
Ketika manusia yang beragama namun semakin eksklusif, semakin arogan, semakin menunjukkan sifat yang yang tak pernah diajarkan oleh Nabi. Maka disitu timbullah agama baru, namun tidak sadar kelompok misionaris ini memberikan dampak buruk bagi ajaran agama yang berupa kebaikan yang sesungguhnya.
Quote:
Muhammad Abduh, yang tinggal.di Prancis dan beliau keturunan Mesir. Ketika berada di eropa ia pun mengucapkan perkataan yang cukup terkenal hingga hari ini. Ia berkata: “dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-Islam wa lam aro al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-Islam”. (aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam)
Sumber kutipan https://ibtimes.id/muhammad-abduh-ada-muslim-tapi-tidak-ada-islam/
Muhammad Abduh, yang tinggal.di Prancis dan beliau keturunan Mesir. Ketika berada di eropa ia pun mengucapkan perkataan yang cukup terkenal hingga hari ini. Ia berkata: “dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-Islam wa lam aro al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-Islam”. (aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam)
Sumber kutipan https://ibtimes.id/muhammad-abduh-ada-muslim-tapi-tidak-ada-islam/

Tapi sayang di banyak belahan dunia kata umat Islam selalu digaungkan untuk membenarkan apa yang ia lakukan, bahkan dengan diiringi takbir. Padahal ia tak mewakili seluruh umat Islam hanya firqah atau golongannya saja yang berbuat seperti itu, namun membawa kata "Islam".
Islam sendiri berasal dari kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Bahkan Islam sendiri mencintai perdamaian, maka tak heran Nabi tak pernah mengolok-olok agama dan sesembahan agama lain.
Quote:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”.
QS. Al-An’am ayat 108,
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”.
QS. Al-An’am ayat 108,

Maka ketika melihat tata cara ibadah agama lain dihadapan kita, apa yang harus dilakukan? Menendang seperti yang dilakukan Hadfana Firdaus? Tentu itu hal yang salah, ingat Nabi Ibrahim ketika menghancurkan berhala apa konsekuensinya? "Dibakar" beruntung Allah memberikan perlindungan. Karena cara yang dipakai salah, otomatis Hadfana Firdaus harus menanggung hukuman yang berlaku di Indonesia.
Kenapa tidak memakai cara Nabi Muhammad? Bayangkan ratusan berhala di Ka'bah tidak dihancurkan. Bahkan diikuti oleh sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar dan Ustman, mereka berusaha mendakwahi Islam bertahun-tahun lamanya, tanpa harus menghina agama lain. Bayangkan kalau tak ada dakwah mungkin hingga datangnya fathu Makkah, tidak ada umat yang mengikuti jejak nabi.

Sekarang, diantara muslim sendiri mudah mentakfiri saudaranya yang lain. Apalagi gemar menghina agama lain, lalu seakan berlindung bahwa itu adalah aqidah dirinya, padahal ayatnya sudah jelas tapi kok tidak mengikuti hal itu? Ini berarti aqidah buatan sendiri, bisa dibilang bertentangan dengan syariat Islam ujungnya secara tidak sadar membuat agama baru.
Dalam Islam generasi awal, saya akan kutip cerita dari kitab sejarah seperti Târîkh al-Umam wa al-Muluk, Sîrah Ibn Hisyam, Sîrah Ibn Ishaq dan lain-lain.
Quote:
Di kitab at-Tabaqât karya Ibnu Sa’d dikisahkan bahwa ketika datang utusan Kristen dari Najran berjumlah enam puluh orang ke Madinah untuk menemui Nabi, Nabi menyambut mereka di Masjid Nabawi. Menariknya, ketika waktu kebaktian tiba, mereka melakukan kebaktian di masjid. Sementara itu, para sahabat berusaha untuk melarang mereka. Namun Nabi memerintahkan: da’ûhum ‘biarkanlah mereka’.
Melalui perintah ini, sahabat memahami bahwa Nabi mempersilahkan mereka untuk menggunakan Masjid Nabawi sebagai tempat kebaktian sementara. Mereka melakukan kebaktian dengan menghadap ke timur sebagai arah kiblat mereka. Peristiwa bersejarah yang menunjukkan sikap toleransi nabi ini terjadi di hari minggu setelah Asar tahun 10 H.

“Lalu, siapakah yang tepat dianggap lebih zalim daripada orang-orang yang berusaha melarang dan menghalang-halangi disebutnya nama Tuhan di tempat-tempat peribadatan serta berusaha menghancurkan tempat-tempat tersebut. Padahal mereka tidak berhak memasukinya kecuali dalam keadaan takut kepada Tuhan. Kelak mereka (yang menghancurkan tempat-tempat peribadatan) akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan siksaan yang berat di akhirat”.
al-Baqarah ayat 114
Muhammad Asad, misalnya, dalam The Message of The Quran menerjemahkan kata masâjid pada ayat di atas sebagai houses of worship ‘tempat-tempat peribadatan’. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Mannar yang menerjemahkan masâjid pada ayat di atas sebagai ma’abid ‘tempat-tempat peribadatan’, bukan sekedar peribadatan umat Islam.
Sumber kutipan https://islam.nu.or.id/syariah/laran...am-islam-dCNQ1
Di kitab at-Tabaqât karya Ibnu Sa’d dikisahkan bahwa ketika datang utusan Kristen dari Najran berjumlah enam puluh orang ke Madinah untuk menemui Nabi, Nabi menyambut mereka di Masjid Nabawi. Menariknya, ketika waktu kebaktian tiba, mereka melakukan kebaktian di masjid. Sementara itu, para sahabat berusaha untuk melarang mereka. Namun Nabi memerintahkan: da’ûhum ‘biarkanlah mereka’.
Melalui perintah ini, sahabat memahami bahwa Nabi mempersilahkan mereka untuk menggunakan Masjid Nabawi sebagai tempat kebaktian sementara. Mereka melakukan kebaktian dengan menghadap ke timur sebagai arah kiblat mereka. Peristiwa bersejarah yang menunjukkan sikap toleransi nabi ini terjadi di hari minggu setelah Asar tahun 10 H.

“Lalu, siapakah yang tepat dianggap lebih zalim daripada orang-orang yang berusaha melarang dan menghalang-halangi disebutnya nama Tuhan di tempat-tempat peribadatan serta berusaha menghancurkan tempat-tempat tersebut. Padahal mereka tidak berhak memasukinya kecuali dalam keadaan takut kepada Tuhan. Kelak mereka (yang menghancurkan tempat-tempat peribadatan) akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan siksaan yang berat di akhirat”.
al-Baqarah ayat 114
Muhammad Asad, misalnya, dalam The Message of The Quran menerjemahkan kata masâjid pada ayat di atas sebagai houses of worship ‘tempat-tempat peribadatan’. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Mannar yang menerjemahkan masâjid pada ayat di atas sebagai ma’abid ‘tempat-tempat peribadatan’, bukan sekedar peribadatan umat Islam.
Sumber kutipan https://islam.nu.or.id/syariah/laran...am-islam-dCNQ1

Jadi jelas apa yang dilakukan Islam generasi awal sangat berbeda dengan yang kita lihat saat ini, untuk itu mempelajari agama jangan sampai tidak mempelajari Qur'an, karena apapun syariat yang bertolak belakang dengan Islam generasi awal yang sesuai Qur'an, maka hasilnya sia-sia dan tertolak.
Quote:
Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Sumber: https://muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-bidah.html
Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Sumber: https://muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-bidah.html
Karena hasil itjihad, hasil pemikiran logika, dan juga nafsu mereka maka jadilah perkara yang baru.

Jadi bisa dibilang cara-cara yang dilakukan oleh Hadfana Firdaus merupakan cara yang akan memperburuk agama itu sendiri.
Layaknya Nabi Ibrahim disaat itu karena berdakwah dengan cara yang salah dan kemudian mendapatkan hukuman dengan cara dibakar, ingat cara yang salah bukan berarti Nabi bersalah, harus dipahami agar tidak terkedjut dan dianggap menista.
Quote:
“Apabila seorang hakim menghukumi suatu masalah lalu dia berijtihad kemudian dia benar, maka dia mendapat dua pahala. Apabilia dia menghukumi suatu masalah lalu berijtihad dan dia salah, maka dia mendapatkan satu pahala.”[HR. Muslim : 1716 dari Amer bin Al-Ash].
“Apabila seorang hakim menghukumi suatu masalah lalu dia berijtihad kemudian dia benar, maka dia mendapat dua pahala. Apabilia dia menghukumi suatu masalah lalu berijtihad dan dia salah, maka dia mendapatkan satu pahala.”[HR. Muslim : 1716 dari Amer bin Al-Ash].
Maka Hadfana Firdaus selaku penendang sesajen akan mendapatkan hukuman yang berkaitan dengan dua pasal.
Pertama, Pasal 45 Ayat (2) Jo Pasal 28 Ayat (2) UU 19/2016 Tentang ITE.
Kedua, Pasal 156 a KUHP dan atau Pasal 156 subsider Pasal 14 Ayat (1) dan atau Ayat (2) UU 1/1946 tentang penghinaan terhadap golongan tertentu dengan ancaman hukuman paling lama enam tahun penjara.
Bukankah perdamaian itu indah, kenapa harus ada kekerasan?
Apa tanggapanmu dengan hal ini?

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.


"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik, klik
Pic : google



