Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amethystiaAvatar border
TS
amethystia
Fantasy Romance - Sekali Lagi - Bab 2. Tujuan lainnya
Sekali LagiAku mengabaikan sikap Gentala dan kembali menunggu Kania menyadari keberadaannku. Sambil menatap ruangannya yang begitu familiar, aku memejamkan mata. Perlahan kenangan itu tiba-tiba datang kembali.

“Yang sabar ya!” Andre mengelus pundakku pelan. Aku hanya terdiam tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.

Isak tangis mengiringi proses pemakaman Kania saat itu. Tidak banyak orang yang datang, hanya beberapa teman dan keluarga dekat saja yang melayat. Selama prosesi pemakaman tak sedikitpun ekspresi kesedihan yang aku tunjukan. Karena memang tidak ada rasa kesedihan ataupun penyesalan yang aku rasakan.

Namun banyak yang masih mencoba berpikir positif. Mereka mengira mungkin aku masih syok karena harus kehilangan calon istri dan bayiku dengan begitu cepat. ‘Kapan sih pemakamannya beres. Biasanya juga gak selama ini, merepotkan saja!' rutukku dalam hati. Bagiku proses pemakaman Kania hanya menyia-nyiakan waktu saja kala itu.

Aku hanya ingin segera menjalani kehidupan yang nyaman. Sama seperti sebelum Kania hamil. Lamunanku terbuyarkan dengan kedatangan Gentala. Laki-laki yang dulu aku percaya adalah ayah sebenarnya dari bayi yang Kania kandung.

Gentala mulai mendekati makam. “Kania..!” ucapnya dengan lembut. Kesedihan terpampang begitu jelas dikedua sorot matanya. Membuatku merasa tidak nyaman melihatnya.

“Saya turut berduka cita bu. Kania adalah mahasiswi saya yang paling pintar dikelas saya,” ucap Gentala. Dia memperlihatkan raut muka yang sedih pada kedua orang tua Kania. Dari awal aku memang sudah tidak menyukai Gentala. Terlebih dia selalu memperlakukan Kania dengan baik semasa hidupnya. Aku tidak mengerti bahwa dulu aku hanya cemburu padanya.

***

"Dareen sorry lama ya nunggunya?" Sebuah tepukan menyadarkan lamunanku. Kania memandangku dengan cemas.

Aku hanya terdiam dan memandangnya cukup lama. Hingga tak terasa air mataku pun menetes. "Dareen, kamu nggak apa-apa kan, kok kamu nangis gitu?" terlihat jelas kekhawatiran dari wajah Kania.

Segera aku mengusap air mataku. "Enggak kok kak ini cuma tadi aku kelilipan aja," ucapku berbohong.

"Sumpah loh, hari ini kamu aneh banget kenapa sih. Beneran kamu nggak apa-apa kan? Aku khawatir banget tahu!" Kania kini menggenggam tanganku dengan erat.

Aku hanya tersenyum penuh syukur. Bagaimana bisa dulu aku menyia-nyiakan wanita sebaik dia. Pikiran itu terus berkecamuk di dalam kepalaku.

"Kamu cantik hari ini kak." Mata Kania membulat. Dia seperti tidak mempercayai apa yang telah aku katakan.

"Kamu tidak salah minum obat kan?" Kania kini menempelkan punggung tangannya di dahiku.

Aku hanya terkekeh pelan melihat tingkah lucunya. " Kak, kedepannya kalau ada apa-apa kakak langsung hubungi aku aja ya."

"Sumpah ini kenapa sih? Hari ini kalian aneh banget tahu." Raut muka Kania terlihat sangat bingung.

"Kalian?" tanyaku heran. Aku tidak mengerti dengan apa yang Kania katakan.

"Iya kalian. Kamu sama Profesor. Kalian aneh banget, seperti tahu akan terjadi sesuatu sama aku." Mendengar hal itu membuatku terdiam. Aku menyadari sesuatu, aku melupakan fakta bahwa ini adalah pengalaman pertama untuk Kania. Dia tidak akan percaya dengan penjelasanku. Terlebih bila aku katakan, kalau aku kembali dari masa depan untuk dirinya saat ini.

Kucoba putar otak untuk mengalihkan pembicaraan. Aku takut bila dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi akan membuat dirinya membenciku. Aku tak ingin membuat Kania menjadi khawatir lebih daripada ini. Aku akan menunggu sampai dia mengatakan kehamilannya sendiri padaku.

Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke cafe terdekat.
“Kakak mau makan apa?” Aku menyodorkan daftar menu kepadanya. Dia terlihat kebingungan. Beberapa kali dia terus membalikan menu di depannya. “Pilih banyak juga gak apa-apa kak, aku yang traktir!”

“Aku gak tahu Ren, akhir-akhir ini aku pengen banget makan sesuatu yang asem terus. Soalnya kalau habis makan perutku suka mual gitu, terus nafsu makanku lagi banyak banget. Lihat nih jadi gendutan kan?” Kania menggembungkan pipinya dan mengelus perutnya. Dia terlihat sangat lucu ketika menggerutu.

“Tidak apa-apa, biar kakak sehat. Pesen aja apa yang kakak mau. Hari ini aku pengen manjain kakak.” Aku mencubit pipi Kania dengan gemas. Sejujurnya aku sangat mengetahui alasan dibalik perubahan nafsu makan yang Kania alami.

Namun akun akan menunggunya menyadari hal itu sendiri.
Setelah selesai makan, aku mengantar Kania pulang. Dia terlihat sedikit kecewa karena aku tidak dapat menemaninya sampai sore. Dulu aku tidak pernah menyadari bahwa Kania selalu semanja ini padaku. Aku selalu bersikap kasar dan mengacuhkannya. Andai saja aku tidak teringat bahwa hari ini masih ada kelas, mungkin sampai malam akan tetap memanjakannya.

“Lu tumben banget bolos tadi pagi Ren!” Andre menepuk punggungku dengan keras.

“Ah, Ndre bisa gak sih pelan dikit gitu. Sakit tahu!” Aku meringis pelan.

Andre kini mengelus pundakku sebagai tanda rasa bersalahnya. “Sorry, sorry. Gue aneh aja gitu lu tumben bolos. Apalagi pelajaran Miss Killer itu.”

“Gue abis ketemu bidadari dulu tadi pagi. Mood gue lagi bagus nih. Nanti malam lu mau makan dimana gue bayarin deh,” ucapku. Andre langsung tersenyum senang. Dia terus menyerocos tempat-tempat yang ingin dia kunjungi.

Begitu memasuki ruang kelas, terlihat wanita yang benar-benar tidak ingin aku temui. “Dareen..!” Dia melambaikan tangannya, tidak lupa sebuah senyum tergambar di wajahnya yang memang cantik.

“Sekar,” ucapku lirih. Mataku memandangnya nanar. Tidak dapat kupungkiri, kini aku menahan emosiku. Ingatan saat dia bercumbu dengan Papa diruang tamu kami, begitu lekat diingatanku. Perasaan marah bercampur jijik tidak dapat aku sembunyikan dari pandanganku saat ini.

“Ren, lu kenapa. Mandang Sekar segitunya?” Andre menggoyangkan tubuhku perlahan. Aku tersentak, segera kupalingkan pandangan darinya.

Aku mengatur nafasku perlahan, mencoba menekan emosiku. “Gak apa-apa, gue cuman keinget hal yang gak ingin gue inget aja.”

Andre memiringkan kepalanya. Dia terlihat seperti sedang kebingungan memikirkan perkataanku. “Udah yuk duduk aja cepet!” ajakku mengalihkan pembicaraan.

Selama pelajaran berlangsung, beberapa kali aku berusaha melihat Sekar tanpa diketahui siapapun. Memang tidak bisa aku bantah kalau Sekar itu wanita yang menarik.

Tetapi kini aku tidak akan jatuh pada perangkapnya lagi. Aku rasa selain membahagiakan Kania, menjauhkan Sekar dari ayahku adalah tujuan lain mengapa aku diberi kesempatan untuk memulai semuanya kembali. Setidaknya itulah yang aku kira pada awalnya. Aku mengira dapat mengubah semua sesuai dengan yang aku harapkan.

Bisa kamu baca kelanjutannya disini ya
Diubah oleh amethystia 11-12-2021 17:36
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
442
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.