lelaki macam Hanks, sungguh terkutuk. Apa bedanya aku dengan seorang wanita penghibur. Demikian pikiran-pikiran itu terus-menerus menghantui otaknya.
Hari terakhir di Kalimantan di lewati Dina dengan perasaan yang porak-poranda. Betapa tidak, kejadian semalam bersama Mr Hanks bakal menjadi kado pahit seumur hidupnya. Dia tidak saja kehilangan harga diri dan kehormatan yang telah dengan teguh di jaganya selama ini, tetapi ia juga merasa sudah tak berguna lagi sebagai manusia. Ia putus asa dan merasakan kejatuhan yang amat hina.
Pesawat yang di tumpangi rombongan itu mendarat dengan mulus di Bandara Soekarno-Hatta, menandakan Dina telah tiba di Jakarta. Bagai mayat hidup ia kaku melangkahkan kakinya berjalan saat pintu pesawat di buka dan para penumpang di persilahkan turun oleh pramugari. Tanpa tedeng aling-aling Dina melangkahkan kaki menuju pintu keluar untuk segera memesan taksi yang melaju, mengantarkannya ke rumah kontrakannya.
Telah sebulan sudah peristiwa bersama Mr. Hanks berlalu. Perusahaan tempat Dina bekerja kembali pulih sedikit demi sedikit. Dalam hati Dina sebenarnya merasa lega. Meski dia harus mengorbankan hal paling berharga dalam dirinya untuk menyelamatkan perusahaan itu, namun ia juga senang melihat rekan-rekan karyawannya kembali tersenyum. Pak Agus pun nampak makin bersemangat dan tak terlihat gundah lagi. Semua tampak bahagia, seperti tak pernah terjadi sesuatu. Tapi bagaimana dengan Dina? Akankah ia merasakan hal yang sama setelah kejadian dahsyat itu? Akankah rahasia itu ia simpan selamanya? Adakah ia merasa dendam dengan Mr Hanks?. Entahlah, biarlah hujan yang turun di balik jendela itu yang akan menjawab resah yang kini ia kubur sedalam-dalamnya.

===)Selesai
Diubah oleh albyabby91 11-02-2022 16:28
marwangroove920Avatar border
spay21Avatar border
gramediapubl701Avatar border
gramediapubl701 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
4.7K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.