Pandemi Covid 19 membuat kebiasaan masyarakat berubah, dari sebelumnya konsumtif, menjadi lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan. Kita pun sudah mulai berani melakukan investasi di pasar saham (BEI).

Disini, saya akan mencoba menjelaskan arti saham dari sudut sebuah cerita, bukan teori apalagi pengertian baku yang kadang bahasanya bikin mumet dan malah jadi malas mengenal lebih jauh dari saham itu sendiri.

Pada tahun 2013, Bambang membuka Toko Sepatu bernama “Bams Shoes”, dengan penuh semangat dan kerja keras. Modal awal yang dikeluarkan Bambang untuk membangung toko sepatunya sebesar Rp. 100 juta.

Uang itu untuk menyewa ruko satu lantai sebesar Rp. 50 juta per tahun, dan sisanya untuk membeli sepatu dari pengerajin. Satu tahun berjalan, Bams Shoes memiliki potensi untuk tumbuh, setiap bulan Bambang selalu mendapatkan profit yang lumayan besar dari modal yang dia keluarkan.

Awalnya, Bams Shoes hanya memiliki satu karyawan, namun setelah satu tahun berlalu, toko sepatu yang khusus menjual Sepatu Kulit ini telah memiliki 3 orang karyawan baru.

***

Selang tiga tahun berjalan, omset Bams Shoes kian meningkat, konsumen pun mulai mengeluh tentang tempat yang semakin sesak karena banyaknya para pembeli sepatu. Serta lokasi yang dirasa jauh dari tempat tinggal mereka.

“Pindah ke toko yang besar dong pak ? atau buka cabang gitu, jadi kita lebih deket,” kata seorang konsumen kepada Bambang. Dari sana, dia mulai berpikir untuk mendirikan satu cabang Bams Shoes di lokasi yang tidak terlalu jauh dari toko utama, namun juga terjangkau sewanya.

Bambang pun mulai menghitung-hitung berapa biaya yang perlu dia keluarkan untuk mendirikan satu toko lagi. Untuk biaya sewa ruko ditempat baru sekitar 200 juta pertahun karena lokasinya lebih strategis dan juga dua lantai.

Nantinya, lantai dua akan dimanfaatkan Bambang untuk gudang dua tokonya. Jadi total yang perlu dia keluarkan untuk mengisi stok di toko dan gudang bisa menghabiskan dana sebesar 250 juta.

Bambang juga membutuhkan uang sekitar 50 juta rupiah untuk keperluan jalannya usaha, seperti menggaji karyawan selama dua atau tiga bulan, membayar listrik dan air. Serta, dia juga harus membayarkan pajak kepada negara.

“Total dana yang aku perlukan 500 juta, padahal saat ini ditabungan hanya ada 200 juta, kurang 300 juta lagi berarti,” kata Bambang.

Bambang pun memiliki inisiatif, dia akan memecah kepemilikan satu toko yang sudah ada plus toko yang akan ada kepada sahabat-sahabatnya. Setelah dihitung-hitung, total toko utama memiliki nilai sebesar 1,5 milyar.

Artinya, untuk usahanya, Bambang memiliki nilai 2 milyar. Dia pun berniat mencari dana 300 juta saja, maka dia membagi 2 milyar dananya dalam dua puluh lembar saham. Dengan satu lembar sahamnya dihargai 100 juta rupiah.

Dengan dengan 17 lembar saham dimiliki oleh Bambang, dan 3 lembar saham akan ditawarkan kepada sahabat-sahabatnya. Bambang pun mulai melemparkan niatnya tersebut via WA Grup, “Bro, gua mau mecah saham toko sepatu nih, total ada lembar saham yang gue lepas,” tulis Bambang sembari melampirkan sebuah data tentang perhitungan sahamnya.

Darisana, muncul tiga nama pembeli, yakni Rizal, Bima, dan Azriel. Mereka masing-masing bersedia untuk membelinya diharga 100 juta per lembar saham.

Dengan demikian, kepemilikan Bams Shoes saat ini 70 persen dimiliki oleh Bambang, sementara Rizal, Bima, dan Azriel masing-masing memiliki total 10 persen kepemilikan saham.

Saham adalah sebuah bukti kepemilikan nilai sebuah perusahaan. Kata saham sendiri diambil dari bahasa Arab. Dalam literatur fikih, saham diambil dari istilah musahamah yang berasal dari kata sahm bentuk jamaknya ashum atau suhmah yang artinya bagian, bagian kepemilikan. Artinya pemilik saham adalah pemilik perusahaan.

Jika ada pertanyaan terkait SAHAM, atau artikel ini, sampeyan bisa tuliskan di kolom komentar