Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Cerita Bersambung - Hujan dan Resah (Lanjutan Part 4)
Cerita Bersambung - Hujan dan Resah (Lanjutan Part 4)

Bagian Kelima - Pertemuan Terpaksa

Hari telah berlalu dan malampun mengganti terang dengan temaram yang indah. Cuaca begitu memahami suasana hati Dina yang kini tak lagi segalau biasanya. Kelap-kelip bintang seolah bersiul-siul menggumamkan lagu-lagu syahdu nan melow. Suasana itu seolah menambah kegairahan, menatap masa depan yang nampaknya bakal cemerlang hari-hari selanjutnya.
Malam itu Dina hanya mengenakan daster simpel, berbedak tipis seperti biasanya dan asyik bermalas-malas di atas sofa sambil menscroll Instagramnya yang nampaknya sudah penuh dengan DM-DM misterius dari para lelaki yang mengaku penggemar beratnya. Di bacanya satu per satu chat itu. Sesekali wajahnya menampakkan senyum geli kala membaca chat yang nyeletuk bahkan sok puitis. Lucu dirasanya ketika para pujangga dadakan itu menuangkan ekspresi kekagumannya pada Dini. Bahkan tak jarang ada menawari dan mengiming-iminginya hadiah yang muluk-muluk demi sekedar diterima ajakan nonton atau makan malamnya. Sungguh membuat Dina senyum-senyum sendiri.
Dina memang sosok wanita karir yang sedikit kaku dalam hal asmara. Jangankan menerima ajakan kencan, mendengar kata "sayang" saja rasanya seperti sebuah alergi yang patut ia jauhi. Ia sangat teguh mengejar cita-citanya. Ia wanita pekerja keras yang hampir tidak punya waktu untuk meladeni hal-hal receh macam ajakan jalan-jalan atau nonton meski di hari libur akhir pekan sekalipun. Semua hidupnya seolah ia dedikasikan untuk karir saja. Maklum semenjak kedua orang tuanya meninggal, dia menjelma menjadi tipe manusia introvert yang menutup diri dari pergaulan khalayak ramai. Rutinitasnya hanya dia isi dengan kerja dan sesekali beryoga di rumah kontrakannya. Jika tak ada hal penting yang patut dikerjakan, ia memilih untuk mendengarkan podcast, musik atau membaca buku atau novel-novel bergenre Sci-Fi yang tentunya jauh dari hal-hal berbau percintaan. Begitulah Dina, seorang wanita entah tipe yang langka secara natural atau mungkin sebab keadaan yang mengasahnya menjadi seperti itu.
Jam telah menunjukan pukul 8 malam tapi belum juga ada kabar dari pak Agus soal rencana pertemuan dengan Mr Hanks besok. Dina memutuskan untuk memesan makan malam dulu lewat aplikasi grab di smartphonenya. Sambil sesekali mengajak kucing kesayangannya bermain-main.
Tak berapa lama, Handphone Dina berbunyi tanda panggilan masuk. Nama pak Agus terpampang di layar dan segera Dina mengangkatnya.
"Halo pak, kirain udah gak nelpon tadi" Dina membuka percakapan
"Hai Din, maaf tadi anak bapak agak sedikit ribet. Maklumlah anak kecil yang jarang ketemu bapaknya sekali ketemu bawaannya manja banget" sahut pak Agus menjawab.
"Oh sorry pak. Keluarga emang penting. Kan udah di rumah. Tentu waktu buat anak dan istri kan?" Dina mencoba berdiplomasi.
"Gak kok Din. Maaf juga udah nunggu lama. Gini Din, tadi waktu habis maghrib Mr. Hanks nelpon. Katanya dia ada jadwal meeting besok. Kayaknya gak bisa ketemu dulu. Tapi dia udah kasih waktu sabtu ketemu di salah satu kafe di Jakarta Selatan. Di sana kita bisa ngobrol. Katanya bertiga saja. Aku, Dina dan dia"
"Gimana kamu bisa hari itu?"
"Aku ngikut aja pak. Asal di fix kan dulu waktunya"
"Udah kok. Udah pasti Sabtu malam. Tinggal tunggu WA buat tempatnya di mana. Yang pasti kita udah fix ketemuan di hari sabtu sama dia".
"Yaudah kalau gitu pak. Bapak lanjut lagi. Sampai ketemu di kantor besok" Dina menutup.
Dina kembali mengecek aplikasi grab nya dan ternyata makanan yang ia pesan telah tiba. Dina segera menemui kurir di depan pagar rumah kontrakannya untuk mengambil pesanan itu. Makan malam pun siap dan Dina segera melahapnya.
Cerita Bersambung - Hujan dan Resah (Lanjutan Part 4)
Hari sabtu yang di janjikan itu telah tiba. Mr Hanks telah lebih dulu menunggu di sebuah kafe tempat mereka mengatur pertemuan berlangsung. Dina dan Pak Agus bersama menuju ke sana dan sekira setengah jam tibalah mereka di kafe itu.
Malam itu Dina kelihatan lebih anggun dengan balutan pakaian casual, kaos oblong yang di bungkus dengan sweater ala kekinian dan celana jeans warna hitam, sungguh penampilan yang sangat berbeda. Yang mencolok malam itu adalah aroma parfum yang di pakainya. Itu adalah salah satu parfum termahal yang di beli Dina. Belum pernah sebelumnya dia membeli parfum semahal itu. Namun malam ini entah mengapa tetiba saja Dina seakan menegaskan keanggunan parasnya dengan lugas.
Pertemuan itupun akhirnya berlangsung juga. Mr Hanks yang sudah duluan tiba segera berdiri menyambut Dina dan pak Agus yang menghampiri. Dengan melempar senyum ia menyalami keduanya dan mulai menyapa.
"Selamat malam pak Agus, Dina. Mari silahkan duduk. Saya tuan rumah malam ini" celoteh Mr Hanks dengan ramah. Bahasa Indonesianya cukup fasih, hanya saja masih dialek Eropa. Maklum bule tajir ini asli Jerman yang lumayan lama tinggal di Indonesia sebab bisnis-bisnisnya yang terbilang mentereng.
"Malam pak Hanks. Udah lama?" tanya pak Agus menimpali. Dina hanya tersenyum tipis namun belum juga mengeluarkan sepatah kata pun.
"Lumayan. Sekitar 30 menit yang lalu. Aku tahu jalanan pasti macet kan?. Jadi its okay, never mind" seloroh Mr Hanks sekenanya.
"Kamu berdua mau pesan apa, ayo silahkan ini daftar menu nya" Mr Hanks menyodorkan buku besar berisi macam-macam hidangan yang tersedia di kedai itu.
"Gak usah repot pak. Kami udah makan tadi. Minum aja kayaknya" kali ini Dina yang menimpali sambil mengerlingkan mata ke arah pak Agus memberi sinyal bahwa ia tak ingin pertemuan itu berlangsung lama.
"Oh iya baiklah. Mau minum apa. Silahkan di pilih dulu" Mr Hanks berdiplomasi.
"Aku kopi hitam aja. Gak pake susu" sahut pak Agus.
"Kamu Dina?" tanya Mr Hanks lagi.
" Aku teh hangat manis aja pak Hanks" jawab Dina sekenanya.
Mr Hanks lalu memberi kode kepada waitress agar segera menuju ke meja mereka dan mencatat pesanan lalu sejurus kemudian menuju tempat pengambilan pesanan.
Tak berapa lama segelas kopi hitam dan segelas teh manis tiba dan di letakkan masing-masing tepat di depan Dina dan pak Agus. Percakapan pun di buka oleh Mr Hanks.
"Gus, aku tahu perusahaanmu saat ini sedang sekarat. Keadaan memang sedang tidak baik. Di tambah lagi sekarang masih dalam suasana pandemi. Jadi aku bersimpati untuk membantumu, lebih tepatnya kita saling membantu" jelas Mr Hanks.
"Yaa begitulah pak Hanks, kami memang sedang tidak dalam kondisi ideal. Bisa saja saya menjual aset jika bapak tidak menawarkan ini. Saya menghargai dan amat berterima kasih" jawab pak Agus sambil sedikit menghela napas panjang.
" Ya, ya aku mengerti Agus. Sudah saatnya saling bantu. Aku dan kamu, kita kan sudah saling kenal" sahut Mr Hanks sambil mengambil sebatang cerutu. Di sulutnya lalu di hisapnya satu dua kali hingga asapnya mengepul. Lalu ia menyambung lagi.
"Jadi gini Gus. Aku ada projek penambangan batubara di Kalimantan. Semua udah ready tinggal ada satu dua hal yang mesti saya beresin dulu. Salah satunya soal kesepakatan dengan tokoh adat di sana. Mereka keberatan dengan rencana ini dan minta kompensasi. Cuman jumlahnya gak masuk akal. Jadi aku butuh Dina buat bantuin aku handle ini. Gak usah khawatir, staf ku bakal bantuin dia. Lagian cuma sebulan kok" Jelas Mr Hanks panjang lebar.
"Iya pak Hanks. Aku udah bicarakan ini dengan Dina dan dia menyanggupi" pak Agus menyahuti sambil menatap ke arah Dina. Dia memberi isyarat persetujuan dengan mengangguk.
"Jadi kapan rencananya pak Hanks?" pak Agus menambahkan.
"Seminggu lagi. Minggu depan kita ke sana. Udah saya urus semuanya. Tinggal soal hari pastinya kapan aku lagi nunggu anggota yang di sana ngabarin" sahut Mr Hanks.
"Aku dan Dina mungkin berangkat lebih awal. Karena kita harus atur waktu pertemuan dulu dengan para tokoh adat itu. Jadi mungkin 3 atau 4 hari kedepan lagi" lanjut Mr Hanks.
"Gimana Din?" tanya pak Agus sambil menoleh ke arah Dina.
"Aku gimana pak Hanks aja pak" jawab Dina singkat.
"Oke kalau gitu kita udah fix yaa. Besok aku suruh stafku buat booking tiket pesawat buat dua orang" lanjut pak Hanks lagi.
"Baik pak Hanks. Tolong infokan lagi tanggal pastinya. Saya juga akan cari orang yang gantiin Dina dulu selama di sana. Satu dua hari kedepan Dina masih akan berkantor. Banyak yang masih perlu di beresin dulu" pak Agus menimpali.
"Baiklah Agus. Akan kukabari" Sambung Mr Hanks.
Percakapan itu menghasilkan kata sepakat dan hampir pasti Dina dan Mr Hanks akan berangkat ke Kalimantan beberapa hari lagi ke depan. Obrolan berlanjut dengan basa-basi ringan yang ngalor-ngidul sekedar menghabiskan waktu. Sesekali Dina terlibat dengan menjawab pertanyaan dua lelaki paruh baya itu sekenanya. Selebihnya hanya pak Agus dan Mr Hanks yang asyik bercengkerama. Dina hanya memainkan Smartphonenya, entah apa yang di utak-atik dan di scroll itu. "Just killing the moment" istilah kerennya.
Tak terasa jam telah menunjukan 21.45, tanda pertemuan harus diakhiri. Pak Agus paham kalau Dina tidak pernah tidur diatas jam 22.00 malam. Dia segera pamit kepada Mr Hanks yang mengantar mereka hingga ke parkiran tempat mobil pak Agus tersimpan.
Selang beberapa saat, mobil pak Agus melaju menuju rumah kontrakan Dina. Jalan malam itu mulai sepi menandakan waktu istirahat telah tiba, tak ada lagi aktivitas yang menyebabkan penumpukan kendaraan di jalan raya.
Tak terasa mobil pun telah berhenti tepat di depan pintu pagar rumah kontrakan Dina. Ia segera pamit dan turun dari mobil pak Agus. Di lambaikannya tangannya dan kemudian berjalan masuk ke dalam rumah kontrakan bercat warna biru tua itu.
Dina segera mencuci muka nya, membersihkan sisa-sisa debu yang menempel di badannya. Lalu rebahlah ia di atas ranjang empuk nya sambil menghela napas panjang. Di bayangkannya lagi tingkah pola Mr Hanks saat di kafe tadi. Matanya tak henti-hentinya memperhatikannya, walau bibirnya bercengkerama dengan pak Agus. Tatapannya membuat Dina agak risih, maklum lelaki itu memang begitu mengidam-idamkan sosok Dina yang anggun mempesona. Teringat lagi ia akan kejadian-kejadian sebelumnya. Pernah beberapa kali saat mereka berdua mengerjakan projek dan momen itu hanya mereka berdua saja, Mr Hanks menunjukan sikap tidak senonoh dengan berusaha meremas payudara Dina, bahkan sekali berpura-pura minta tolong di bawakan sesuatu ke dalam ruangannya dan kala itu Mr Hanks meraba bokongnya. Bergetar lagi darah Dina jika mengingat itu. Tapi, ah sudahlah. Itu kan dulu, semoga sekarang kejadian serupa tidak terulang lagi. Toh ini tugas mulia, demi perusahaan yang sudah membesarkan dirinya dan memberinya karir yang cemerlang.
Tak terasa kedua kelopak mata Dinda mengatup. Ia merasakan kantuk yang luar biasa, lalu tenggelamlah ia dalam mimpi. Mimpi tentang masa depannya dan masa depan karir nya di perusahaan pak Agus kelak.

===) Bersambung...
Diubah oleh albyabby91 11-02-2022 16:23
marwangroove920Avatar border
sukhhoiAvatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
6.5K
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.