putzputzAvatar border
TS
putzputz
[CERPEN] Bis Malam Ke-2 Dari Terakhir


Suasana hening menyelimuti bis malam yang sedang melaju dengan kecepatan sedang. Arlojiku menunjukkan waktu sudah mendekati tengah malam. Bis yang membawaku pergi menjauh dari Ibukota, menuju ke ujung Pulau Jawa. Surabaya, itulah tujuan akhirku. Perjalanan yang bermula dari sebuah keisengan pikiranku. Iseng, karena benar-benar tanpa tujuan.

Robby namaku. Lelaki kelahiran 25 tahun yang lalu dari pasangan Tomo dan Santi. Baru saja berhasil meraih gelar Sarjana Sosial dari sebuah kampus kenamaan di negeri ini. Seorang jomblo kronis, karena berkali-kali ditolak sang pujaan hati yang dikejar sejak masa SMA. Setelah patah hati untuk ke-23 kalinya dari perempuan yang sama, aku akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan Jakarta ke tempat yang belum pernah aku singgahi.

Mataku menelusuri seluruh bagian bis ini. Melihat-lihat sekeliling tempat dudukku. Bis berukuran 50 tempat duduk ini tampaknya tidak menyisakan kursi kosong lagi. Aku sengaja mengambil kursi deretan 2 tempat duduk. Alasannya sederhana, pilihan yang ada di deretan ini hanyalah di sisi jendela atau di sisi lorong. Tidak ada kursi tengah yang beresiko terhimpit penumpang di kanan-kiri. Aku memilih kursi sisi jendela. Selain karena aku malas untuk beranjak dari kursiku, sisi jendela ini memungkinkanku untuk memiliki 2 alternatif tempat untuk bersender. Di senderan kursi atau di jendela. Lumayan untuk perjalanan panjang sampai ke Surabaya. Di sebelah kananku, duduk seorang kakek yang berusia sekitar 70 tahunan. Beliau sedang asyik terlelap dengan mulut terbuka. Sempat terpikir untuk memasukkan uang logam ke dalamnya. Tapi aku takut beliau ketagihan, dan ini beresiko aku kehabisan persediaan uang logam. Di deretan seberang tampak seorang perempuan paruh baya yang juga sedang terlelap. Sementara di sebelahnya ada seorang pemuda yang dari sekelebatan cahaya lampu jalanan terlihat cukup tampan. Mungkin dia gigolo yang disewa oleh perempuan itu. Sebab semenjak bis berangkat dari terminal Pulo Gebang tadi sore, mereka tampak sibuk bercengkerama. Tapi bisa saja pemuda ini copet yang sedang melancarkan aksinya. Pikiranku memang selalu bisa melayang jauh jika sedang tidak ada kesibukan seperti sekarang. Keduanya tampak sedang tertidur lelap. Di sudut bibir pemuda ini terlihat air liur yang menjuntai bebas. Pokoknya jijik deh.

Aku sendiri tidak bisa tertidur. Perutku terasa lapar. Karena memang aku tidak membawa bekal. dan ketika tadi di pemberhentian pertama, aku tidak menyantap makanan yang disediakan di restoran rekanan perusahaan bis ini. Aku lebih memilih untuk menghisap sigaret kretekku sambil menikmati pemandangan parkiran bis yang dipenuhi oleh beberapa armada bis malam. Sebenarnya bisa saja aku mengunyah sedikit jemari kakek di sebelahku ini. Tohdia sedang tertidur pulas. Lagipula, aku hanya akan memakan sedikit jari telunjuknya saja. Pasti si kakek tidak akan marah. Hanya saja, ini kan bukan cerita bertema kanibalisme. Jadi ku simpan saja pikiran itu dalam-dalam.

Karena mengurungkan niat untuk memakan jari kakek di sebelahku, aku memilih untuk kembali tenggelam dalam lamunanku saja. Topik lamunanku lagi-lagi tentang Dita. Sosok penolak cinta 23 kali yang masih sulit ku lupakan. Wajahnya yang cantik bagai Pevita Pearce. Tapi kadang mirip Dian Sastro juga. Kalau pagi-pagi malahbisa mirip Maia Estianty. Pokoknya cantik deh. Suara lembutnya selalu terdengar merdu di telingaku. Perempuan yang selalu tersenyum kepada setiap orang ini ku kenal sejak kami duduk di kelas yang sama di SMA Berdikari. Tapi kami memang cuma duduk aja di SMA Berdikari. Kebetulan waktu itu sedang ada Pensi. Kami sekolahnya sih di SMA Sanjaya. Cuma mau kasih tau aja sih. Kamu jangan marah ya.

Di tengah lamunanku, tiba-tiba tercium bau tidak sedap. Bau agak anyir yang samar-samar merasuk ke dalam hidungku. Sontak lamunanku buyar. Semakin lama bau tersebut semakin menyengat. Aku langsung tersadar, ini malam Jumat Kliwon. "Wah, wetonnya sama kayak aku nih. Berarti aku harus toss".

Perlahan aku menengok ke arah kakek di sebelahku. Bau anyir tersebut semakin menyengat. Mau tidak mau, bulu kudukku jadi berdiri. Sebenarnya perasaanku agak tidak enak. Sang kakek berpakaian serba hitam. Rambutnya cukup gondrong dan memutih. Sedari berangkat tadi, dia tidak berbicara sama sekali. Mulutnya hanyak komat-kamit sembari menundukkan kepala. Perasaanku semakin tidak karuan. Dengan ragu aku coba melihat ke arah si kakek. Sementara bau anyir itu semakin menyengat hidungku. Tubuhku mulai terasa gemetar. Jujur, aku tidak menyukai situasi ini. Tiba-tiba aku merasakan si kakek memegang lenganku. Sontak aku terhenyak dan mulai merasa ketakutan yang mencekam.

Lalu terdengar lirih suara sang kakek, "cu, maaf kakek kentut. Bau ya?".

---Selesai---

Diubah oleh putzputz 18-01-2022 16:34
bukhoriganAvatar border
Bgssusanto88Avatar border
Bgssusanto88 dan bukhorigan memberi reputasi
2
811
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.