safinatunhaniAvatar border
TS
safinatunhani
Tradisi udik udikan
Menurut Koentjaraningrat (2015: 146) kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Bila dilihat dari bahasa inggris kata kebudayaan berasal darikata latincolera yang berarti mengolah atau mengerjakan, yang kemudian berkembang menjadi kata culture yang diartikan sebagai daya dan usaha manusia untuk merubah alam.Banyak berbagai definisi dari kebudayaan, namun terlepas dari itu semua kebudayaan pada hekekatnya mempunyai jiwa yang akan terus hidup, karena kebudayaan terus mengalir pada diri manusia dalam kehidupannya.
Kebudayaan akan terus tercipta, dari tempat ketempat, dari individu ke individu dan dari masa ke masa. Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat diatas menggambarkan bahwa kebudayaan selalu akan mengalami perubahan-perubahan dari waktu ke waktu sehingga masyarakat yang memiliki kebudayaan itu harus tetap mengenal, memelihara dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki agar setiap perubahan yang terjadi tidak menghilangkan karakter asli dari kebudayaan itu sendiri.
Udik – udikan adalah suatu yang biasa dilakukan masyarakat desa dalam memperingati 40 hari lahirnya bayi dari janin seorang ibu. Udik – udikan biasanya dilakukan pada waktu siang atau sore hari dengan melakukan penyebaran uang rupiah yang terdiri dari 100, 200, 500, dan 1000 yang di lemparkan kepada masyarakat yang sudah bersiap untuk memperebutkannya. Orang yang ikut andil di dalam nya terutama yang memperebutkamya dari kalangan anak kecil hingga orang tua, mereka tidak pandang bulu saling berdesakan agar bisa mendapatkan uang yang di lemparkan.
Tradisi udik-udikan biasa diadakan pada saat acara muludan, sunatan, kelahiran bayi, ulang tahun atau jika mendapat rejeki seperti sehabis membangun rumah atau ketika seseorang dapat mencapai hajatnya. Kebanyakan yang menyukai acara ini adalah anak-anak dan ibu-ibu. Kebiasaan di Surabaya, jika ada acara hajatan apapun yang bersifat mengundang tamu atau orang yang banyak biasanya menggunakan pengeras suara. Pada saat seperti itulah makan para anak-anak dan ibu-ibu mengetahui bahwa disitu ada acara udik-udikan.
Udik-udikan mulai disebar ketika sudah terdengar kata aamiin atau Alhamdulillah hirobil alamin dari pengeras suara. Pada saat itulah para “pemburu” udik-udikan akan mulai berebut uang yang disebar. Kehadiran para tamu “ilegal” atau tidak diundang tidak menjadi masalah karena semakin banyak yang memperebutkan udik-udikan maka yang punya hajat akan semakin senang.
Sebelumnya, uang yang akan disebar direndam air yang telah dicampur bunga melati dan beberapa bunga wangi-wangian lainnya agar memiliki aroma yang harum sebagai bentuk penghargaan kepada para tamu yang menerima uang tersebut karena mereka adalah “tamu” yang patut dihormati dan bukan pengemis. Siapa saja boleh ikut memperebutkan udik-udikan baik kaya maupun miskin.
0
3K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.