albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Cerita Bersambung - Hujan dan Resah (Lanjutan Part 3)


Bagian Keempat - Keputusan Besar

Genap sudah dua hari waktu healing yang diberikan buat Dian. Tibalah waktunya ia harus mengambil sebuah keputusan besar dalam sejarah hidupnya, pun sejarah karirnya. Keputusan yang akan merubah dua sisi, kelangsungan hidup perusahaan tempat ia bekerja dan juga kehidupan pribadinya nanti. Apa yang bakal terjadi? apakah semua akan baik-baik saja setelah semuanya kembali normal. Bayangan-bayangan itu telah menjadi kegelisahannya dua hari ini. Kegelisahan yang membuatnya kuat dan harus bijak memikirkan segala kemungkinan secara dewasa, menanggalkan emosi dan ego pribadinya. Ya, dia memang harus segera dewasa dalam arti yang sesungguhnya.
Dalam kelumitan pikiran yang hinggap dan hilir-mudik di dalam kepalanya, teringat lagi ia akan kehidupannya dulu di desa jauh sebelum kecemerlangan karir dan hiruk pikuk kota metropolitan yang ia rasakan saat ini. Dina yang dulu hanyalah seorang gadis desa yang sederhana, meramu asa yang tak mudah dan tak pernah berpikir semua kenikmatan hidup yang di laluinya sekarang adalah fakta dan realita. Bukan lagi impian nun jauh di sana, di cakrawala tak tergapai.
Teringat lagi ia, beta tak terhingganya jasa pak Agus yang "memungutnya" dan menemukan potensi yang Dina miliki saat keluarganya berlibur di desa saat Dina hampir putus asa dan hendak di jodohkan waktu itu dengan seorang kepala desa, sebagai bini keduanya. Fakta-fakta itu menjadi bahan yang dia timbang berat-ringannya, baik buruknya dan jasa-jasa itu tidak akan terhapus dalam ingatan Dina.
Dalam kediaman sendiri selama dua hari ini, semua sudah ia putuskan dengan matang. Sudah ia simpulkan pilihan terbaiknya dan ia pun telah sedia menyampaikan kabar itu kepada pak Agus.
Waktu baru menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Dina telah selesai dengan dandanannya yang khas. Sedikit gincu merah jambu dan bedak tipis saja yang meronakan wajahnya yang oval itu. Ia memang simbol kecantikan dari dalam yang tidak dimiliki oleh setiap wanita. Adalah suatu keniscayaan jika setiap lelaki yang menatap wajah anggun itu akan tertambat hatinya, akan gundah mimpi-mimpinya.
Dering Handphone yang tergeletak diatas meja itu mengagetkan Dina seketika. Nampak di layar itu nama pak Agus terpampang. Rupanya sang bos seperti ada chemistry dan tiba-tiba saja ia menelpon Dina dengan cepat.
"Halo. Selamat pagi Din. Gimana kabarmu?. Udah membaik ?" sapa pak Agus memulai.
"Pagi Pak. Udah lumayan. Kan istirahatnya cukup panjang juga. Dua hari loh saya gak berkantor pak" sahut Dina yang sedikit dibarengi tawa kecil.
"Jadi gini Din. Hari ini saya ada meeting dengan klien baru kita sampai jam makan siang. Kuharap kau datang ke kantor dan menyiapkan berkas-berkas yang saya perlukan sebelum jam 8 pagi ini. Bisa?"
"Oh iya pak. Kebetulan ini udah siap-siap mau ke kantor pak"
"Kalau gitu kamu langsung aja. Ntar aku temuin di kantor. Langsung aja ke ruanganku kalau berkasnya udah siap" sambung pak Agus sambil menutup teleponnya.
Selintas kemudian Dina sudah berada di dalam taksi yang mengantarkannya menuju kantor. Ia kelihatan bersemangat sekali pagi ini dan raut wajahnya sudah tak terbebani lagi nampaknya.
Sesampai di kantor Dina segera menyiapkan segala keperluan pak Agus, mulai dari soft file hingga dokumen-dokumen penting yang harus di bawa pak Agus untuk meeting nanti. Dina sudah akrab dengan semua dokumen yang biasa di minta. Nampaknya dengan cepat semua sudah siap tinggal menunggu pak Agus saja mengambilnya.
Sekitar setengah jam berlalu, pak Agus pun menampakkan dirinya. Ia tiba dan langsung mengajak Dina mengikutinya ke ruangannya.
"Din gimana berkasnya, udah siap?" tanyanya seketika. Nampaknya pak Agus begitu tergesa-gesa.
"Udah pak. Ini sudah saya siapkan semuanya. Tinggal bapak ambil aja" sahut Dina sambil menyodorkan semua dokumen dan sebuah flashdisk kecil.
"Ok. Makasih yaa Din. Oh yaa, mengenai Mr Hanks apakah kamu sudah bersedia menjawab permintaan nya?"
"Aku sudah punya keputusan pak"
"Baiklah Dina. Apapun itu, semoga terbaik buat kita semua ya. Aku mau meeting dulu. Bentar makan siang aku telepon kamu. Kita makan di depan aja sambil kita ngobrolin soal itu"
"Baik pak. Semoga meetingnya lancar yaa"
"Terima kasih Dina. Kamu memang pegawai yang luar biasa sekali lagi terima kasih".
Pak Agus pun segera berlalu dan Dina pun kembali ke meja kerjanya melanjutkan rutinitas yang sempat tertunda.
Tak terasa jam makan siang telah tiba. Dina segera menyusul ke warung makan tempat pak Agus dan dia biasa makan siang. Tak seberapa jauh dari kantornya. Mungkin sekira 100-200 meter saja jaraknya.
Makan siang itu di lewati dengan lahap sebab rasanya perutpun sudah terasa sangat lapar. Setelah semuanya selesai, pak Agus memulai percakapan.
"Aku rasa kamu sudah cukup siap Din. Aku melihat kamu sudah sedikit rileks hari ini. Apa benar begitu?"
"Iya. Aku rasa juga begitu pak. Rasanya aku sudah siap menyampaikan keputusanku hari ini"
"Gimana Din?" sejurus wajah pak Agus berubah sedikit serius.
Dina meneguk satu dua air putih sebelum memulai pembicaraan.
"Aku memutuskan menerima tawaran Mr. Hanks" jawab Dina tegas.
"Kamu serius Din" pak Agus menimpali dengan raut makin serius dan penuh harap.
"Iya. Aku sudah timbang dengan matang. Aku bersedia. Sampaikan sama Mr Hanks, tawarannya kita terima. Besok bisa buat janji untuk ketemu".
Seperti setengah tersadar, pak Agus menampakkan wajah sangat bahagia sekaligus terheran-heran dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Dina. Nampaknya Dina betul-betul mantap dengan keputusannya kali ini. Dia mengenal dengan sangat baik gadis itu. Dina selalu jeli dan tidak mudah dalam mengambil segala keputusan. Dan dia merasakan saat itu, apa yang di dengarnya adalah betul-betul sebuah kebulatan tekad dari wanita itu.
"Baiklah. Terima kasih sudah mau membantu perusahaan ini. Tanpa kamu, aku gak tahu lagi mau ngapain. Semua benar-benar berat dan terpojok situasinya".
"Aku gak bakalan lupa dengan jasamu Din" pak Agus terlihat sedikit terharu.
"Jangan ngomong kayak gitu dong pak. Bapak jauh lebih berjasa dari apa yang aku lakuin hari ini" Dina menimpali.
"Kalau gitu, aku telpon Mr. Hanks sebentar buat minta jadwal nya besok. Apa bisa ketemu atau gak" pak Agus menutup percakapan itu dan segera mengajak Dina berjalan kembali ke kantor.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 17.00, dan waktu pulang rasanya telah tiba. Seperti biasa Dina merapikan meja kerjanya dan mematikan komputer nya. Pak Agus pun terlihat keluar dari ruangannya dan bersiap-siap untuk segera kembali.
"Hari ini aku antar kamu ya Din?" Tanya pak Agus sedikit mengagetkan Dina.
"Oh gakpapa pak aku naik taksi aja. Gak usah repot-repot. Bapak juga capek butuh istirahat harus cepat-cepat nyampe rumah kan?" sahut Dina ramah.
"yakin kamu Din?" jawab pak Agus lagi.
"Lah kan udah biasa pak naik taksi" Dina sedikit menyeletukkan candaan.
"Yaudah kalau gitu. Bentar aku kabarin kamu soal janji dengan Mr. Hanks yaa. Hati-hati Din di jalan"
"Iyaa, bapak juga" tutup Dina.
Sesaat kemudian Dina sudah berada di dalam taksi yang mengantarkannya kembali ke rumahnya. Lalu lintas sore itu cukup macet. Terdengar radio membunyikan lagu melow dari penyanyi kawakan Danilla Riyadi yang berjudul "Meramu", membawa Dina sejenak menikmati suasana senja yang damai saat itu.
Diubah oleh albyabby91 11-02-2022 16:21
bukhoriganAvatar border
marwangroove920Avatar border
marwangroove920 dan bukhorigan memberi reputasi
2
7.9K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.