Tanpa persiapan dan pencegahan, itulah yang dialami oleh Negara tetangga kita, Malaysia. Curah hujan yang sangat tinggi selama 2 hari, menyebabkan beberapa negara bagian Malaysia tertimpa bencana banjir dan longsor. Sialnya warga disana tidak mengantisipasi kemungkinan banjir yang terjadi, bahkan dikatakan pemerintahan Malaysia dibilang lambat dalam melakukan evakuasi dan mengirimkan bantuan.

Diketahui banjir melanda sejumlah negara seperti Selangor, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, Melaka dan Terengganu sejak Jumat, 17 desember 2021. Tercatat sudah 70.000 warga yang diungsikan (21/12). Wilayah Pahang menjadi kota terparah yang diterjang banjir dengan kisaran 51.000 warga disana yang diungsikan.

Akibat dari banjir ini, banyak rumah dan kendaraan yang terendam. Beberapa akses jalan dan jembatan putus karena longsor ataupun jalan yang tergenang air.

Ronald Siew, seorang ahli lingkungan sekaligus Penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik (Cent-GPS) di Malaysia, menjelaskan bahwa musibah banjir kali ini dikarenakan peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi akibat emisi karbon yang tinggi.

"Ketika kita mengeluarkan karbondioksida ke atmosfer, yang cenderung adalah terciptanya efek kebocoran global di mana gas rumah kaca menangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan."jelas Siew seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu 22 desember 2021.

"Saat efek terakumulasi, dampak jangka panjangnya adalah terjadi hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir"lanjut olehnya.

Ahli Meteorologi Dr Azizan Abu Samah dari Universiti Malaya juga mengatakan bahwa penyebab banjir di Malaysia merupakan interaksi antara sistem cuaca bertekanan rendah, angin monsun timur laut, dan topan Rai yang melanda Filipina baru-baru ini.

Dr Zaini Ujang yang merupakan Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia (KASA) mengatakan bahwa hujan deras yang dimulai pada Jumat 17 desember dan berlangsung lebih dari 24 jam, setara dengan curah hujan rata-rata selama sebulan. Fenomena ini sendiri merupakan 'peristiwa cuaca sekali dalam 100 tahun'.

"Curah hujan tahunan di Kuala Lumpur adalah 2.400mm dan ini berarti curah hujan kemarin telah melebihi rata-rata curah hujan selama sebulan, itu di luar perkiraan kami dan hanya terjadi sekali dalam seratus tahun,"katanya.

Sudah kita ketahui bersama bahwa Negara Malaysia merupakan perpaduan Suku Melayu, India dan China. Akibat dari banjir ekstrim yang melanda Malaysia tersebut, pemandangan yang baik terjadi antar suku tersebut yaitu saling bantu membantu di tengah-tengah musibah.

Seperti yang dialami oleh Niroshini Manickumar yang terdampar di jalanan Tol Elmina, Selangor selama hampir 18 jam. Beberapa pengendara lain yang mengalami kelaparan dan dehidrasi. Beberapa orang yang terjebak macet kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan bahan-bahan makanan minuman dan snack di mobil masing-masing untuk di bagikan kepada penngendara lain yang tidak membawa bekal. Setelah bermalam di mobil, Niroshini dapat melanjutkan perjalanan dan keluar dari Tol tersebut.

Beberapa Mall di Shah Alam, Selangor, Malaysia tidak menutup gerbang mereka meskipun sudah jam tutup dan membiarkan pengungsi untuk tidur dan bermalam di Mall tersebut. Mereka juga membagikan beberapa minuman, makanan, susu dan perlengkapan bayi untuk pengungsi yang terjebak disana.

Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, mengatakan bahwa saat ini tidak ada laporan warga negara Indonesia yang menjadi korban.

"Sejauh ini belum ada laporan WNI meninggal. Semua [korban] warga setempat," kata Hermono kepada BBC News Indonesia (21/12).

----------------

Semoga musibah banjir disana cepat surut, dan mereka yang menjadi korban diberikan ketabahan dalam menjalani musibah ini.

Video banjir Malaysia.

Sumber :detik, kompas, bbc, malaymail, wob1, wob2