Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

FitofitAvatar border
TS
Fitofit
Mantan Istriku Kaya Raya


"Raya, enak banget hidupmu. Makan, tidur, nyantai ... Duit abis terus! Dasar miskin, bisanya ngabisin duit suami aja." Teriakan mama membuatku mendongak ke arahnya yang sedang berkacak pinggang di depan Raya.

Aku tersenyum miring, membiarkan mama memarahi Raya karena memang itu yang terjadi padanya. Kerjaannya cuma makan, tidur, nyantai dengan dalih mengurus Qila, anak kami yang berumur setahun.

"Udah, biarin aja, Ma. Raya emang kaya gitu orangnya."

"Kamu orangnya sabar banget sih, Ndri. Perempuan kaya gini aja dipelihara!" tandas mama membuat Raya mendongak ke arahnya.

Biar saja, Raya tak akan berani melawan mama. Sekali dia berani melawan maka riwayatnya akan habis, keluar dari rumah ini.

"Ya mau gimana lagi, Ma. Andri hidup sama dia kan juga terpaksa," ucapku santai dengan masih memainkan ponselku.

Nessa baru saja mengajakku dinner, dia adalah salah satu perempuan yang sedang kudekati. Wajahnya cantik, body-nya bagus, kulitnya putih, tidak seperti Raya yang ... Ah, tidak bisa kugambarkan.

"Mas, kok kamu ngomongnya gitu, sih."

Seketika pandanganku teralihkan pada Raya yang berani menjawab perkataanku. Tak pernah sebelumnya dia berani menjawab perkataanku meski hanya sepatah kata. Dia adalah tipe wanita yang pendiam dan penurut.

"Ya emang gitu kan? Kalau aja kejadian dua tahun lalu nggak terjadi, maka sekarang kamu juga nggak bakal jadi istriku," jawabku dengan tatapan tajam.

Memang benar, kalau saja tidak ada kejadian buruk dua tahun yang lalu. Aku juga tidak akan menikahinya. Level kami berbeda, dia tak berpendidikan dan tidak kaya sepertiku.

"Sudah ... nggak usah ribut. Kamu itu harus sadar diri siapa kamu, Raya. Jadi jangan seenaknya bersikap di rumah ini. Masak sana, aku laper," hardik mama membuat emosiku reda. Memang berhadapan dengan Raya hanya akan membuat detak jantungku berpacu lebih cepat saja.

"Tapi, Ma. Qila lagi mau tidur," jawab Raya membantah.

Bisa kulihat tatapan mama berubah semakin garang. Dia memang tidak suka jika perintahnya di abaikan, terutama Raya.

"Bisa minta tolong Dila dulu nggak? Di kulkas ada lauk, tinggal panasin."

"Raya! Berani ya kamu bantah perintah mamaku? Pergi sekarang juga atau kutendang kamu dari rumah ini." Dadaku panas, tak pernah sekalipun Raya bisa membantah seperti ini meski keadaan sedang darurat.

Kuambil paksa Qila, lalu membawanya keluar rumah agar Raya bisa membuatkan makanan untuk mama. Qila memang darah dagingku, aku menyayanginya, tapi tidak dengan ibunya. Menjengkelkan sekali!

Hari sudah mulai sore, nanti malam aku ada janji dengan Nessa. Jangan sampai Raya menghalangiku untuk pergi, jika iya ... Lihat saja apa yang akan aku lakukan padanya.

.

"Ma, Andri pergi dulu, ya?" ucapku pada mama ketika akan pergi menemui Nessa di tempat yang telah kami tentukan.

Raya yang baru selesai menidurkan Qila di kamar mendekat ke arahku yang sudah siap akan pergi. "Mau kemana, Mas? Udah setengah delapan, loh."

"Pergi sama Nessa."

Dia terlihat terkejut, tapi mama justru terkekeh kecil mendengar jawabanku. Wajar, mama memang sangat suka pada Nessa. Dia bilang, Nessa adalah menantu idaman baginya. Namun sayang, lagi-lagi karena kejadian dua tahun yang lalu aku harus terpaksa menikahi Raya.

"Mas ...."

"Udah kamu pergi sana, keburu Nessa nunggu. Salam buat Nessa, ya? Besok suruh mampir kalau senggang. Dia kan punya bisnis sendiri, kaya, wajar kalau sibuk," kata mama yang bisa kupastikan bahwa dia tengah menyindir Raya.

Aku tersenyum tipis pada wanita yang sudah melahirkanku itu, lalu melangkah keluar rumah tanpa memperdulikan Raya lagi. Kulihat dari kaca spion mobil, dia berdiri di ambang pintu dan menatapku sendu sampai mobilku benar-benar keluar dari pekarangan rumah. Biar saja, menikah dengannya sama saja membuat hidupku hancur.

Malam ini aku hanya ingin bersenang-senang dengan Nessa tanpa bayang-bayang Raya maupun Qila. Di luar sana statusku masih single, tak ada nama Raya dalam setiap urusanku. Termasuk hubunganku dengan Nessa, dia tidak tahu sama sekali perihal Raya.

.

Kedua mataku mengerjap, kesenangan semalam membuatku lupa diri hingga pulang pukul satu dini hari dan lantas menjatuhkan diri di atas ranjang kamar. Rasanya sangat bahagia jika berada di samping Nessa, dia wanita modern yang sangat mengerti seleraku. Tidak seperti Raya yang kampungan itu, tahunya cuma masak dan jagain anak.

Semenjak Qila lahir, Raya memang tak kuperbolehkan tidur di ranjang kami. Alasannya ya karena aku tidak suka bau ompol bayi, jadi dia tidur di kamar lain dengan Qila. Hanya saja, jika aku sedang rindu dengan tubuh wanita Raya kuminta datang ke kamar lalu setelah itu kusuruh keluar lagi jika sudah selesai.

Kenapa dia tidak marah atau tidak menuntut? Ya karena dia miskin! Bisa apa kalau tidak ada aku atau keluar dari rumah ini. Hanya bersamaku lah dia bisa hidup, jadi sekalipun dia tidak pernah berani menentangku. Hebat bukan?

Gegas aku keluar kamar, hari ini memang akhir pekan jadi aku ingin mengajak mama dan Dila ke mall untuk belanja. Kemarin siang Dila mengirimiku gambar tas yang dia inginkan, jadi sudah pastilah siang ini aku ingin mengajaknya ke sana.

Saat aku keluar, tak kutemukan siapapun, tapi kudengar suara seseorang tengah berbincang di ruang tamu. Siapa? Bukankah laki-laki di rumah ini hanya aku? Papa sudah lama pergi dari rumah, dia memilih menikah lagi dengan perempuan muda. Dasar bej*d!

"Jadi tujuan saya datang kemari hendak menjemput Raya, Bu. Saya calon suaminya," ucap lelaki yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu membuatku menghentikan langkah.

Calon suami? Kulirik dari jendela dia membawa mobil sport mahal dengan dua pintu, tampilan wajah dan pakaiannya jelas terlihat bahwa dia orang kaya. Lalu, dia bilang ingin menjemput Raya karena dia adalah calon suaminya? Bagaimana bisa? Sedangkan aku adalah suaminya.

"Calon suami?" tanya mama yang juga ikut terkejut dengan penuturan lelaki itu.

"Iya, saya Ryan. Calon suami Raya, kata orang-orang Raya tinggal di sini sebagai asisten rumah tangga. Apakah benar? Jika memang iya, sekalian saya mohon ijin agar dia segera berhenti bekerja karena pernikahan kami akan segera di gelar di Hotel Star."

Perkataannya semakin membuatku menganga. Hotel Star adalah hotel termahal dan termewah di kota ini. Mana mungkin pria itu mau menikahi Raya, wanita yang kami kenalkan ke orang-orang sebagai asisten rumah tangga kami
scorpiolamaAvatar border
saaansAvatar border
rinandyaAvatar border
rinandya dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.3K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.